saat resti dan haruto sedang makan sedang makan siang, saat itulah mereka muncul.seorang wanita yang seumuran dengan resti dan seorang anak kecil sekitar berumur 10 tahun.
"siapa kalian?" ujar haruto. Tapi mereka diam layaknya orang bisu sambil ketakutan. Muka mereka sangat pucat dan keleahan, seperti mereka habis berlari dan terus berlari tanpa henti.mereka memakai topi dan baju yag sudah using. Dan Sekali lagi haruto bertanya dengan mereka, tetapi mereka tetap diam layak orang bisu. Beberapa saat mereka melirik makanan yang ada di dibelakang dan memegang perut meraka.
"tunggu, haruto lihat yang ada di lehernya"
"di leher" kemudian haruto melihat yang ada dileher mekrea berdua"sepertinya ini adalah kalung budak"
"iy, sepertinya mereka adalah budak yang diusir dari seorang pemilik yang tidak bertangung jawab" sekali lagi perut mereka berbunyi, dan mereka menunduk malu. Setelah beberapa saat perut mereka berdua berbunyi''krruuuukkkk". Haruto dan resti melihat mereka dan tersenyum. Kemudian resti mengajak mereka makan bersama.
"pertama-tama, ayo kita ajak mereka makan bersama. Baiklah, ayo kesini kita makan bersama"
Tapi mereka, sangat malu dan tak berani mendekat, dan saat itu haruto mengambil piringnya dan mengambil makanan. Setelah ada beberapa daging dan sayuran, haruto mendekat dan memberikanya kepada mereka.
"ini, ayo kita makan bersama"
Mereka masih malu dan menunduk dengan wajah merah merona, setelah haruto menawarkan makanan kepada mereka berulang kali, akhirnya mereka mau dan mengambil makanan yang ada dipiring yang dibawakan oleh haruto. Mereka memakanya dengan lahap dan merasa sangat bahagia. Haruto tersenyum dan kembali duduk didekat resti dan makan bersama. Setelah mereka selesai makan, haruto dan resti mendekati mereka berdua dan menyakan sesuatu.
"hei,kalian berasal dari mana" mereka tetap diam dan tidak menjawab.
"ini gawat haruto, kalau begini kita tidak akan tau mereka berasal dari mana?"
"kau benar resti, kalau begini akan kerepotan" setelah beberapa detik, haruto mendengarkan suara di semak-semak sebelah kiri. Seketika haruto melihat semak tersebut dengan wajah serius dan siaga.
"ada apa haruto?"
"diam sebentar resti, aku merasakan kehadiran seseorang yang tidk kita kenal"
"apa!, maksutmu ada seseorang yang sedang mengawasi kita"
"benar!"
Haruto melihat sekiling dengan siaga, dan seketika ada sebuah shuriken dilemparkan kearah kedua budak yang sedang berada didekat resti. Haruto yang menyadarinya langsung berlari dan menagkis shuriken tersebut dengan pisau kecil yang ada di kakinya. Shuriken tersebut terpental dan mengenai pohon. Kedua budak yang melarikan diri itu ketakutan dan memeluk resti.
"haruto, sepertinya mereka mengincar mereka, jadi bisakah kau bereskan. Aku akan membuat mereka tenang"
"baiklah, berikan aku waktu" haruto berlari kearah tasnya dan mengambil pedang dan mengeluarkan pedangnya dari sarungan.
"baiklah, kalaian yang sedang mengincar kami keluarlah, jangan jadi pengecut dan menyerang dengan cara bersembunyi" tidak ada respon, sedangkan shuriken tetap diluncurkan kearah haruto dan lainya. Haruto berlari dan menangkis setiap shuriken yang dilemparkan kearah resti dan mereka berdua.
"sial, kalau begini aku tidak akan tahu mereka berada diamana" seketika ada sebuah shuriken yang diarahkan ke haruto dari belakang. Haruto yang berbalik ingin mengkis tapi tidak sempat dan mengenai dadanya.
