Tak berapa lama kemudian, ayah Kenzo dan sang kakek datang di tengah obrolannya bersama Riska dan sang nenek.
"Kakek…" sambut Riska beranjak bangun begitu melihat kakek Kenzo.
Gadis desa memang berbeda. Semua hal tentang norma kesopanan begitu melekat dengan baik.
"Riska, kenapa baru datang berkunjung?" sambut sang kakek.
"Ih, Riska sudah berjam-jam menunggu kakek disini. Tanyakan saja pada nenek," jawab Riska cemberut.
Sang kakek tersenyum gemas dan mengusap kepala Riska dengan penuh kasih sayang.
"Oh, ya. Riska, sapa beliau. Beliau ini anak kakek, dia juga pamanmu."
Ayah Kenzo tampak tertegun menatap wajah Riska.
"Ayah, dia…"
"Iya, benar." ayah Kenzo mengangguk.
"Ya Tuhan, Nak. Kini kau sudah tumbuh besar, bagaimana kabar ayah dan ibumu?" ayah Kenzo tampak berbinar-binar setelah mengetahui dan mengingat siapa Riska.
"Mereka baik-baik saja, Paman. Tapi, Paman…"
"Kau mungkin melupakan paman, Nak. Setelah sekian tahun kita tidak bertemu."