Chereads / The Lost Love / Chapter 5 - Debaran di hati

Chapter 5 - Debaran di hati

Pagi telah tiba. Kenzo bergegas bangun dari tempat tidurnya setelah alarm dari sebuah jam digital miliknya berdering sangat keras. Dia langsung meraih ponselnya untuk melihat apakah ada sebuah pesan singkat darinya. Dan itu memang benar adanya, setiap pagi hari selalu ada pesan singkat yang di kirim oleh

banyak para wanita yang mengejarnya, sekedar mengucapkan kata sambutan selamat pagi yang manis untuk Kenzo.

Kemudian dia teringat akan percakapannya dengan Alona malam tadi, dia tersipu malu sendiri karena kegombalannya pada Alona malam tadi.

"Bagaimana jika dia marah padaku? Ah, ya ampun Ken. Kau sungguh keterlaluan, apakah sungguh menyukainya?" ujarnya sendiri. Kemudian dia melangkah pergi menuju kamar mandi, membersihkan diri, lantas bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Setengah jam kemudian, Kenzo sudah rapi dan siap pergi ke sekolah. Sebelumnya dia memanaskan mesin dari motor antique miliknya, setelah berpamitan pada ayah dan ibunya, barulah Kenzo bersiap untuk pergi ke sekolah.

"Ken, sarapan dulu!" panggil ibunya setelah dia sudah hendak melangkah keluar dari rumahnya.

"Ah, tidak usah, bu! Aku langsung pergi ke sekolah," balas Kenzo dengan santun pada ibunya.

"Baiklah, hati-hati di jalan. Jangan ngebut-ngebut dan belajar yang serius di sekolah!" ucap ibunya berpesan.

"Beres, bos!" jawab Kenzo lalu menyalakan mesin motornya dan berlalu pergi.

Sampai di tengah jalan, pikiran Kenzo tiba-tiba saja teringat Alona dan ingin melihatnya meski itu hanya sekilas saja, karena mengingat secara kebetulan sekolah Alona satu arah dengan sekolah Kenzo berada. Kenzo melaju dengan pelan setelah mendekati sekolah Alona, dia melihat ke sekitar pintu gerbang sekolah yang terbuka lebar dan banyak para siswa siswi berlalu lalang memasuki pintu gerbang tersebut.

Akan tetapi, sosok wanita yang dia harap bisa di lihat olehnya tidak ada. Ken menghela napas sambil mengatupkan kedua bibirnya ke dalam, ada rasa kecewa dalam hatinya. Hingga beberapa menit berlalu dia sampai di depan pintu gerbang sekolahnya,

dia memasuki halaman serta langsung memarkir motornya. Beberapa siswi yang melewatinya sudah mulai menggodanya, namun Kenzo hanya tersenyum kecil menanggapinya.

"Woey, pangeran kita sudah datang." Kenzo di hampiri oleh beberapa teman satu geng nya.

Kenzo turun dari motornya dan mulai bersenda gurau dengan teman-temannya. Secara bersamaan ponsel Kenzo bergetar, dia lalu meriahnya dalam saku celananya. Betapa dia terkejut setelah dilihatnya di layar ponselnya sebuah notif pesan singkat dari Alona.

'Lain kali naik motor fokus ke depan ya!'

Dug dug dug…

Sontak saja detak jantung Kenzo bergemuruh dengan cepat, dia melompat seraya mengucap

kata 'Yes' dengan wajah sumringah, membuat semua sahabatnya mengernyit dan menatapnya heran.

"Woy, kenapa lu Ken? Dapat voucher berlimpah?" tanya satu teman Kenzo menggodanya.

"Sorry, geng. Kali ini rahasia batin, kalian tidak perlu tahu," balas Kenzo tertawa. Lalu pandangannya kembali tertuju ke arah ponsel. Dalam hatinya sudah sangat ingin membalas pesan dari Alona tadi.

Sambil berjalan menuju kelas dia membalas dengan jawaban jujur, Kenzo bilang jika sebenarnya tadi dia hanya ingin melihatnya meski itu hanya sekilas saja,

sejenak Kenzo jadi tersipu malu sendiri. Lalu ketiga sahabat dekatnya yang meyusulnya dari belakang langsung saja menjahilinya, mereka bergelayutan merangkul leher Kenzo hingga Kenzo hampir saja tersungkur. Kebiasaan mereka pada Ken memang

terkadang berlebihan, tapi persahabatan mereka tetap selalu solid dalam keadaan apapun itu.

Di sekolah yang berbeda, Alona tersipu malu membaca balasan pesan dari Kenzo, seorang laki-laki yang membuatnya beberapa hari ini selalu ingin tersenyum

gemas. Kenzo tak ragu untuk mengatakan jika pagi tadi sebenarnya dia ingin melihat ny walau hanya sekilas, hati Alona bergetar.

"Ih, apaan sih dia? Menggombal mulu," ujar Alona pelan.

"Siapa yang menggombalimu pagi begini? Ehhem, jangan bilang kalau dia si Ken, ya?"

Alona langsung terkesiap setelah temannya datang dari arah belakang menggodanya. Dia Jihan kekasih Rio, sahabat Kenzo.

"Ih, apaan. Kenzo siapa sih?" Alona menjawab dengan malu-malu sambil memalingkan wajahnya.

"Lalu… jika tidak kenapa kau tahu nama panjang Kenzo? Hihihi," balas Jihan menggodanya lagi.

