Chereads / Pendekar Lembah Damai / Chapter 80 - Silahkan Maju!

Chapter 80 - Silahkan Maju!

Mereka berdua akhirnya tiba di sebuah desa yang cukup ramai di kala matahari sudah mulai beranjak naik. Inilah desa yang disebut Huang Zhu, desa dimana Yutaka Shisido menetap bersama keluarganya.

Yutaka Shisido kemudian memberi isyarat pada Suro agar ia yang berada di depan menggiring ke tempat kediamannya.

Sekira agak jauh dari dirumahnya, Yutaka Shisido menarik tali kekang kudanya untuk berhenti yang langsung diikuti oleh Suro. Dari tempatnya berhenti, ia memandang berkeliling mengamati suasana rumahnya yang tampak lengang dan sepi, tak ada satupun penjagaan di sana seperti yang ia bayangkan sebelumnya.

"Aku khawatir kalau orang-orang perwira Chou sedang mengawasi kita dari kejauhan," Yutaka Shisido berkata sambil menoleh kepada Soru yang berada disampingnya.

Suro mengangguk, ia mempunyai pendapat yang sama dengan lelaki itu. Matanya menyipit dan waspada menyelidik pemandangan yang ada dihadapannya.

"Bagaimana selanjutnya?" tanyanya sambil menoleh pada Suro.

Suro tak langsung menjawab, ia berfikir sejenak, dahinya terlihat berkerut. Kepalanya kembali menoleh ke sana-kemari untuk mengamati, barangkali menemukan sesuatu yang mencurigakan. Tetapi, semuanya terlihat wajar.

"Tak mungkinkan, jika mereka tidak mengawasi kita?" Yutaka kembali berkata, meskipun suaranya terdengar tenang, tetapi jantungnya berdetak cukup kencang.

"Sepertinya, memang kita harus masuk ke dalam pengawasan mereka, tak ada jalan lain jika hanya saling menunggu."

Yutaka Shisido mengangguk, lalu kemudian menjalankan kudanya perlahan menuju ke arah rumahnya yang sudah tak jauh lagi. Wajahnya terlihat semakin tegang. Ia tak bisa menduga apa yang akan mereka hadapi nanti.

Suro mengikutinya dari belakang. Raut wajahnya pun terlihat sama dengan Yutaka Shisido.

Bayangan anak panah berterbangan yang tiba-tiba muncul menyasar tubuh mereka menghantui pikirannya. Jika itu terjadi, mereka bisa mati sebelum bertarung. Tapi akalnya membantah, jarak terbang anak panah tak mungkin mencapai mereka jika dilihat dari suasana kiri kanan yang jauh dari tempat mengintai.

Atau, bisa saja begitu mereka masuk ke lingkungan rumah Yutaka Shisido, baru akan ada serangan-serangan mendadak yang mengancam jiwa mereka. Beberapa kemungkinan bersliweran dikepala pemuda itu.

Tak lama, mereka sudah berada di depan pintu rumah Yutaka Shisido. Mereka pun sama-sama turun dari kudanya, tetapi tak langsung melangkah masuk, melainkan berdiam diri kembali sambil mengamati keadaan sekeliling.

Di rasa tidak ada sesuatu yang mencurigakan, Yutaka Shisido menarik nafas tenang. Sejauh matanya memandang, tak ada barisan prajurit yang muncul. Atau barangkali, Perwira Chou memang tidak berada di desa ini untuk mengawasi keluarganya?

"Yan!" Yutaka Shisido berseru memanggil nama 'Yan' puteri kecilnya.

Tak ada jawaban dari dalam rumah, hatinya kembali diselimuti rasa cemas. Jangan-jangan, Perwira Chou sudah membawa anak dan isterinya ke tempat lain? Bisa jadi! Dilihat dari pemandangan sekitar, memang tidak ada tanda-tanda keberadaan prajurit pengintai, karena mereka sudah membawa keluarganya itu sebagai sandera! Ia membatin, tubuhnya bergetar ketakutan membayangkan jika kejadian itu benar.

"Yan!" ia berteriak sekali lagi.

