Sampai di kamar kostnya, Alona masih tampak kebingungan dan tidak tahu harus bagaimana. Di satu sisi dia sangat bahagia menyadari dia akan pergi ke luar negeri nantinya, tapi di sisi lain entah kenapa dia begitu takut dan merasa berat hati. Terlebih dia harus menjalani kursus selama tiga bulan ke depan, yang akan membuatnya tentu jauh lebih sulit untuk mengatur waktu untuk sendiri, ayah dan adiknya serta untuk Kenzo.
Alona tidak bisa membayangkan jika nantinya dia akan semakin kesulitan membagi waktu lantas perlahan hubungannya dengan Kenzo akan semakin terabaikan. Sesuatu yang selalu dia takutkan ialah hal dimana hubungannya dengan Kenzo harus di pertaruhkan hanya demi posisi dan jabatannya.
Ponselnya pun bergetar, panggilan telepon dari sang adik. Bergegas dia menerimanya dan berusaha mengalihkan sejenak keterkejutannya.
"Ya, Dik? Kau belum tidur?" pertanyaan yang selalu Alona lontarkan setiap menerima panggilan telepon dari sang adik.