Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Oh, My jenny

Nu_Elifatun
--
chs / week
--
NOT RATINGS
8.2k
Views
Synopsis
Setelah menyelesaikan kuliahnya di Korea, Jenny memutuskan segera kembali ke Jakarta untuk meneruskan mimpinya sebagai wedding planner. Bukan hal mudah untuk mewujudkan mimpinya, karena dia juga harus mengobati hatinya yang patah hati karena pernikahan Aris. Begitu juga dengan klient pertamanya yang tidak pernah dia perkirakan. Klient pertama yang tidak mudah, tapi mampu membuat kondisi hatinya merasakan sesuatu yang beda. Bagaimana mungkin Jenny bisa jatuh cinta pada klientnya sendiri??
VIEW MORE

Chapter 1 - PERNIKAHAN

Semakin ku menyayangimu

Semakin ku harus melepasmu dari hidupku

Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini

Kita tak mungkin trus bersama..

Drive~ Melepasmu

Semua orang nampak bahagia, tapi tidak dengan Jenny. Hatinya sedang terluka, dengan sengaja dia memakai kacamata dengan lensa berwarna coklat untuk menutupi matanya yang bengkak akibat menangis semalaman.

"Jenny, sini cepet kita foto dulu," Sang pengantin wanita melambai ke arah Jenny.

Walau enggan tapi Jenny tetap memutuskan untuk menghampiri mereka. Mereka yang telah resmi menjadi suami-istri sejak satu jam lalu.

Akhirnya Jenny sudah berdiri di tengah-tengah pasangan pengantin. Dia merentangkan kedua tangannya untuk memeluk kedua sahabatnya yang kini sedang bahagia. Bibirnya tersenyum lebar menghadap sang fotografer.

'Cklekkks,"

"Aris, Dea, selamatnya. Semoga kalian jadi keluarga yang bahagia." Ucap Jenny pada kedua sahabatnya.

"Makasih ya, Jen. Kamu kapan nyusul?" tanya Dea.

Jenny tidak suka mendengar pertanyaan seperti ini. Kalian yang udah bikin gue gak nikah-nikah.

"Iya, Jen. Jangan jomblo mulu dong. Kalau perlu ikutan biro jodoh," kata Aris menimpali ucapan istrinya.

"Gak usah sok laku deh, Ris. Kalau gak ada sahabat gue juga lo belom laku." Balas Jenny.

"Ya deh, makasih ya Jenny udah ngenalin gue sama sahabat lo yang paling cantik," ucap Aris dengan bangga merangkul wanita yang telah resmi menjadi istrinya.

"Ih, Aris malu tahu," Dea sedikit mendorong bahu Aris.

"Sayang, kita udah resmi jadi suami-istri ngapa mesti malu-malu. Kalau perlu kita ciuman di sini," kata Aris tidak tahu malu.

"Awas aja, kalau kamu beneran cium aku di sini, jangan harap aku mau tidur sama kamu."

"Lah kalau kita gak tidur bareng gimana punya anaknya, kamu sendiri yang pengen punya anak sembilan,"

"Aris, kapan aku bilang gitu?"

Benar-benar menyebalkan melihat kemesraan pengantin baru. Jenny memilih pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Lama-lama bersama mereka, semakin sakit hati gue.

Jenny mengambil segelas jus jeruk, sayang gak ada es coklat. Tenggorokannya terasa kering, kenapa Aris harus menggelar resepsi pernikahan di pantai seperti ini, apalagi harus membuat Jenny repot untuk terbang dari Jakarta ke Bali. Sungguh jika mereka bukan sahabatnya, Jenny tidak akan hadir di pesta pernikahan mereka.

Jenny menyapu padangannya memperhatikan siapa saja yang hadir di pesta pernikahan Aris, dan tiba-tiba matanya tertuju pada sosok laki-laki berkemeja biru yang sedang terlihat serius berbicara dengan seorang laki-laki tua.

Jenny jelas mengenali laki-laki itu. Dia adalah Ardan anak ketiga Tante Lisa. Jenny dekat dengan semua keluarga Lisa kecuali 'dia'.

Sempat berpikir jika Ardan mungkin anak tiri atau anak adopsi Lisa. Bagaimana bisa tante Lisa memiliki anak seperti Ardan. Sejak kuliah dia jarang pulang ke rumah, jarang berbicara dan selalu bersikap dingin pada semua orang.

Jenny tidak pernah berkesempatan untuk saling berbicara dengan Ardan, karena Ardan selalu menganggap kehadiran Jenny seperti debu yang tak terlihat.