Hanya beberapa saat setelah ia memanggil nama anaknya, pintu pun terbuka disusul kemunculan kepala seorang anak gadis kecil berambut panjang menyeruak dari balik pintu.

"Yan!" Yutaka Shisido langsung berlari dan mendapati Yan membuka pintu.

Gadis kecil itu melompat-lompat girang sambil bertepuk tangan, wajahnya yang lugu nampak senang melihat kedatangan Yutaka Shisido.

"Ayah pulang! Ayah pulang!" serunya gembira, lalu berlari menghampiri ayahnya dan melompat kepelukan lelaki itu sambil tertawa ceria.

Yutaka Shisido tak bisa lagi menyembunyikan rasa gembiranya pada Yan. Ia memeluk erat Yan dengan air mata bahagia, "Oh, Yan.... anakku!"

"Suamiku!" satu suara perempuan terdengar menyusul dari balik pintu disusul dengan kemunculan sesosok tubuh wanita berumur yang ternyata adalah istrinya.

Tak kalah gembira dengan Yan, ia pun langsung berlari dan menubruk tubuh Yutaka Shisido untuk memeluknya.

"Mei Lie!" serunya menyambut isterinya dengan suka cita sambil mencium rambut wanita itu beberapa kali.

Suro yang memperhatikannya tersenyum, hatinya terharu, matanya langsung berkaca-kaca melihat pertemuan keluarga itu.

Sebuah keluarga yang bahagia, batinnya.

Sebenarnya Yutaka Shisido tidak ada urusan dengannya, tetapi karena ambisi Perwira Chou, membuat lelaki itu terseret yang akhirnya keluarganya yang tak tahu menahu menjadi korban. Mereka tidak bersalah!

Situasi ini membuat Suro bertekad untuk menjauhkan Yutaka Shisido dan keluarganya dari masalah dia dan Perwira Chou. Ia tak mau kejadian yang menimpanya terjadi pula pada keluarga Yutaka Shisido. Ia sudah merasakan bagaimana kehilangan sebuah keluarga, dan kali ini hal itu tak boleh lagi terulang pada keluarga lelaki dihadapannya itu. Ia membatin.

Yutaka Shisido yang masih menggendong Yan lalu memutar tubuhnya dan tersenyum pada Suro, lalu mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah, tetapi pemuda itu buru-buru mengangkat tangannya.

Lelaki itu menatap Suro dengan tatapan heran, lalu ia bertanya, "Ada apa?"

Sebelum menjawab, pemuda itu tersenyum.

"Tuan Yutaka, aku ingin meminta bantuanmu," katanya yang membuat alis Yutaka Shisido menaik tanda heran, "Seandainya terjadi sesuatu padaku, tolong sampaikan pada keluargaku agar mereka ikhlas."

Wajah Yutaka Shisido langsung berubah menegang.

"Apa yang anda katakan? Jangan bercanda, kita akan berjuang bersama-sama!" Yutaka Shisido tak menerima apa yang disampaikan oleh Suro.

Sekali lagi, Suro tersenyum, "Anda memiliki anak dan isteri, sedangkan aku masih belum terikat apa-apa. Jadi aku hidup tak ada beban sama-sekali. Mengenai Yang Li Yun dan Yin Rou Yi, mereka belum menjadi isteriku, jika pun aku tewas, mereka masih bisa hidup dengan yang lain dan dengan keluarga yang baru."

Yutaka Shisido terdiam sesaat, yang dikatakan Suro memang benar. Tak mungkin ia membiarkan keluarganya terlibat dalam masalah ini.

"Semua yang terjadi sebenarnya adalah permasalahanku dengan Chou Liang. Anda tak perlu ikut masuk kedalamnya."

Lelaki itu lalu tersenyum dan memandang Suro dengan pandangan tulus, "Anda adalah orang baik, ringan tangan dan murah hati. Saya sudah membuktikan itu semua. Tuan pendekar tanpa ragu bersedia membantu saya ketika saya meminta pertolongan, masa'kan saya berlepas tangan begitu saja? Saya sudah masuk ke dalam urusan anda saat ini."