Tapi tetap saja, Alona enggan membuka suara untuk menjawab dan bercerita. Meski Jihan sudah bisa

menebak dari raut wajah Alona yang tersipu malu. Sosok Alona memang selalu di kenal pendiam, meski terkadang dia juga suka bercanda lepas kontrol. Tapi dia menjadi seorang yang introvert semenjak ibunya meninggal, bahkan sekedar menebar senyuman pada setiap orang yang menyapanya dia masih enggan membalas dengan ramah.

Kenzo langsung bergegas hendak keluar dari kelas ketika jam pelajaran di sekolah sudah usai. Rio langsung saja menghadang langkah Kenzo sebelum ia keluar dari kelas. Kenzo mengernyit, sementara Rio sudah melempar senyuman yang tak biasa menatapnya, seraya alis Rio di naik turunkan guna memberikan isyarat pada Kenzo.

"Apaan?" tanya Kenzo.

"Ikut aku!" kata Rio kemudian.

"Kemana?"

"Jemput pacar dong," jawab singkat Rio sembari kembali dia menaikkan kedua alisnya berkali-kali.

Kenzo sedikit gusar. Karena sepertinya Rio memang sengaja dan beanr-benar ingin mendekatkannya dengan Alona. Entah apa alasan di balik itu semua, Kenzo sendiri ingin sekali menerimanya. Akan tetapi, sebagai lelaki yang baru saja mengenal sosok Alona, dia tak ingin terlihat terlalu mencolok. Kenzo ingin perkenalan yang baru sesaat itu akan mengalir dengan aoa apa adanya nanti.

"Ehm, kamu aja deh yang pergi! Aku ada sedikit urusan lain, Yo." Dengan terpaksa Kenzo berbohong.

"Ah, elu Ken. Sayang sekali, padahal ini kesempatan elu untuk bisa lebih kenal Alona." Rio mengeluh dengan wajah berpura-pura sedih. Berharap Ken akan mengurungkan niatnya yang menolak ajakan Rio.

Namun sayang, Ken hanya tersenyum nyengi pada Rio. Pertanda jika rayuan Rio tidak mempan untuk mengelabuinya. Akhirnya pun Rio pergi, begitupun Kenzo yang lalu saja menuju pulang. Dalam perjalanan pulang rasa sesal mulai menyerbunya, andai saja tadi dia mau menerima ajakan Rio. Hari ini dia pasti sudah bisa kembali melihat wajah manis Alona lalu kembali menggombalinya dengan ungkapan-ungkapan yang akan membuatnya bersemu merah di wajahnya.

Tiba dirumah, seperti biasa Kenzo langsung saja menuju kedai ayahnya setelah mengganti pakaiannya dengan baju santai. Memulai aktivitasnya seperti sehari-hari biasanya, hari ini kedai kopi ayahnya lumayan ramai pengunjung. Kebetulan stok cream caramel di kedai sedang habis, lalu ayah Ken memintanya untuk membeli segera di sebuah toko khusus penjualan produk tersebut.

"Ken, pergilah sebentar ke toko biasanya. Hati-hati di jalan, jangan terburu-buru!"

"Baik, ayah. Aku pergi sekarang!" jawab Ken santun lalu beranjak pergi.

"Hati-hati, nak!" ucap ibu Ken setelah Ken berlalu pergi.

.

.

.

Sampai di sebuah toko yang di tuju, Ken langsung menuju masuk ke dalam tanpa melepas helmnya dahulu. Dia benar-benar terburu-buru tak ingin memuat para pelanggan di kedai ayahnya menunggu lama dan kecewa nantinya, dia langsung saja meraih beberapa produk yang di minta oleh ayahnya tadi, sambil melihat seretan nota yang di tulis oleh ayahnya, Ken berjalan tanpa fokus ke depan hingga dia hampir saja terjatuh karena bertubrukan dengan sebuah etalase di sampingnya.

Beberapa pengunjung yang tak lain kebanyakan ibu-ibu menertawainya. Karena hanya dia pengunjung laki-lak yang memasuki toko tersebut, Ken jadi salah tingkah, lalu dengan terburu-buru menuju kasir untuk melakukan transaksi pembayaran. Usai membayarnya Ken langsung menuju pintu keluar dari toko tersebut. Secara bersamaan seorang wanita juga datang dari arah luar hendak masuk ke dalam toko, membuat Ken terhenti sejenak.

Setelah wanita itu masuk ke dalam toko, dia terpaku berdiri tepat di hadapan Kenzo. Begitupun Kenzo yang tercengang melihat wanita yang berdiri di depannya itu, sepertinya waktu yang sedang terburu-buru di tempuh oleh Ken, memberikannya kesempatan manis pada penyesalannya tadi yang ingin sekali melihat kembali sosok manis dari wanita yang saat ini sudah menguasai pikirannya.

"Eng…" Kenzo seperti kehabisan kata.

"Eh,hai… Ken, a-apa kabar?" sapa Alona kikuk. Rasa nervous yang sudah menyerbunya sejak tadi membuatnya kesulitan untuk berbicara dengan normal.

"Baik, sangat baik. Tapi sepertinya kian bertambah baik, hehe." Kenzo berlagak sok cool meski dalam hatinya ada sebuah dentuman yang ingin meledak dari dalam jantungnya. Ada rasa bahagia, ada rasa malu, rasa tidak percaya, bahkan rasa gemas juga kian menjadi satu.

Alona kembali terdiam seraya memegangi ujung telinganya, beberapa kali memalingkan wajah karena Ken terus menatapnya tanpa berkedip sedikitpun. Sungguh suatu kebetulan yang tak bisa Ken jabarkan dalam kata bahagia, melihat sosok yang ingin di lihatnya kini benar-benar berdiri di hadapanya seperti mimpi di siang bolong.