Chereads / I Have To Go / Chapter 4 - Ciuman pertama Okta

Chapter 4 - Ciuman pertama Okta

Pulang kerja aku harus datang lagi ke om Teguh, batin Okta.

Okta bergegas membereskan barang-barang supaya bisa bertemu dengan Teguh. jam 4 sudah, Salsa menawarkan tumpangan untuk mengantarkan Okta pulang. Okta menolak ajakan Salsa dan memilih untuk pulang sendiri.

"Tumben kamu nolak, biasanya mau" memakai helm.

"Aku mau modus dulu, siapa tau dia panggil aku lagi hehe" jawabnya.

"Iya deh terserah, aku duluan ya" menyalakan motor dan pergi meninggalkan Okta.

Okta berjalan dengan senyuman dan penuh harap Teguh akan memanggilnya lagi seperti dulu. Tempat itu ternyata sedang sepi tak ada banyak orang seperti biasanya. Okta tersenyum lebar melihatnya dan menghampiri Teguh yang tengah terduduk sambil memainkan ponselnya.

"Hai om" sapa Okta dengan melambaikan tangannya.

Teguh berdiri dan menghampiri Okta. "Ada apa?"

"Aku kangen sama om" jawabnya polos.

"Apa mau lagi?" tanyanya.

Okta tersenyum. Teguh yang mengerti maksudnya pergi ke ruang ruang sebelah untuk membukakan pintu. Tanpa basa-basi Okta langsung masuk dan duduk di kursi.

"Mau apa sekarang?" tanyanya yang masih berdiri.

"Peluk" ucapnya manja.

Teguh merenggangkan lengannya untuk memudahkan Okta memeluknya. Okta berdiri dan tersenyum kemudian memeluk Teguh. Teguh membalas pelukannya.

"Udah pelukannya?" tanya Teguh.

Okta meregangkan lengannya kemudian melingkarkan tangannya di leher Teguh. Begitupun Teguh, ia melingkarkan tangannya di pinggang Okta dengan keningnya yang ditempelkan di kening Okta. Okta sudah tak malu lagi bahkan suka dengan perlakuan Teguh terhadapnya. Kepolosan Okta dimanfaatkan oleh Teguh dengan situasi yang mendukung. Teguh memiringkan kepalanya yang berniat akan mencium Okta.

"Guh.." panggil seorang pria di luar.

Okta melepaskan tangannya begitu juga dengan Teguh.

"Iya" jawab Teguh. "Sebentar ya" ucapnya dan pergi ke ruang sebelah.

Okta duduk dengan tangan kanannya yang ditempelkan di dadanya. Apakah dia akan cium aku? Apakah dia juga suka sama kayak aku? batin Okta. Okta merebahkan tubuhnya di kursi kemudian menghadap samping hingga terlihat aktifitas yang sedang Teguh lakukan. Teguh yang menyadari itu menjulurkan lidahnya kepada Okta hingga Okta tersenyum geli melihat tingkahnya. Setelah pria itu pergi, Teguh kembali menghampiri Okta. Okta bangun dan duduk kemudian Teguh duduk disampingnya dan merangkul Okta. Okta menyandarkan kepalanya di bahu Teguh.

"Om"

"Apa?" jawab Teguh.

"Om pacar om mana? Aku sering kesini tapi gak pernah lihat pacar om" ucapnya.

Teguh yang mendengar itu tertawa kecil yang membuat Okta bingung keheranan melihatnya. Okta mengerutkan keningnya. Teguh mengacak rambut Okta dengan geram.

"Ih om" keluhnya kemudian menyisir rambutnya dengan tangan.

Karena kesal tak mendapat jawaban dari Teguh, Okta berdiri berniat untuk pulang. Teguh dengan cepat menarik tangan Okta hingga Okta duduk di atas pangkuannya lagi. Okta yang masih cemberut sama sekali tak memandang Teguh. Teguh memeluknya dan mencium pipinya. Okta luluh dan tersenyum kemudian membalas pelukan Teguh.