Suro tertegun sejenak, ia bisa saja bersikeras agar Yutaka Shisido untuk pergi menyelamatkan diri, tetapi sepertinya lelaki itu punya jiwa ksatria dan setia kawan.

Situasi saat ini sangat sulit dengan adanya anak dan isteri lelaki itu. Jika terjadi pertarungan, pasti akan merepotkan untuk melindungi mereka.

"Begini saja," Suro berkata, "Seandainya aku menyerahkan diri, tuan pergilah terlebih dahulu menyelamatkan anak dan isteri tuan, lalu kembalilah untuk menyelamatkanku dengan membawa bantuan."

Yutaka Shisido kembali diam. Ia menoleh ke anak dan isterinya yang sepertinya dalam keadaan bingung tak mengetahui apa sebenarnya yang terjadi pada mereka.

Mendengar percakapan antara suaminya dan Suro, serta melihat ekspresi mereka yang tidak seperti biasa membuatnya heran dan cemas.

"Sebenarnya, ada apa suamiku?" tanyanya.

Yutaka Shisido tak langsung menjawab, melainkan tersenyum sambil memandang isterinya. Tangannya memegang bahu wanita itu untuk menenangkan.

"Tidak ada apa-apa. Tenanglah," jawabnya.

Ia lalu menoleh ke arah Suro, lalu berkata, "Lebih baik kita segera pergi. Aku khawatir akan terjadi sesuatu jika berlama-lama di sini," katanya.

Suro mengangguk setuju. Situasi saat ini memang belum terlihat genting, tetapi sewaktu-waktu bisa saja berubah.

Pemuda itu memegang tangan mungil Yan, lalu tersenyum padanya, "Adik Yan, kita jalan-jalan, yuk?"

Yan melihat senyum ayahnya, menandakan kalau yang dikatakan jalan-jalan oleh Suro memang benar, kemudian kembali menoleh ke arah Suro lalu mengangguk sambil tersenyum girang.

"Umm!" jawabnya.

Mei Lie, isterinya yang mulai memahami bahwa ada situasi yang buruk langsung berbalik dan bergegas masuk ke dalam rumah.

"Aku akan mengemasi barang-barang kita dulu," katanya.

Yutaka Shisido langsung menahan lengan wanita itu, "Tidak perlu, kita langsung saja pergi!"

Mendengar suaminya berkata demikian, ia hanya bisa mengangguk dan tak berkata-kata lagi.

"Biar Yan ikut berkuda bersamaku," Suro memberi saran.

Yutaka Shisido terlihat ragu. Sebenarnya ia ingin dalam satu kuda, tetapi itu jelas sangat memberatkan.

Setelah memandang Yan, akhirnya ia mengangguk setuju.

"Yan," katanya pada puterinya, "Kau bersama paman Luo, ya?"

Yan kembali memandang ke arah Suro yang tersenyum padanya. Tak lama, ia pun mengangguk.

Suro langsung menjemput Yan, dan menggendongnya sebelum menaikkannya di atas punggung kuda, "Yan, kita jalan-jalan bersama ayah dan ibu, ya..."

Yan kembali mengangguk.

Belum sampai Suro menaikkan tubuh Yan, serombongan orang berkuda tiba-tiba bermunculan dari jauh dan dari berbagai arah, menimbulkan butiran debu-debu jalanan bertebaran akibat derap kaki kuda menjejak tanah.

Hal itu membuat mereka panik. Tak menyangka kalau jumlah yang mereka lihat sangat banyak sekitar puluhan orang.

Dari pakaiannya, sudah bisa ditebak, mereka adalah para prajurit kerajaan, dan kemungkinan Perwira Chou ada di antara rombongan prajurit itu.

"Celaka!" Suro berseru dalam hati melihat kehadiran mereka.

"Bagaimana ini?" Yutaka Shisido bertanya dengan nada panik.

Suro tak bisa menjawab, sebab ia pun tidak memiliki saran apa yang harus mereka lakukan.

