"Kenapa? Harusnya kau senang karena mendapatkan kehormatan itu. Aku juga bersedia menjadi ayah baptis anamu nanti, atau kita juga bisa menjodohkan mereka di masa depan. Supaya kita semakin dekat."
"Dasar gila. Aku tidak ingin anak-anakku nanti berurusan denganmu." Skylar mendengus. Apabila dia punya anak nanti, dia hanya bisa berharap supaya sifat-sifat buruknya tidak ikut menurun. Apabila anak-anaknya nanti masih harus berurusan dengan Ian, entah akan jadi apa masa depan mereka nantinya. Sudah cukup ayahnya saja yang tidak benar. Tidak perlu ikut-ikut.
Menanggapi itu, Ian menyeringai. "Hoo, kau bicara begitu seolah-olah sudah punya calon. Siapa dia? Kenapa tidak dikenalkan? Kau tidak mengajaknya kemari?" godanya sambil menyikut lengan Skylar.
"Tidak ada. Jangan bicara asal terus."