Pieter pulang dengan debub jantung tak menentu setelah bertemu dengan Alea kemarin, sampai sekarang jantungnya masih terus saja berdebar-debar tak menentu.
"Kenapa, kau sakit?" tanya Barry sedikit cemas melihat Pieter yang terus memegangi dada sebelah kirinya, tak seperti biasanya Pieter seperti itu meskipun wajahnya tak pucat sama sekali namun Barry cemas melihatnya.
"Entahlah Barr, aku harus ke spesialis jantung sepertinya," lirih Pieter.
Barry langsung mendekati Pieter yang sedang duduk itu, "Jantung kau bermasalah?" Takut juga jika Pieter tiba-tiba mendadak terkena serangan jantung. Barry belum siap jika Pieter meninggal dan ia harus kesepian di dunia ini, "Bukan?" sahut Pieter lemah.
"Terus?" Barry memincingkan matanya, jika Pieter bukan sakit jantung lantas kenapa harus memegangi dada sebelah kirinya.
"Aku bertemu dengan Alea, dan pesonanya itu membuat jantungku tak berhenti berdebar aku takut jika jantungku ini akan copot, Barr," keluh Pieter.