Rombongan prajurit berkuda itu pun tiba dan mengepung mereka dalam bentuk lingkaran sambil mengacungkan pedang mereka masing-masing.

Mata Suro langsung terbelalak begitu salah satu dari mereka turun dari kuda dan berjalan mendekat. Seorang lelaki yang sangat mereka kenal nampak tersenyum penuh kemenangan. Langkahnya yang santai berjalan semakin dekat, dan tatapan matanya yang bengis tak lepas memandang Suro.

Sejarak beberapa langkah dari tempat mereka berdiri, lelaki itu menyungging senyum sinis.

"Luo Bai Wu, akhirnya aku bisa melihat wajahmu di sini setelah sekian lama!" katanya dengan suara berat.

Selesai berkata, ia kemudian memandang Yutaka Shisido dengan pandangan mata dingin, "Anda lalai dalam tugas. Tapi tak apa, meskipun tak sesuai rencana, akhirnya aku sendiri yang akan menghabisi anak kecil ini di sini."

Yutaka Shisido tak menjawab. Tetapi wajahnya nampak merah menahan marah terhadap lelaki itu yang memang adalah Perwira Chou.

"Tuan Chou!" Suro berseru, "Sekarang aku sudah ada dihadapanmu. Biarkanlah keluarga ini pergi!"

"Tidak..." Yutaka Shisido seperti protes dengan kalimat yang diucapkan oleh Suro. Tetapi Suro keburu mengangkat tangannya sebagai isyarat kepada lelaki itu.

Suro menatap Yutaka Shisido dengan tajam, seolah mengingatkan apa yang sudah Suro katakan sebelumnya.

"Ini adalah urusan saya dengan Perwira Chou, lebih baik biarkan saya yang bertanggung jawab!"

"Ta-tapi..." Yutaka Shisido kembali protes, tetapi ucapannya terputus dengan suara Suro kepada perwira Chou.

"Tujuanmu adalah menangkapku, dan aku sudah disini untuk menyerahkan diri," ucap Suro.

Perwira Chou tertawa dan menyeringai menanggapi ucapan Suro. Pandangannya beralih pada Yutaka Shisido yang juga memandangnya dengan mata tajam, kentara sekali ia sangat membenci Perwira Chou.

"Aku memberinya tugas dan dia sudah melalaikannya, bagaimana mungkin aku akan membebaskannya?" Perwira Chou berkata sinis.

Meskipun matanya ke arah Yutaka Shisido, tetapi ucapannya ditujukan pada Suro. Tandanya lelaki itu menolak permintaan Suro.

"Tuan, jika anda tidak membebaskan mereka, maka aku akan melawanmu. Aku sudah memberi tawaran dengan penyerahan diriku. Tak ada untungnya tuan juga menangkap mereka," Suro berkata tenang dan datar.

Perwira Chou tertawa keras menanggapi ucapan Suro yang dianggapnya melucu. Apakah ia tidak tahu kondisinya sekarang?

"Kamu pikir sekarang bisa dengan mudah mengalahkanku, hah!?" ejeknya, lalu menoleh ke belakang dan berkeliling di mana puluhan prajurit sudah bersiap menunggu perintahnya.

Lelaki itu ingin mengatakan dengan menunjukkan kekuatan puluhan prajurit yang mengepungnya. Bagaimana mungkin dua orang melawan puluhan orang?

Suro tak menjawab, melainkan langsung membentuk sikap pasang, "Jika anda memang orang yang berani mati, silahkan maju!"

Pemuda itu memutuskan untuk langsung ke pokok utamanya, yakni dengan cara bertarung!

Ia ingat sewaktu menaklukkan Cheng Yu di atas kapal ayah angkatnya. Di mana, ia membuat takluk puluhan bajak laut dengan cara mengancam langsung pimpinan yang memberi perintah.

Maka, cara ini akan ia coba lagi dengan cara menaklukkan Chou Liang.

Sebenarnya, Suro belum mengetahui kalau Perwira Chou yang pernah ia kalahkan dulu berbeda dengan waktu sekarang. Lelaki itu sudah menguasai ilmu baru untuk mengalahkan Suro.