"haruto!!" resti berteriak
"sial" haruto sambil menarik shuriken yang tertancap di dadanya. Setelah haruto menarik shuriken yang tertancap didadanya, dia teringat sebuah jurus yang diajarkan oleh ayah angkatyna yaiutu ari. " kalau tidak salah ayah pernah mengajariku untuk mengetahui musuh yang sedang menyerang dengan cara bersembunyi, baiklah aku akan mencobanya" dalam pikiran haruto. Haruto mengangkat pedangnya dan menancapkanya ketanah. "sekarang aku hanya perlu focus dengan suara dan gerak-geriknya. Focuskan indra pendengaran, dengarakan arah angin saar shuriken itu dilemparkan dan dengakan dahan-dahan pohon yang berbunyi saat menjadi pijakan musuh untuk berpindah tempat. "dapat" haruto melemparkan sebuah pisau kecil dan mengenai pundak musuh dan membuat musuh jatuh dari pohon. Haruto hendak mendekatinya dan menangkapnya, tapi musuh mengabil sebuah bom asap yang berada dikantung nya dan melemparkanya. Seketika asap tebal menyelimuti mereka, dan sang musuh lari meninggalkan mereka.
"hei, jangan lari kau!!"
"sudah lah haruto, yang penting kita selamat"
"baiklah, bagaimana dengan mereka" sambil berlari mendekati resti.
"sepertinya mereka ketakutan" sambil memegang pundak budak.
"sial" kalau begini kita-"
"kakak, tidak apa-apa" salah dari budak yang kecil berbicara kepada haruto.
"hmmm, ternyata bias berbicara gitu, kenapa tidak kau jawab saat kami bertanya tadi"
"kami takut, kami kira kalian ingin mengembalikan kami ke tempat perbudakan" satunya lagi berbicara.
"tempat perbudakan" sambil berpikir
"kakak, haruto apa kau terluka" dengan suara kecil lemah lembut dan imut.
"Hmm, bias kau lihat aku tidak apa-apa"
"kenapa kalian lari dari tempat perbudakan itu"resti bertanya kepada mereka.
"kami melarikan diri, karena kami ingin mencari seorang petualang hebat yang bias membantu membebaskan kami" dengan suara sedih."membebaskan kalian dari tempat perbudakan" haruto
"menacari seorang petualang hebat dan meminta tolong untuk membebaskan para budak ya" resti menjawab.
"kenapa?" mereka bertanya.
"kenapa?, itukan mustahil. Karena biasanya para penjual budak sudah disertivikat oleh kerajaan. Jadi tidak mungkin ada yang bisa. Kalau pun ada seorang petualnag yang mau, berarti seorang petualang itu hanya menginjakan dirinya ke neraka saja" resti menjawab dengan sebisa mungkin.
"tapi, penjual budak ini adalah penjual gelap" seketika resti terkejut.
"mereka menculik anak-anak diumur 10 sampai 15 tahun untuk dijadikan budak. Sama seperti aku dan dia, kami diculik, disuruh bekerja layaknya hewan, disiksa. Kami tidak tahan lagi, jadi kumohon bantu kami, akan aku lakukan apapun" mereka berjalan menuju haruto dan memeluknya.
"kumohon, selamatkan kami" mereka berlinang air mata. Haruto melihat resti dan resti melihat haruto. Haruto melihat resti seakan bertanya, apakah kita akan membantu mereka atau tidak. Sedang resti hanya mengnagguk-anggukan kepalanya.
"baiklah" sambil melepaskan pelukan mereka berdua
"kami akan membatu kalian sebisa mungkin"
"benarkah?" mereka menjawab.
"benar, jadi jangan menangis lagi" sambil mengusap kepala mereka haruto terseyum manis. Mereka tersenyum dan melompat dan memeluk haruto.
"terimaksih, sungguh terimaksih" mereka memeluk erat haruto dan tersenyum. Sedangkan resti yang melihat mereka sedang memeluk haruto dengan erat menampakan wajah kesal dan tatapan wajah datar.
"ARA-ARA, kalian lucu sekali ya , pencuri kecil" haruto terkejut dan melepaskan pelukanya. Dan mereka melihat resti yang sedang kesal dan takut karena wajah menakutkan resti yang sedang marah. Seketika haruto melepaskan pelukan mereka, kemudian haruto berdiri dan membersihkan debu di celanya.
