Usai pertarungan kemenangan semalam membuat semua orang begitu gembira dan penuh sukacita. Mereka sudah mulai lebih bebas bergerak setelah kematian Chen Lian, tetapi masih dengan catatan bahwa mereka harus selalu waspada.
Pagi itu, Suro sudah nampak sibuk merawat Zhua Xuan dan Wang Yun serta beberapa anggota lainnya yang terluka parah akibat pertarungan semalam, dibantu oleh beberapa anggota dari organisasi Bayangan Merah yang masih sehat.
Zhu Xuan berbaring di pembaringannya, dengan tubuh penuh balutan dibeberapa tempat. Luka itu baru terasa setelah pertarungan usai, terlebih lagi ketika ia terbangun dari tidurnya dipagi hari.
Suro memasuki ruangan itu dengan membawa nampan, yang diatasnya terdapat cawan berisi cairan obat.
Melihat kedatangan Suro, lelaki itu tersenyum dan mencoba untuk bangun dan turun dari pembaringannya. Tetapi Suro buru-buru menahannya.
"Tetaplah ditempatmu, tuan Zhu. Aku akan membantumu."
Zhu Xuan mengangguk.
Dibantu Suro, lelaki itu akhirnya bisa duduk bersandar dipembaringan.
"Bagaimana kondisimu?" tanya Suro, ia tahu kalau Zhu Xuan masih kesakitan ketika ia mencoba bergerak.
"Bekas luka dari pedang Chen Lian terasa perih," jawabnya.
Suro tersenyum.
"Sebentar lagi lukanya akan segera mengering. Aku sudah membuatkan obat untuk anda minum," Suro mengatakannya sambil menyerahkan cawan berisi obat. "Obat ini terasa pahit, tetapi cukup ampuh untuk mengobati luka dan pendarahan."
"Umm," Zhu Xuan mengangguk.
Tanpa fikir panjang, setelah menerima cawan berisi ramuan ia langsung menghabiskan isi cawan sambil menyipitkan matanya menahan rasa obat yang begitu pahit. Tubuhnya bergerak seperti kedinginan, bergidik oleh rasa obat yang diminumnya.
"Mohon maaf telah merepotkan tuan Muda Yang." Katanya kemudian.
Suro langsung mengangkat tangannya.
"Justeru saya yang harusnya berterima kasih," ia menyela, kemudian melanjutkan ucapannya dengan merendah, "Beberapa kali tuan Zhu sudah membantu saya. Entah bagaimana saya bisa membalasnya."
Zhu Xuan tertawa. Dalam masalah kesopanan, pemuda dihadapannya barangkali tidak ada yang bisa menandinginya. Kekagumanannya pada Suro semakin membuatnya tunduk dan hormat, padahal ia adalah seorang pemimpin dari sebuah organisasi yang begitu dihormati oleh anggotanya, dan ditakuti oleh lawannya. Maka, ia memutuskan untuk tidak berdebat tentang masalah ini.
Sebelum berkata, ia menghela nafas panjang sambil sesekali mengernyit menahan perih efek luka-luka yang terasa jika ia bergerak, "Permasalahan disini sudah selesai. Saya fikir, tuan muda Yang harus segera pergi menyusul Tetua Huang Nan Yu. Takutnya di perjalanan mereka menemui kendala."
Suro tak menjawab, ia nampak berfikir sejenak. Seharusnya, ia memang sudah pergi tadi pagi agar bisa menyusul rombongan tetua Huang Nan Yu. Tetapi, ia tidak bisa meninggalkan orang-orang yang terluka setelah pertarungan semalam. Oleh sebab itulah, ia memutuskan untuk mengobati mereka terlebih dahulu. Kemudian, paling cepat, besok subuh sebelum matahari terbit ia harus segera pergi dari tempat persembunyian kelompok Bayangan Merah itu.
"Biarkan aku merawat tuang-tuang barang sehari, besok pagi-pagi sekali baru aku akan menyusul mereka," jawabnya.
"Tuan Muda Yang tidak perlu ikut merawat kami. Cukuplah anda menuliskan resep, biar kami yang akan mengolahnya sendiri," Zhu Xuan melanjutkan ucapannya.
Selama berkumpul dengan Suro, Zhu Xuan sudah sangat memahami karakter pemuda itu. Ia lebih mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang kepentingannya sendiri. Makanya, jika ia tidak berkata demikian, Suro bakal terus berada bersamanya untuk beberapa waktu merawat luka-luka mereka, dan itu sangatlah egois jika ia dan anggota lainnya tetap membiarkan Suro masih bersama mereka.
