Alona kian mengeratkan pelukannya melingkarkan kedua tangannya pada perut Kenzo. Hal itu membuat Kenzo seperti melayang jauh terbang ke atas awan, detak jantungnya terus berdegub kencang, begitupun Alona yang merasakan kehangatan dan aroma parfum khas tubuh Kenzo membuatnya sampai memejamkan kedua matanya. Dia merasakan ketenangan dan kenyamanan yang tak pernah dia rasakan sebelumnya.
Setelah merasa puas berkeliling menyusuri jalanan kota, hati mereka sudah sangat senang melebihi apapun. Karena sejatinya apabia kita berdekatan dengan orang yang kita sayang, meski hanya berkeliling dengan sederhana itu adalah sesuatu yang sangat special di dalam hati. Hingga akhirnya, kini mereka berhenti di sebuah trotoar di sisi jalan, di situ terdapat sebuah pemandangan yang menjorok ke lautan luas yang membuat pemandangan tersebut sedikit berbeda.
"Kita berhenti disini sebentar, sepertinya pemandangan sangat indah." Kenzo menghentikan laju motornya dan memarkir di sisi trotoar jalan begitu saja.
"Hem, aku beberapa kali melewati jalanan ini. Tapi tdak pernah berhenti untuk menikmatinya," sahut Alona sambil melangkah hendak naik ke atas trotoar namun, langkah kaki Alona tiba-tiba saja hilang kendali dan membuatnya hampir terjatuh. Dengan sigap Kenzo menahannya agar Alona tidak terjatuh.
"Hati-hati, jangan terburu-buru." Ucapan Kenzo terdengar sedikit panik.
Alona tersenyum dan menjawab, "Ada kamu di sisiku, bagaimana mungkin aku akan terjatuh jika begini?"
"Woah… apa kini kau menggoda pacarmu? Aku jadi malu," sahut Kenzo dengan wajah merah, dia sedikit tersipu malu.
Lalu kemudian mereka duduk berdampingan sembari menggantungkan kedua kaki mereka di sisi trotoar yang terlihat cukup tinggi melihat ke arah bawah, di sisi lautan yang terpasang banyak bebatuan alam disana. Kenzo dan Alona kembali merasakan debaran hati yang tak biasa, mereka saling menahan rasa salah tingkah meski posisi duduk mereka sudah saling berdekatan. Tampak pandangan Alona mulai teralihkan pada seru ombak yang berdesir cukup keras di tengah lautan luas, dia seolah terhanyut dan merasakan ketenangan merasakannya.
Sesaat kemudian mereka di kejutkan oleh sepasang kekasih yang sedang berkejaran dan bermain dengan deru ombak di depan sana, Alona dan Kenzo ikut tersenyum melihat pasangan tersebut tertawa riang tampak bahagia bersama.
"Mereka terlihat sangat bahagia, aku suka melihatnya…" seru Alona berucap sambil terus menatap pasangan itu.
"Lalu kita? Apakah saat ini kita juga sebahagia mereka?" tanya Kenzo menanggapi.
Alona menoleh, begitupun Kenzo. Mereka saling berpandangan dengan tatapan mata sendu, memancarkan sinar cinta yang terus saja tumbuh bermekaran di hati mereka. Perlahan Kenzo meraih tangan Alona untuk berada di genggamannya, Kenzo tersenyum manis setelah kedua tangannya berada dalam genggaman hangat tangan Kenzo.
"Aku pun jauh lebih bahagia dari mereka, aku senang bisa menikmati hari ini bersamamu, Ken. Meski, yah… aku sulit untuk menjabarkan dengan detail akan perasaanku sejak awal bertemu denganmu hingga saat ini." Ucapan Alona membuat hati Kenzo terharu. Entah kenapa ucapan Alona sejak tadi membuat Kenzo ingin berteriak mengungkapkan perasaannya untuk wanita yang duduk di sisinya sata ini.
Alona kembali tersenyum hangat masih dengan tatapan sendu pada Kenzo, membuat Kenzo seakan terhipnotis dan mulai mendekatkan wajahnya lebih dekat ke arah wajah Alona, dengan sangat lembut Kenzo mendaratkan sebuah kecupan mesra di kening Alona. Seluruh tubuh Alona berdesir hebat seakan saling bersahutan dengan deru ombak di depan sana.
