Keesokan paginya Yudhistira sudah muncul di rumah sakit. Pria itu belum baik-baik saja. Dia masih takut melihat ruang operasi dan tidak berani merawat pasien jantung.
Sejujurnya Dokter Arman, dokter spesialis bedah jantung yang selama ini mendukung Yudhistira untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang spesialis marah mengetahui fakta itu. Namun Kirana berusaha mengajak dokter seniornya itu bicara dari hati ke hati.
"Dok, Yudhistira hanyalah manusia biasa. Sekalipun Yudhis adalah dokter yang harusnya terbiasa dengan operasi dan menangani pasien kritis, dia juga bisa tertekan dan stress menghadapi kematian pasiennya," kata Kirana dengan tulus. "Jangan marahi dia lagi. Tolong beri Yudhis waktu. Dia juga ingin pulih dari ketakutan dan traumanya."
Mendengar kata-kata Kirana membuat Dokter Arman mulai memahami kondisi Yudhistira. Pria itu tidak 'sekuat' yang dibayangkan Dokter Arman.