"Jangan cemberut lagi ya" ucap Teguh.

"Iya om" jawab Okta.

Okta merenggangkan pelukannya dan menatap Teguh.

"Kamu suka pelukan? dari kemarin mintanya peluk terus" tanya Teguh.

"Iya aku suka, apa lagi peluk om" mengecup pipi Teguh.

"Kalau om nikah, kamu masih mau kayak gini? manja-manja sama om"

Belum sempat menjawab, Seseorang datang lagi memanggil Teguh. Teguh pergi ke ruang sebelah melayani pelanggannya.

"Udah hampir petang ini, pamali jangan tidur" ucap seorang pria yang terdengar oleh Okta.

"Sepi sih" ucap Teguh.

Tak lama berbincang, Teguh kembali ke ruang sebelah. Dia menyuruh Okta untuk duduk kembali dipangkunya. Okta menuruti permintaannya dan melingkarkan tangannya di leher Teguh.

"om udah sore ini, bentar lagi langit gelap" ucap Okta.

"Terus?" tanya Teguh.

Okta menggeleng pelan. Teguh meneruskan niatnya tadi. Dia mendekatkan wajahnya kemudian menempelkan bibirnya. Okta bingung harus apa. Lidah Teguh perlahan masuk kedalam mulutnya ketika Okta membuka sedikit mulutnya. Mereka berciuman mesra. Teguh menyudahi ciumannya dan tersenyum kepada Okta. Teguh terkekeh melihat bibir Okta yang basah oleh perbuatannya.

"Uh basah bibirnya" ucapnya.

Teguh membersihkan bibirnya menggunakan tangannya. Okta tersenyum dan kembali memeluk tubuh Teguh.

"Aku pulang ya om, udah mau gelap ini" ucap Okta.

Teguh menyetujui permintaan Okta untuk pulang. Dia kembali ke ruang sebelah melanjutkan pekerjaannya dan membiarkan Okta pulang. Okta tersenyum mengingat kejadian itu. Pukul 8 sudah, Okta membuka ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Teguh.

Okta : Malam om

Okta cukup kecewa melihat kontak Teguh yang online tapi tak membalas pesan darinya. 1 jam kemudian, Teguh membalas pesan Okta

Om Teguh : Iya

Okta yang mendapatkan pesan itu tersenyum dan langsung membalas pesannya.

Okta : Makasih ya om, Okta seneng

Om Teguh : kalau mau lagi, bilang aja

Okta : Iya aku mau..

Om Teguh : Pesannya jangan lupa hapus ya takut ada yang baca

Okta : Iya

Teguh hanya melihat pesan itu, tersenyum mengingat kejadian sore dan tertidur. Okta tersenyum dengan kepolosan dia bisa membuat dirinya dekat dengan Teguh. Salsa mengetuk pintu rumah Okta. Okta keluar dari kamar dan membukakan pintu. Salsa menerobos masuk tanpa tanya, Okta hanya mengerutkan keningnya melihat temannya yang bersikap aneh. Okta menghampiri Salsa yang sudah duduk di ruang tamu.

"Kamu kenapa sal" tanya Okta yang masih berdiri didepan Salsa.

"Aku nginap di sini ya plis" ucapnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Berantem lagi?" Tebak Okta.

Salsa hanya mengangguk. Okta duduk dan memeluk Salsa untuk menenangkannya.

"Udah ya, kamu boleh kok tidur disini sekarang. Minum yuk, kamu pasti haus" menarik tangan Salsa.

Setelah memberikan minum kepada Salsa, Okta menyuruhnya untuk tidur bersamanya. Salsa mengangguk setuju. Salsa merasa aneh melihat bibir Okta yang merah tak seperti biasanya.

"Okta" panggilnya.

Okta berdeham menanggapinya.

"Bibir kamu merah, kenapa?" menunjukkan bibir yang merah.

Okta membulatkan matanya, terkejut mendengar tanyanya. Okta teringat dengan ciuman Teguh yang sedikit menggigit bibirnya yang meninggalkan bekas merah di bibir Okta.