Chereads / My Bos My Love / Chapter 5 - Sorry

Chapter 5 - Sorry

Mawar menangis, seumur hidupnya tidak pernah sekalipun ia dibentak, dalam benaknya apa dia sudah melakukan kesalahan fatal hingga bosnya itu membentaknya.

"Maaf, maafin saya." Mawar menunduk, tidak sekalipun beranjak dari tempatnya berdiri didepan Marcel yang bersandar di westafel.

"Aku tidak butuh maafmu, aku ingin kamu pergi," Marcel memejamkan matanya, Mawar sudah dia klaim menjadi miliknya tapi melihat dia bersama laki-laki lain -sekalipun sahabatnya sendiri- hatinya terasa sakit. Berdenyut tak menentu.

"Nggak, saya nggak mau." Jika Marcel keras kepala maka Mawar jauh lebih keras kepala.

"Maka jangan salahkan aku jika berbuat kasar padamu," dengan kasar Marcel memepetkan Mawar ketembok belakang. Mencium Mawar dengan paksa dan melumatnya kasar, tidak ada kelembutan seperti yang dilakukan Marcel biasanya.

Tangan kanan Marcel menahan tengkuk Mawar agar gadis itu tidak memberontak, tangan kirinya menyusup masuk ke dalam kemeja yang dikenakan Mawar, tangannya mulai aktif meremas dada Mawar dari balik bra. "Nggh, tuanhh."

"Kamu milikku, jadi jangan nakal sayang. Atau aku akan menghukummu." Bisik Marcel sensual, kepalanya memang masih pusing, tapi jika untuk mengerjai Mawar, Marcel masih sangat kuat. Dia bisa meminta kepalanya untuk menunda sakitnya.

Tapi, untuk yang satu ini Marcel masih waras untuk tidak melakukannya, dia akan melakukannya jika mereka sama-sama suka, setidaknya Marcel ingin mereka dalam keadaan saling mencintai. Setidaknya ia ingin balik dicintai.

Air mata Mawar luruh seketika, kenapa bosnya selalu saja melecehkannya, Mawar pergi juga karena bosnya, kenapa bosnya tidak mau mendengar penjelasannya lebih dulu.

Mawar menggeleng saat Marcel kembali menciumnya, kali ini sedikit lebih lembut dari yang tadi namun kasar tetap mendominasi.

"Aku akan melakukan lebih dari ini jika kamu nakal, sayang." Marcel menjauh, memberi jarak diantara mereka yang sedetik kemudian disambut pekikan dari Mawar.

"Tu-tuan!" Mawar menopang tubuh bosnya agar tidak jatuh menghantam kerasnya lantai kamar mandi.

Dengan susah payah tubuh kecilnya menahan bobot tubuh Marcel yang jauh lebih besar darinya. Kembali, dengan susah payah Mawar membawa Marcel kembli keranjang, menidurkannya kembali dikasur king size.

Mawar dengan kekhawatiran yang sedikit berlebihan membuka kantong kresek yang sedari tadi terus ia pegang. Mengambil obat demam yang ia harapkan bisa ampuh menurunkan panas ditubuh bosnya.

"Tuan!" Mawar memanggil pelan, namun tidak ada respon. Tangannya mulai bergerak mengguncang pelan bahu Marcel. Nihil, bosnya tidak menunjukkan tanda jika ia terusik yang membuat Mawar otomatis panik.

Gadis cantik itu lalu meraih ponselnya yang ia simpan disaku roknya, membuka aplikasi pencarian dan mengetikkan sesuatu disana,

Cara memberikan obat pada orang yang pingsan.

Mawar meringis saat melihat jawaban dari pertanyaan yang ia cari, dengan ciuman. Ia saja tidak pernah berciuman, bagaimana mungkin ia melakukannya.

Mawar yang dasarnya adalah gadis polos, mencoba membuka aplikasi youtube masih dengan pencarian yang sama.

Disana, Mawar melihat adegan yang menampilkan orang berciuman, gadis polos itu memperhatikan dengan serius, tidak ingin sekalipun melewatkan tutorial tersebut.

Setelah paham, ia menutup aplikasi tersebut dan menyimpan ponselnya dinakas, dekat dengan kresek obat yang sudah lebih dulu Mawar taruh disana.

Sesuai dengan tutorial tadi, Mawar mulai meminum obat dan air putih sekaligus membuat pipinya sedikit menggembung.

Dengan perlahan, Mawar membuka mulut Marcel menggunakan tangannya hingga mulut bosnya itu terbuka. Gadis itu mulai menurunkan wajahnya hingga jarak diantara mereka tidak ada.

Mawar mulai memasukkan air beserta obat tersebut kala bibir keduanya menyatu. Gadis itu memekik senang saat obat itu sudah tertelan habis oleh Marcel. Dengan ini, ia berharap panas di tubuh bosnya segera turun.

