"Kau gila, ya?!" teriak Isaac keras setelah keduanya tiba di flat.
Stella terdengar kaget saat mendapat semburan amarah dari Isaac, namun dia tidak kaget dan malah sudah bersiap lebih dulu. Sejak dirinya mengiakan jika tinggal bersama dengan Isaac, Stella sudah siap mendapat amarahnya. Namun pemuda itu tetap diam sepanjang perjalanan mereka menuju flat, membuatnya bertanya-tanya kenapa Isaac belum marah.
"Kenapa kau membenarkan kalau kita tinggal bersama?! Mereka jadi salah paham!" Isaac masih meninggikan suaranya, sementara Stella mundur satu langkah sembari mengangkat kedua tangannya sebatas dada.
"Tenanglah, Nak. Dinginkan kepalamu. Aku mengatakan itu bukan karena sengaja untuk membuat salah paham."
"Lalu apa?"
Stella berdeham. Dia berjalan dan duduk di sofa sebelum memulai penjelasan. Tangannya pun ditepukkan pada bagian kosong sofa di sebelahnya, menyuruh Isaac duduk dan mendengarkan dengan tenang, alih-alih berdiri dan merasa emosi.