Tapi siapa yang menyangka, jika orang seperti Ardan mampu memimpin sebuah perusahaan, dan kabar yang Jenny dengar Ardan telah menjadi Directur di salah satu perusahaan Om Vandi. Gue gak bisa membayangkan jika harus bekerja dengan orang seperti dia.

***

Keyla Jenifer lexdam atau yang lebih sering di panggil Jenny adalah gadis keturunan korea berusia 28 tahun dan dua bulan yang lalu dia baru saja menyelesaikan study S2-nya di Korea.

Setelah lama tinggal di Korea bersama Ayahnya, Jenny memutuskan kembali ke Jakarta untuk melanjutkan mimpinya sebagai Wedding planner .

Hobinya adalah mendengarkan segala jenis musik, tapi justru Jenny paling sulit belajar dalam hal musik. Dia tidak bisa satupun memainkan alat musiknya dan suaranya tidak merdu saat menyanyi.

Kabar buruknya, meskipun Jenny memiliki wajah yang cantik, tubuh ideal dan pendidikan yang bagus, tapi statusnya masih saja single hingga usianya saat ini. Bukan karena tidak ada yang menyukai Jenny, tapi karena Jenny yang terus menutup hati.

Hatinya telah lama dicuri oleh seseorang. Seseorang yang baru beberapa jam dia hadiri pernikahannya.

Aris adalah cinta pertamanya, cinta pertama yang tidak pernah bisa dia lenyapkan. Aris tidak pernah mengetahui perasaannya, atau Aris hanya pura-pura tidak tahu. Jenny tidak pernah berhenti berharap agar suatu hari nanti Aris mau memberikan hatinya untuk Jenny. Tapi sekarang pupus sudah harapannya. Aris telah menikah dengan sehabatnya sendiri. Sudah sepantasnya Jenny membuka hati untuk laki-laki lain, mengingat umurnya yang tidak bisa di bilang muda.

"Lama baget si, sampe kering gue nunggu satu jam di sini," omel Jenny pada Merli yang baru datang menjemputnya di bandara.

"Lupa ya, kalau Jakarta udah biasa macet?" kata Merli.

"Gak inget tuh, gue lebih inget lo yang keseringan ngaret."

"Wah, gak ada terima kasihnya. Udah dijemput malah ngatain, tahu gini gue biarin lo nunggu sampe pagi."

"Ah, udalah ayo pulang. Lo udah nemu rumah yang cocok kan, buat gue?" tanya Jenny.

"Udah dong, malahan udah gue pindahin semua barang-barang lo dari apartemen gue. Jadi lo gak usah repot buat pindahan."

"Niat banget lo ngusir gue, repot apaan, barang gue tuh, cuma ada satu koper gak bakal bikin gue repot. Bilang aja lo pengen gue buru-buru pergi dari apartment lo."

"Hahaha, iya bisa bilang begitu. Abisnya kan apartement gue kecil, cuma ada satu kamar dan makin sempit karena ada lo. Gak usah ngomel mulu, sekarang gue anter ke rumah lo, dijamin lo bakal suka apalagi bayar sewanya gak terlalu mahal," jelas merli.

....

Jenny memperhatikan kantor miliknya dengan seksama, ini adalah awal mula karirnya.

Kantornya tidak besar dan cukup sederhana, dia menghabiskan modal yang tidak sedikit untuk membangun kantor tersebut.

"Aduh, lo semangat banget, jam segini udah di depan kantor." Ucap Merli berdiri di sampingnya. Jenny terkejut, dia tidak menyadari kapan Merli datang.

"Etdah, ngapain lo disini?" tanya Jenny.

"Gue mau kasih semangat buat lo, semangat ya!!!" jawab Merli.

Merli adalah seorang Dokter Spesialis kandungan, dia bersahabat dengan Jenny sejak mereka kecil.

"Gue gak bisa lama-lama, gue ada janji sama pasien, nanti jam makan siang gue kesini, ya." ucap Merli lagi. Jenny senang karena memiliki sahabat seperti Merli yang tidak pernah berhenti memberinya semangat untuk meraih mimpinya.

Jenny menarik nafas dan kemudian mengeluarkannya dengan kasar, dia lelah sekali, sudah jam dua siang tapi pekerjaannya belum juga selesai. "Jen, istirahat aja dulu. Pemotretannya udah kelar, tinggal gue edit aja. Sementara gue ngedit lo pergi makan siang aja, nanti hasilnya gue kasih ke elo," ucap Yudha.

