Raka sedang menunggu Miranda di depan kamar gadis itu. Sejak tadi ia belum melihat Miranda kembali ke hotel. Raka sudah berusaha menelpon Miranda sayangnya gadis itu tidak mengangkat telpon darinya.
Kalau bukan karena permintaan ayah Kirana, Raka tentu malas sekali mengajak Miranda menghadiri konferensi penting ini dengan membawa nama perusahaan. Miranda sama sekali tidak bisa diandalkan.
Tak lama Miranda muncul dengan penampilan berantakan. Ia seperti orang yang habis dikejar-kejar penjahat.
"Nona, dari mana saja?" tanya Raka.
"Apa kamu gak lihat aku baru saja melewati bahaya!" kata Miranda kesal pada anak buah ayahnya itu.
"Apa ada yang berusaha mencelakakanmu?" kini Raka khawatir.
Miranda berkacak pinggang. "Ya! Dan semua ini terjadi karena kamu meninggalkanku!"
Raka mendegus. "Bukannya Nona tadi bilang mau pulang sendiri?"
Raka tidak suka kebiasaan Miranda yang satu ini. Gadis itu selalu menyalahkan orang lain atas hal buruk yang menimpanya.