Chereads / The Oldest Land / Chapter 84 - Teknik Pernapasan Kulit

Chapter 84 - Teknik Pernapasan Kulit

""Loh kok kamu juga latihan mas, bukannya aku doang yah?"" tanya denok dengan sedikit keraguan

""Ga sayang, tempat ini juga pas untuk latihan mas, dan untuk itu kita datang kesini"" jawab adi kembali dengan lembut

""Ok kalo begitu kita latihan pernapasan dulu sayang di batu datar besar disana"" menunjuk sebuah batu besar yang tak jauh dari posisi mereka

""baik mas"" denok hanya menjawab singkat sambil tersenyum

""nah sekarang kamu cari psosisi duduk kamu yang yaman sayang, dan kita akan mulai sesi pernafasan kita""

Adi dan denok mengambil posisi yang yaman bagi mereka, untuk sesi pernapasan, yang berfungsi sebgai tahap dasar pengkondensasiaan, dari niat dan juga amarah yang ada di dalam tubuh, untuk selanjutnya dirubah dalam bentuk energi batin yang menghangatkan seluruh bagian tubuh.

Sudah hampir dua jam adi dan denok berlatih bernapasan, dan bisa di lihat baik wajah adi maupun denok, sekarang penuh dengan keringat dan kotoran yang keluar dari dalam tubuh mereka.

Menyadari, bahwa waktunya sudah selesai, adi membuka matanya dan menghembuskan nafas panjang, seketika itu asap putih bercampur dengan bau asam keluar dari mulut adi.

Menunggu sampai satu menit full, baru adi selesai membuang semua gas yang ada di dalam tubuhnya, dan melihat di tubuhnya yang penuh dengan keringat dan juga kotoran, adi mengangguk puas, karena kini pernapasannya telah mencapai fisik kulit, yaitu pernapasan yang tidak hanya lewat hidung, tetapi juga pori-pori kulitnya.

Hal ini tentu sangat menyenangkan bagi adi, karena dengan pernapasan kulit yang telah mampu ia kuasai, ke depan proses latihan dan pemulihan dirinya akan berlipat ganda dari pada sebelumnya.

Melihat ke arah samping, dan mengamati denok dengan seksama, adi menganggukan kepalanya sedikit, melihat denok yang telah basah kuyup dengan butira-butiran kristal keringat, yang seukuran biji jagung.

Walau, teknik pernapasan denok belum mampu sampai tahap dirinya, tetapi progres yang dilakukan tidak bisa dibilang lambat, justru sebaliknya, sangat cepat untuk rata-rata orang yang berlatih kanuragan, adi sempat bingung memikirkan kondisi denok yang tidak terlalu ideal untuk berlatih kanuragan. Tetapi kenapa sekarang perkembangannya begitu luar biasa dan mampu melampauwi rata-rata mereka yang belajar ilmu kanuragan.

Adi hanya bisa membuat satu kesinambungan, dengan lingkungan latihan yang sangat mendukung di dalam ruang, dan juga kekuatan transformasi waktu yang ada di dalam ruang, dan di luar ruang, yang mungkin menyebabkan perbedaan dari kecepatan belajar denok.

Saat dirinya masih agak termenung menemukan jawabanya, adi melihat perubahan yang terjadi pada denok, melihat bahwa sebentar lagi ia akan bangun, adi merasa senang, karena denok benar-benar serius dalam berlatih bersamanya.

Sesaat kemudian, denok menghembuskan nafas yang berat dan asap hitam keluar dari dalam mulutnya, itu berlangsung selama 10 detik, sebelum ia menyelesaikannya, membuka matanya perlahan dan menstabilkan pernapasan dirinya, denok melihat wajah adi yang tersenyum di depannya.

Membalas adi dengan penuh senyum manis, denok seakan meluapkan kegembiraanya, terjun langsung kepelukan adi dan menawarkan bibir merah nya yang sensual.

"""muaaaaaachhhhhhhhhh...haaa.....haa....haaaa""

Setelah sesi ciuman perancis yang dalam dan panjang, keduanya berbisah dan saling menatap satu sama lain, memulai sesi ciuman yang lebih lembut sampai adi merasa puas dan melepaskan bibir denok. Denok yang telah lepas dari ciuman kuat adi yang lain, bernapas sedikit sesak, sambil membenamkan kepalanya di dada adi, adi yang memeluk denok sambil mencium rambut denok berbisik pelan di telinga denok

""Saayang kamu, bau asem"" ledek adi di telinga denok

Denok yang mendengar bisikan adi menjadi sedikit kesal, dan mengangkat kepalanya, menatap adi dengan tajam, seolah-olah adalah sebuah hal yang tabu berkata kepada wanita kalau mereka bau badan.

Adi yang ditatap oleh denok, dengan mata yang tajam, hanya tertawa tak berdaya, dan bertanya pada dirinya, betapa malang nasib dirinya karena mulutnya yang usil.

