Sejak kejadian kemarin, Alexa jadi tidak terlalu memikirkan apa yang terus membayanginya. Dia merasa memang sudah saatnya menerima takdir, apabila suatu hari nanti harus diusir karena sang pemuda sudah memiliki pasangan, dan mereka akan tinggal di sana.
Dia sendiri pun, apabila menikah dengan laki-laki yang sedang tinggal berdua bersama pelayan wanita, pasti akan merasa tidak senang, tak peduli sekeras apa suaminya meminta agar pelayan tersebut tetap tinggal di kediaman mereka.
Meski demikian, Alexa tetap memberanikan diri untuk menanyakan hal dalam kepalanya saat sarapan.
Setelah memegang garpu dan pisaunya dengan gelisah, gadis itu mengangkat wajahnya dan menatap sang pemuda yang duduk di sampingnya.
"Tuan, apakah saya boleh tanya sesuatu?"
"Tanya saja," balasnya ringan sambil terus makan.
"Kalau Tuan menikah nanti, apakah saya harus keluar dari sini?"