Perjalanan Suro sudah banyak tertunda, dan itu akan membuatnya merasa bersalah pada pemuda itu jika terjadi sesuatu dalam perjalanan rombongan Huang Nan Yu.
"Sekali-sekali, fikirkanlah dirimu sendiri, tuan muda Yang sudah banyak memikirkan kesusahan orang lain. Kami merasa, bantuan yang anda berikan sudah berlebihan."
Suro menarik nafas panjang, lagi-lagi dia merenung. Setelah itu tersenyum dan mengangguk, "Baiklah jika demikian. Sebelum pergi aku akan menulisi resep untuk tuan dan anggota yang lainnya, setelah itu aku akan berangkat."
Zhu Xuan balas tersenyum dan mengangguk. Ia mengangkat tangannya mengepal di depan dada, "Hari ini untuk terakhir kali aku, Zhu Xuan memandang wajah anda, tuan Muda Yang Luo. Kita akan terpisah jarak ribuan mill, barangkali kita tidak akan bertemu lagi setelah ini. Aku mewakili para anggota kelompok Bayangan Merah, mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah kami lakukan selama kita bersama, dan mohon maaf kalau kami tak dapat mengantarmu. Semoga perjalananmu aman, hidupmu damai dan bahagia bersama nona Yang dan Nona Rou Yi, dikarunia banyak anak, dan semua kebaikan-kebaikan lainnya."
Zhu Xuan mengatakannya dengan sangat tulus, pandangan matanya berkaca-kaca.
Suro pun demikian, ada rasa berat untuk meninggalkan Zhu Xuan dan anggota lainnya, yang sudah seringkali membantu ia dan keluarganya.
Sebelum air matanya jatuh, buru-buru ia mengusapnya dengan kain lengan pakaiannya.
"Terima kasih atas semua yang tuan Zhu lakukan. Aku juga memohon maaf baik lahir maupun batin atas segala tindakan yang kurang berkenan dihati tuan, atas nama keluarga Yang, keluarga Yin, dan lainnya, sekali lagi aku memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga kebaikan menyertai perjuangan tuan dan rekan-rekan," Suro balas mengepalkan tangannya sambil menunduk.
***
Di atas kapal dagang.....
Cheng Yu, bekas pimpinan bajak laut ganas yang dulu pernah ditaklukkan oleh Suro, berdiri terpaku ketika ia mendengar kisah pertemuannya yang disampaikan oleh Zhu Lie Xian.
Pada awal Zhu Lie Xian berkata bahwa ia telah bertemu dengan Suro, betapa raut wajah Cheng Yu berubah gembira. Ia meyakinkan dirinya kalau memang berita tentang Suro itu adalah benar. Kerinduan pada pemuda yang telah membuatnya bertobat itu setelah sekian lama mereka berpisah langsung muncul.
Tetapi ketika mendengar berita tentang nasib malang yang menimpa keluarga Yang, keluarga baru Suro, hatinya terasa terbakar, wajahnya sontak berubah merah menahan marah. Tangannya langsung mengepal, dan terdengar suara gemeratak giginya.
Beberapa kali ia menarik nafas panjang, berusaha menenangkan diri dari amarah yang nyaris menguasainya.
"Pantas saja waktu itu banyak prajurit memblokir jalan menuju kemari, rupanya semua berhubungan dengan pendekar Luo," suaranya terdengar berat menahan amarah.
Jika ia mengetahui kalau Suro akan pulang ke negerinya, sudah pasti ia akan berusaha mengamankan jalan-jalan menuju pelabuhan. Meskipun dirinya harus menampilkan kembali keganasannya sebagai perampok, ia tak rela Suro dan keluarganya diperlakukan demikian.
"Benar tuan Cheng," Zhu Lie Xian mengangguk, "Tapi entah bagaimana kondisinya sekarang, apakah dia berhasil menjemput keluarganya yang tersisa atau justru sedang tertahan dan menghadapi permasalahan baru dengan pasukan Perwira Chou dibawah kendali Chen Lian."
Hingga saat ini, baik Zhu Lie Xian maupun Cheng Yu belum tahu kalau Suro telah berhasil menewaskan Chen Lian.
Cheng Yu terlihat menggeleng-gelengkan kepala, "Sungguh malang nasib anak muda itu. Di negeri orang, justru ia mendapat banyak masalah. Jika saja waktu itu ia tidak ikut bersama tuan Yang Meng, barangkali nasibnya tidak setragis ini."
"Nasib orang tidak ada yang tahu, tuan Cheng," Ucap Zhu Lie Xian, "Bisa saja nasibnya tak lebih baik jika ia masih berada dinegerinya."