""Mas.....tadi kamu bilang badan aku bau? Benarrrrrr?"" bertanya denok sambil memicingkan matanya kepada adi

Adi yang ditanya denok, secara sadar mengangguk dan tak lama kemudian menjadi menggelengkan kepalanya, tetapi reaksi adi ini, tak lepas dari mata denok, dan seakan sudah membuat keputusan untuk menghukum adi, denok tersenyum manis menatap adi dengan mata yang terbakar.

Adi yang di tatap denok dengan mata yang terbakar, dan melihat senyumnya yang terlihat sangat licik, sedikit menahan nafas dalam dirinya, karena dia tahu dia pasti tidak beruntung kali ini.

""Ok, karena mas bilang badan denok bau asem, sekarang kita mandi disini, dan tugas mas, bersihin seluruh tubuh denok, bagaimana?"" pinta denok dengan wajah yang cantik

Adi yang mendengar hukuman denok sedikit tertegun, bukannya ini hadiah untuk nya jika dia harus memandikan denok, adi yang merasa senang langsung setuju

Dan tanpa adi sadari, ada senyum misterius yang muncul di wajah denok, tak lama kemudian keduanya membuka pakaian mereka, dan langsung terjun ke air yang dingin dan menyejukan dibawah air terjuh, serasa di bilas oleh semua kelelahan, adi dan denok menikmati air di bawah air terjun.

Tak lama kemudian adi sadar akan tugas yang telah diberikan denok kepadanya, dan tak menunggu waktu yang lebih lama, adi menghampiri denok dan membasuh seluruh tubuh denok.

Denok yang dimandikan oleh adi, tersenyum manis, dan seakan iblis yang menggoda, membentuk pose dan gerakan yang sangat menantang kepada adi, adi yang melihat ini semua menelan ludah ya berkali kali, dan saat dia akan maju untuk menelan tubuh denok, denok selalu berkelit, dan melepaskan diri dari cengkraman adi.

Adi yang melihat tingkah denok, semakin kesal karena adik juniornya telah tegak berdiri, dan selalu siap untuk menembak, tetapi tidak bisa menembak, ini tentu membuat adi menjadi sangat kesal, karena hanya bisa melihat di depan matanya tetapi tidak bisa memakannya.

Seakan melihat wajah depresi adi yang jelas, denok tertawa dengan senang melihat tingkah laku adi, dia terlihat puas dengan apa yang dia lakukan, yaitu membangkitkan nafsu adi tanpa bisa melampiaskan nya.

Adi yang melihat denok tertawa dan tersenyum, mulai sadar bahwa dia telah dipermainkan oleh denok, dan saat dia akan mengertak kembali denok, adi sadar dia tidak bisa memaksa denok dan takut membuat denok sedih, jadi dia hanya bisa menahan nafas panas dalam tubuhnya.

Beruntung ia ada di bawah air terjun dan percikan air terjun yang membasahi dirinya, seperti air musim semi yang membasuh tanah tandus yang panas, saat dirinya mulai bisa mengontrol nafsunya

Tiba-tiba, adi merasa adik juniornya dibungkus oleh lapisan hangat yang lembab, dan lama kelamaan menjadi semakin yaman, adi yang membuka matanya dan melihat ke bawah, menyaksikan denok yang sedang melahap adik juniornya dengan semangat.

Sekaan membuat permintaan, mata denok yang erotis memandang adi, sambil mempercepat gerakan di dalam mulutnya, adi yang melihat mata denok, seakan memiliki pengertian dan berkerja sama dengan denok, dengan cara menekan lebih dalam kepala denok.

Dan sesi kehangatan alam ini tak berlangsung lama, saat adi menembakkan alteleri kembali ke dalam bungker denok, denok yang menerima alteleri adi, menelannya dengan penuh semangat, hingga tetas terakhir.

Dan, seakan membuktikan bahwa ia telah menyelesaikan penyimpanan semua peluru alteleri, denok membuka mulutnya kepada adi dan menjulurkan lidahnya yang bersih.

Adi yang melihat ini, sedikit gemetar menahan perasaan klimaks, dan tak lama kemudian mengangkat kepala denok, dan memberikannya ciuman yang dalam di bawah aliran air terjun.

Hal ini berlangsung sampai matahari terbenam, tentu ada kelanjutan dalam aksi mereka, tapi itu akan diceritakan dilain kesempatan berikutnya.

Setelah mengeringkan tubuh mereka, dan memakai pakaian mereka, adi dan denok seketika hilang dan kembali muncul di dalam vila mereka, bergegas menuju dapur untuk memasak, karena telah membakar banyak kalori.

Dan tak lama, setengah jam kemudian, laukan dan nasi yang hangat, tersaji di depan mereka, memakan bersama sambil tak lupa mengulas latihan pernapasan mereka, adi memberi tahu denok, bahwa sesi meditasi di malam hari juga adalah sesi yang penting.

Denok yang mendengar penjelasan adi, menganguk dengan serius dan kembali memakan makanan mereka, setelah selesai makan dan bersantai di halaman belakang vila, dengan meminum teh dan beberapa buah segar, adi den denok menghabiskan waktu sore mereka yang mantap, sambil menunggu malam tiba.