"Iya, gue emang udah laper banget, ini gara-gara model sok cantik itu. Lo nemu model kaya dia dimana sih, janji jam berapa dateng jam berapa," kata Jenny kesal.

Hari ini jenny sibuk mempersiapkan pemotretan untuk membuat iklan.

"Dia temen sekalas gue dulu waktu kuliah. Dari dulu dia emang gitu, kuliah aja dia sering telat. Tapi dia cantik, tinggi dan bodynya wow. Setidaknya kita gak perlu keluar uang banyak buat bayar model sungguhan." jawab Yudha.

"Yaa, lo bener. Gue mau pergi makan siang dulu, deket-deket sini kok. Lo sama Febbri juga istirahat, edit fotonya nanti aja selesai makan," suruh Jenny.

Yudha memperhatikan kepergian Jenny. Hatinya tidak bisa berhenti menganggumi kecantikan Jenny. Sudah sangat lama dia merindukan Jenny, tapi tadi pagi saat mereka pertama kali bertemu, Yudha tidak bisa melakukan apa-apa untuk melampiaskan rasa rindunya, karena Jenny hanya menganggap dia sekedar orang yang dikenal.

Jenny mengisi perutnya dengan beberapa kue dan segelas lemon tea di sebuah toko kue. Dia duduk seorang diri seperti orang yang kesepian.

"Maaf, aku boleh ikut duduk di sini?"

Jenny menengok, wanita dengan dress biru polos pajang dibawah lutut, berdiri memandang ke arahnya. "Ya, silahkan!" jawab Jenny mempersilahkan.

"Maaf ya, gak tahu kenapa tiba-tiba aku pengen duduk sama kamu." kata wanita didepannya.

"Hah," Jenny bingung dan merasa aneh, dia tidak pernah mengenal wanita didepannya.

Wanita di depannya tersenyum melihat ekpresi Jenny, tidak lama seorang pelayan datang mengantar pesanan wanita yang kini sedang duduk bersama Jenny. "Kamu pasti berpikir aku aneh," katanya.

"Iya, eh enggak kok." jawab Jenny yang sebenarnya mengiyakan.

"Kenalin nama aku Nia," wanita itu mengulurkan tangannya mengajak Jenny bersalaman.

"Jenny," jawab Jenny sambil menjabat tangan Nia.

"Kamu sering beli kue di sini?" tanya Nia.

"Gak. ini pertama kalinya." jawab Jenny.

Aduh ini perempuan banyak tanya banget. Sok kenal sok deket banget lagi.

"Nia," tiba-tiba seseorang laki-laki dengan stelan rapi berdiri disamping kursi Nia.

Awalnya Jenny ragu dengan penglihatannya, tapi sekarang dia yakin itu dia.

"Eh, Ardan. Kamu kok malah ke sini?" tanya Nia. "Oh, iya Jen, kenalin ini Ardan dia temen aku," ucap Nia pada Jenny.

Jenny bingung bagaimana dia harus bersikap. Dia mengenal Ardan, tapi apa dia masih mengingat Jenny, atau justru Ardan tidak pernah mengingat jika dia mengenal Jenny.

"Haii.. " sapa Jenny mengangkat tangan kanannya dan tersenyum kaku pada Ardan.

"Nia, ayo kita pergi sekarang. Setengah jam lagi kamu kan, ada janji sama dokter," kata Ardan mengabaikan Jenny.

Tuh, kan ini orang masih sama ngeselinnya kaya dulu. Amit-amit, semoga gue gak pernah ketemu lagi sama dia. Batin Jenny kesal.

"Jenny, aku pergi dulu ya. Semoga lain waktu kita bisa ketemu lagi," ucap Nia pada Jenny.

Benar-benar wanita aneh, dia baru bertemu sekali ini, tapi Nia bersikap seperti teman yang sudah lama akrab.

Ardan dan Nia sudah pergi. Terkadang Jenny penasaran dengan kehidupan Ardan. Kenapa Ardan selalu bersikap dingin pada semua orang. Jenny tidak menyangka jika Ardan bisa bersikap baik pada perempuan yang bernama Nia.

Apa mereka pacaran, tapi dia bilang temen. Tapi kok, Ardan perhatian banget, terus ngapain mereka ke dokter. Ah, kenapa gue jadi kepo gini.

Jenny menghabiskan sisa minumannya, diapun harus segera pergi untuk menyelesaikan pekerjaannya.