Mendengar sanggahan bawahannya itu, Cheng Yu berfikir sejenak, lalu kemudian mengangguk sepakat.
Daripada berandai-andai, jauh lebih baik menjalani kehidupan yang sedang dihadapi. Toh, masa lalu sudah lewat dan tak bisa lagi diubah.
"Jika tak ada halangan, ia akan segera membawa keluarganya kemari, tetapi jika terjadi kendala, ia akan datang enam bulan kedepan," Zhu Lie Xian melanjutkan.
"Enam bulan terlalu lama bagiku," Cheng Yu berkata, "Aku berharap dalam waktu dekat rombongan pendekar Luo sudah berada di sini, masih sempat untuk mengantarkannya kembali ke tanah Jawa."
Cheng Yu yang semula berdiri membelakangi Zhu Lie Xian lalu membalikkan tubuhnya. Sambil menarik nafas kembali, ia berjalan lebih dekat ke arah anak buahnya itu.
"Aku sangat mengkhawatirkan pendekar Luo. Perwira Chou seorang yang licik dan berilmu tinggi. Untuk menangkap buruannya, ia akan menggunakan segala cara," ungkap Cheng Yu.
Hatinya terasa gelisah, ingin rasanya ia terbang dan menjemput Suro dan langsung membawanya datang ke kapal, mengantarkannya pulang kembali ke tanah Jawa dengan selamat.
Kepalanya tiba-tiba terasa penuh ketika memikirkan itu. Ia tersenyum sinis sendiri, bagaimana mungkin ia terbang?
Zhu Lie Xian dapat melihat kondisi Cheng Yu yang nampak kacau dan panik. Cheng Yu seperti ikut merasakan beban yang dialami oleh Suro.
Berharap kehidupan yang lebih baik di negeri orang, ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Awalnya saja yang terlihat baik-baik saja dan berbahagia, ternyata berakhir petaka.
Tetapi disisi lain, ia sudah mengenal pemuda Suro walaupun dalam pertemuan yang bisa dikatakan cukup singkat. Dalam pandangannya, Suro adalah pemuda yang tangguh dan tak gampang menyerah, sangat mengerti filosofi kehidupan. Jadi ia fikir, apa yang dialami Suro merupakan ujian yang akan membentuknya menjadi manusia tangguh.
Suro adalah pemuda yang baik dan bijaksana. Dari perjalanan Suro yang diceritakan oleh Zhu Lie Xian barusan sudah membuktikan bahwa orang yang baik akan mendapat perlindungan dari langit. Dan itu sedikit membuatnya tenang, Suro pasti dalam keadaan aman.
"Apa yang akan tuan Cheng perintahkan, silahkan memberi perintah," Zhu Lie Xian berkata, "Jika tuan hendak menyuruhku menjemput pendekar muda Yang Luo, dengan senang hati aku akan laksanakan!"
Zhu Lie Xian terlihat semangat ketika mengatakannya. Ia sangat berharap Cheng Yu segera memberinya perintah.
Cheng Yu tak langsung menanggapi ucapan Zhu Lie Xian, lagi-lagi ia menghela nafas panjang sambil kemudiaan tersenyum pada bawahan setianya itu.
Lalu apa rencananya? Ia sendiri merasa bingung.
"Apakah kau punya pendapat?" Cheng Yu bertanya. Fikirannya menjadi buntu, rasa marah yang tertahan membuat ia kehilangan akal.
Zhu Lie Xian langsung mengerutkan dahinya untuk berfikir, ia tak bisa langsung menjawab. Bola matanya bergerak kesana-kemari.
Akhirnya ia pun tersenyum, lalu berkata, "Kalau menurutku, jemput saja pendekar Luo di ibukota. Bertemu atau tidak, yang penting kita bergerak sambil menenangkan hati."
Cheng Yu mendengus, sederhana sekali ia fikir. Tetapi pendapat bawahannya itu jauh lebih baik daripada berdiam di tempat menunggu kepastian. Anggap saja usaha penjemputan ini adalah jalan-jalan.
"Baiklah kalau begitu," Cheng Yu sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Zhu Lie Xian, "Segera ajak beberapa orang anggota untuk ikut."
Zhu Lie Xian langsung tersenyum lebar.
"Apakah tuang Cheng ikut juga?" ia kemudian bertanya.
Cheng Yu langsung mengangguk, "Umm!"
Zhu Lie Xian kemudian berdiri dengan mata berbinar-binar, lalu ia membungkuk.
"Siap!" katanya, "Aku akan menginformasikan pada anggota yang lain untuk ikut!"