"Jika kita adalah orang asing, bagaimana kamu tahu namaku?" He Jingyao menatapnya dalam-dalam, dan senyum di bibirnya terlihat sangat menawan, "Nona Cantik, aku jatuh cinta denganmu pada pandangan pertama. Bolehkah aku mendapat kehormatan untuk mengetahui namamu?"
Suaranya terdengar dalam dan mempesona seperti biasanya, terutama ketika dia sengaja mengatakannya dengan nada penuh kasih sayang seperti ini.
Su Zhixi merasakan tubuhnya, dari hati ke jari, dari rambut hingga ujung kaki, semuanya terasa lemas.
Dia tertegun melihat wajah tampan di hadapannya, tidak bisa dipungkiri kali ini dia hanya bisa mendengar suara jantungnya yang berdetak sangat kencang.
He Jingyao mengulurkan tangan dan dengan lembut membelai pipinya.
Su Zhixi, seolah terbangun dari mimpi!
"Aku… aku... He Jingyao, kamu…" Su Zhixi akhirnya menyadari lagi-lagi dirinya telah jatuh ke dalam lubang yang sama.
"Ya, aku He Jingyao. Katakan siapa namamu?" Pria itu bertanya dengan senyum ringan.
Su Zhixi menjawab dengan suara lemah, "Su Zhixi…"
"Su Zhixi." He Jingyao menyebutkan namanya dengan nada yang sedikit menggoda, "Kalau begitu, kita sudah saling mengenal, kan?"
Su Zhixi mengangguk lemah.
Dia bodoh, benar-benar bodoh.
Mengapa dia kemarin meminta He Jingyao untuk tidak lagi mengenalnya di masa depan? Tuan Muda He tentu saja akan memiliki solusinya dengan sangat sederhana. Karena dia tidak lagi mengenalnya, maka dia mengajak untuk berkenalan.
Selanjutnya, dia bisa dengan mudah menggoda dan melecehkannya…
Su Zhixi merasa sejak dia bertemu pria ini, dia hampir menjadi 'Xianglin' (gambaran khas wanita pekerja pedesaan di Tiongkok kuno yang tidak hanya tidak bisa memperjuangkan hak sebagai manusia, tetapi juga menjadi sosok yang diinjak-injak, dianiaya dan dibenci). Su Zhixi hanya bisa menyesal sepanjang waktu.
Musuh yang dihadapinya sangat licik yang membuatnya tidak tahan… Saat ini, dia hanya bisa meratapi nasibnya.
"Aku tidak akrab dengan lingkungan di sini, jadi aku ingin mengundangmu untuk makan siang. Apakah kamu memiliki tempat untuk direkomendasikan, Zhixi?" He Jingyao bertanya sambil tersenyum.
Mendengar pria ini berkata demikian, Su Zhixi hanya merasakan perutnya yang sudah kelaparan.
Ketika dia pergi ke kantin, dia telah dibodohi dan dijebak oleh Su Lianxi agar bisa membawanya ke kedai teh dekat sekolah. Akibatnya, dia keluar tanpa bisa makan siang dan kemudian dia harus bertemu dengan Tuan Muda He.
Bagaimana pun, pria ini tidak tahu malu dan pengkhianat, dia tahu bahwa dia tidak bisa menolak, jadi lebih baik untuk tetap berhati-hati.
"Ada restoran Xin Wei Xuan di dekat sini dan daging babi yang dimasak dua kali sangat lezat." Su Zhixi berkata sambil menelan air liurnya.
He Jingyao segera melihat keluar, "Li Bo, Xin Wei Xuan."
"Baik, Tuan Muda." Li Bo menjawab dengan hormat.
Su Zhixi sedikit gelisah, dia merasa ragu sejenak sebelum akhirnya berkata, "Itu… apa kamu ingin pergi ke sana? Apa tidak akan terlalu merepotkan? Tempat itu hanyalah sebuah restoran kecil biasa… kalau tidak, kamu bisa memilih tempat lain. Aku tidak pilih-pilih."
"Tidak masalah. Karena kamu ingin makan, aku pasti akan memuaskanmu." He Jingyao tersenyum sembari memegang tangannya.
Seketika Su Zhixi merasakan sedikit kehangatan di hatinya.
Pada saat yang sama, dia semakin merasa bingung. Mengapa setelah mereka mengalami malam sial itu He Jingyao justru begitu baik pada dirinya?
Terlebih lagi, dia sepertinya tidak bercanda kemarin ketika mengatakan akan menikahinya.
Sesuai dengan identitas dan kondisi He Jingyao, tidak ada orang yang bisa menolaknya, bukan?
"Kenapa tanganmu bengkak?" Raut wajah He Jingyao tiba-tiba tampak berat.
Seketika Su Zhixi kembali tersadar dari pikirannya yang melayang entah ke mana. Saat ini, He Jingyao meraih tangannya yang bengkak, dan mau tidak mau Su Zhixi menjawabnya singkat, "Memukul orang."
He Jingyao sedikit mengangkat alisnya, "Apa itu adik tirimu?"
"Bagaimana kamu bisa tahu?" Su Zhixi sangat terkejut.
He Jingyao mengerucutkan bibirnya. Wanita ini seringkali terlihat bodoh dan pengecut. Kecuali adik tirinya, dia tidak akan menunjukkan ekspresi bangga saat dia memukul siapa pun.