Bastian menghela napas 30 kali sejak satu jam terakhir. Siang ini ia punya janji bertemu dengan Paman Ben. Pria itu bilang mau datang berkunjung ke kantor Bastian untuk bicara lagi. Paman Ben merasa Bastian butuh teman curhat.
Sejujurnya Bastian sudah menolak. Dia merasa jauh lebih tangguh menghadapi masalah sekarang. Dirinya bukan anak remaja yang depresi setelah ditinggal mati kedua orang tuanya seperti 10 tahun lalu. Dirinya sudah berubah.
Tiba-tiba pintu ruang kerja Bastian terbuka.
"Paman, aku berencana…." Bastian langsung menghentikan kalimatnya begitu tahu yang masuk ke dalam ruangannya bukanlah Paman Ben melainkan Bibi Riyana. Wanita itu masuk ke dalam ruangan Bastian dengan wajah penuh kemarahan.
Bibi Riyana melempar sebuah dokumen ke meja kerja Bastian dengan emosi. "Apa maksud ini semua, hah?!"
Bastian melihat dokumen yang dibawa oleh bibinya.
"Itu adalah laporan bulanan perusahaan," jawab Bastian tanpa merasa bersalah.