"oh ya, siapa nama kalian" haruto bertanya dengan mereka untuk mengalihkan pembicaraan, dan agar resti tidak marah.
"percuma haruto, aku tidak akan teralihkan. Kau harus dihukum" sambil mengangangkat tangan dan mendekati haruto.
"tunggu, resti. Kumohon hentiakan" sambil berjalan mundur dan tejatuh. Plak,plak,plak. Kepala haruto benjol besar.
"rasakan itu" dengan muka kesal.
"sudah kubilang, dengarkan dulul penjelasanku"
"diam" dengan muka datar, marah dan seram.
"baik" haruto menjawab dengan eksprei takut.
"jadi siapa nama kalian?" resti bertanya dengan mereka berdua.
"namaku salsa, aku berumur 14 tahun"
"kalau aku misha, aku berumur 10 tahun salam kenal"
"salsa dan misha, baiklah mohon bantuaya ya"
"siap"
"baiklah, haruto ayo bereskan semuanya dan kita berangkat ke tempat pejualan budak gelap itu"
"siap"
Disisi lain musuh yang melarikan diri tadi sedang menghadap pemilik kedua budak yang melarikan diri tadi.
"apa kau bilang, kau tidak bias menangkap mereka" dengan ekdpresi marah dan kesal.
"iya, mereka berdua telah ditolong oleh sekelompok petualang"
"kalau begini, bisnisku akan hancur dan lebih gawat bila kedua budak itu memberikan iformasi tentang penjualan budak gelap ini, akan jadi masalah nanti. Pokoknya kedua budak itu harus kau bawa kesini hidup ataupun mati, paham"
"baiklah"
Disisi haruto, mereka sedang melakukan perjalanan menuju ketempat penjualan budak gelap. Yang menujukan arah adalah salsa dan misha. Salsa selalu meperhatikan haruto disetiap perjalan, dan haruto yang menyadarinya hanya diam dan terus berjalan. Setelah beberapa cukup lama berjalan, salsa untuk mendekati haruto dan melihat pedangnya.
" ada apa salsa" haruto menoleh dan melihat salsa, dan resti yangdidepan menoleh kebelakang dan melihat haruto dan salsa berbicara.
"tidak, aku hanya sedang melihat pedang yang ada padamu"
"pedang?"
"iya, saat pertarungan tadi kenapa kau tidak menggunakan pedang ini tapi malah menggunakan belati?"
"dilihat pun sudah bisa ditebak kan, musuh sedang bersembunyi jadi aku tidak bisa mengambil pedangku. Jadi aku menggunakan belati yang di celanaku saja"
"benar juga, dan juga aku merasakan kekuatan yang sangat besar dalam pedang itu"
"dari mana kau mengetahuinya"
"aku sebenarnya memiliki mata iblis yang bisa mengetahui seberapa besar kekuatan musuh, tapi aku payah dalam menggunakan sihir"
"kau bisa menggunakan sihir, kenapa tidak kau lawan mereka dengan kekuatan sihir itu"
"sudah pernah ku coba, tapi gagal. Saat aku sedang merapalkan mantra untuk mengeluarkan sihir mereka melumpuhkan aku dengan sihir yang sangat kuat, dan membuat aku berada dalam dunia khayalan. Dan sihir yang bisa aku gunakan hanya lah fire bolt"
"fire bolt?"
"benar, sihir ini adalah sihir terlemah, siapa pun bisa menggunakanya"
"kenapa, bukankah seseorang yang memiliki sihir, asalkan belajar dasar sihirnya, apapun jenis sihirnya pasti bisa"
"tidak semudah yang kau bayangkan"
"benarkah" tiba tiba haruto merasakan kehadiran seseorang.
"kalian semua diam dan berlari mendekatiku"
"kenapa"
"sudahlah" merekapun berlari mendekati haruto. Haruto melihat kiri dan kanan dengan waspada. Dan tiba-tiba muncul seseorang dengan pakaian ninja dari atas pohon.
"yo, aku datang untuk membalas perbuatanmu"ucap sang musuh
"kau "
To be continue