"Aku sayang kamu, Alona. Aku tidak berjanji untuk selalu membahagiakanmu, tapi aku akan selalu membuatmu tersenyum seperti ini."
"Aku juga sayang kamu, Ken. Aku ingin kita selalu seperti ini, kau selalu di sisiku sampai nanti Tuhan yang menentukan segalanya," sahut Alona menimpali.
Kenzo tampak ragu dan gelisah mendengar apa yang Alona sampaikan, dia terlihat ingin melakukan sesuatu kembali namun, dia terlihat bimbang. Dalam hatinya sudah mulai berisik memberikannya dorongan untuk melakukannya, tapi bagaimana jika Alona marah? Ah, tidak. Ini belum saatnya, aku tidak ingin melakukannya. Dalam hati Kenzo berbicara dengan tegas.
Perlahan Alona memeluk lengan Kenzo dan bersandar pada pundaknya, dia kembali menatap lautan lepas di depannya saat ini. Sesaat kemudian, Kenzo tampak melepas napas panjang. Terpikirkan olehnya untuk menyanyikan sebuah lagu yang menyataka sebuah perasaan dalam hatinya pada Alona. Wanita itu tampak sangat bahagia mendengar suara Kenzo begitu lembut nan merdu menyanyikan sebuah lagu yang membuat hati Alona mendayu-dayu.
Hingga hari mulai sore, Kenzo mngaja Alona untuk pulang segera. Selain dia harus menjalani tugasnya kembali membantu ayahnya di Kedai, dia juga tak ingin membuat Alona terus berada di sisinya sehingga memaksanya melewati segala tugas yang mungkin harus dia selesaikan di rumahnya. Alona mengangguk mengiyakan untuk segera pulang, meskipun Alona enggan untuk berpisah kembali wlau besok mereka tentu masih bisa bertemu.
Rasanya memang sangat singkat di setiap detik waktu yang berputar ketika kita bersama orang yang kita sayangi, kita akan selalu merasa dan inginkan waktu berjalan sangat lambat sehingga kita bisa lebih lama berada di sisi orang yang kita sayangi. Yah, indahnya jatuh cinta memang selalu menbuat setiap yang merasakannya menjadi manusia yang tamak dan egois.
Sepanjang perjalanan Alona menolak secara halus untuk diantar ke rumah oleh Kenzo, dengan banyak alasan yang membuat Kenzo semakin penasaran. Tapi dia mencoba menghargai dan mengiyakan agar Alona tidak merasa sikap Kenzo membuatnya terlihat sebagai lelaki pemaksa. Kenzo mengantar Alona sampai di sebuah halte bus yang akan memakan waktu setengah jam menuju rumahnya.
"Ken, pulanglah lebih dulu. Aku akan menunggu bus disini, nanti kau akan terlambat sampai di Kedai ayahmu." Alona berkata demikian setelah sampai di halte.
"Tidak, aku akan menunggumu. Halte ini sangat sepi," jawab Kenzo memperhatikan sekitar.
"Astaga, tidak apa. Aku sudah terbiasa menunggu bus disini saat hendak pulang atau menunggu bus menuju tempat ibadahku."
"Tapi…"
"Ken, pulanglah!" desak Alona.
Kenzo menarik napasnya dalam-dalam dengan terpaksa mengiyakan apa kata Alona.
"Ya ya ya, baiklah. Aku pulang, hati-hati dan kabari aku begitu sampai di rumah."
Alona mengangguk seraya berucap dalam hatinya, "Maafkan aku, Ken. Aku belum berani membawamu bertemu dengan ayahku, aku belum siap. Aku butuh waktu saat ayah nanti mengetahuinya jika kau dan aku berbeda keyakinan."
Kenzo berbalik badan hendak menaiki kembali motornya namun, dia berhenti sejenak dan kembali berbalik badan menatap wajah Alona yang tampak murung menundukkan kepalanya. Sehingga hal itu membuat Kenzo kembali melangkah menghampiri Alona.
Alona terkesiap melihat Kenzo berada di hadapannya kembali, "Ken…" panggilnya tercengang.
Cup!
Sebuah kecupan singkat Kenzo berikan tepat di bibir Alona. Sontak saja Alona membelalakkan kedua matanya karena sikap Kenzo padanya saat ini sungguh tidak terlintas dalam pikirannya.
"Aku sayang kamu, Alona."