Mawar mulai merebahkan tubuhnya tepat disamping Marcel, berbaring dengan nyamannya sambil memeluk tubuh terlentang bosnya. Masa bodo dengan penolakan Marcel nantinya. Bukankah lelaki itu sendiri yang bilang jika mereka adalah sepasang kekasih. Mawar memutuskan untuk menerima semua ini, lagipula jantungnya selalu berdentum kencang saat bersama bosnya bukan dengan Vino yang hanya sesaat.

Mawar memejamkan matanya, mulai terlelap menyusul Marcel yang sudah lebih dulu menjelajah ke alam mimpi.

***

Marcel membuka matanya saat sinar mentari yang terik tak malu-malu lagi untuk menyinari bumi, sesaat ia melirik jam diatas nakas yang sudah menunjukkan waktu siang.

Ia menggerakkan badannya yang entah kenapa terasa pegal, ada sesuatu dibawah sana yang menindih perutnya. Marcel melirik kebawah kala sebuah lengan mungil memeluk perutnya erat. Sedetik kemudian ia mengelus lengan tersebut dengan lembut sebelum melepaskannya dengan gerakan pelan.

Namun,

"Tuan," gerakan pelan yang dilakukan Marcel nyatanya tetap mengusik tidur gadis cantik disampingnya.

Mawar mengucek matanya, menyesuaikan penglihatannya karena baru bangun tidur. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling sebelum matanya menangkap sosok yang ia peluk kini sudah bangun, duduk tepat dihadapannya.

Segera saja Mawar menghampiri bos galaknya itu dan menempelkan telapak tangannya pada kening bosnya.

Masih panas.

Marcel hanya diam memperhatikan setiap pergerakan yang dilakukan sekretaris yang baru disadarinya ternyata sangat labil.

Mawar melepas tangannya dari kening Marcel, lalu mencari ponselnya yang tadi ia letakkan diatas nakas.

Marcel tetap memperhatikan gerak-gerik sekretarisnya yang kini tarpaku pada ponsel ditangannya. Sedikit penasaran, namun sedetik kemudian matanya melebat melihat apa yang baru saja Mawar lakukan.

Marcel tidak habis pikir, setelah melempar ponselnya kini gadisnya itu melepas kancing kemeja yang ia pakai hingga terpampang dadanya yang menurut Marcel begitu besar.

Glup, Marcel menelan ludahnya kasar.

"Apa yang kamu lakukan!"

Sial.

Marcel tidak pernah segugup ini sebelumnya. Bahkan sebelumnya ia tidak pernah sekalipun tergoda pada wanita yang telanjang didepannya. Tapi ini, melihat Mawar yang naked dibagian atas saja, miliknya sudah meronta ingin keluar.

Mawar menatap polos bosnya, "kata internet yang saya baca kalo mau cepet panasnya turun kulit kita harus saling bersentuhan." Jawab Mawar.

"Kamu tau apa yang kamu lakukan?" Mawar menganggukkan kepala.

Gadis itu kemudian beranjak mendekati Marcel, melepas satu persatu kancing pakaian yang dikenakan bosnya.

Marcel diam saja, tidak menolak atau mencegah Mawar karena faktanya ia menyukainya. Menyukai sifat polos sekretarisnya yang tentu saja menguntungkan untuknya. Marcel menatap Mawar sesekali melirik kedua dada yang menggantung indah tepat didepannya.

Tangannya dengan kurang ajar mengusap dada tersebut dengan lembut membuat Mawar terkesiap kaget. Ia memandang bosnya dengan bingung.

"Jangan lakukan hal ini pada orang lain. Hanya denganku. Kamu mengerti?" Mawar mengangguk patuh.

Marcel mengecup lembut dahi Mawar, kemudian merebahkan tubuh keduanya pada ranjang. Tubuh keduanya saling menempel tanpa ada jarak, dada keduanya yang tanpa atasan saling bersentuhan. Sehingga Mawar masih bisa merasakan kulit Marcel yang terasa panas.

"Aku tidak suka kamu bicara dengan Vino." Marcel mengusap rambut Mawar yang terasa halus.

Mawar mengerucutkan bibirnya yang tentu saja tidak disia-siakan Marcel. Ia yang selalu berpikiran mesum saat bersama Mawar kemudian mencium bibir gadisnya dengan lembut. Melumatnya sesekali menyesap bibir bawah dan atas.

"Tuan Vino tidak mau memberi obatnya, dia bilang saya harus sarapan dengannya dulu."

Marcel yang semula memejamkan matanya, kini membuka matanya lebar. "Lalu?"

"Sa-saya mau, soalnya obatnya cuma tinggal itu saja di apotek."

"Tuan jangan marah!" Mawar merengek saat Marcel menatapnya tajam.

TBC