Pieter langsung memegang pinggang Tarra dengan satu tangannya, satu tangan Pieter bergerak ke arah lain.
"Kau jangan memancingku," bisik Pieter.
Tangan Tarra terus memegang milik Pieter, "Aku hanya ingin sebuah kenangan," bisik Tarra, mata indah itu kembali berkaca-kaca.
Pieter langsung melumat bibir manis Tarra mengecapnya dengan kasar, tubuh Tarra semakin terdorong gerakan Pieter yang membawanya semakin masuk ke dalam ruangan apartemen Tarra.
Ekor mata Pieter mencari letak kamar milik Tarra, karena ulah Tarra, Pieter tak bisa menahan nafsunya yang telah berada diubun-ubun.
Tarra hanya pasrah dengan apa yang Pieter inginkan, karena Tarra hanya ingin memberikan apa yang paling berharga dalam hidupnya untuk Pieter seorang.
Tak peduli jika dirinya dinilai sangat murahan yang jelas Tarra akan pergi setelah memberikan mahkotanya kepada Pieter.
Gila memang, Tarra memang gila karena rasa sukanya kepada Pieter seperti Barry yang menyukainya namun tak kunjung berbalas.