Meskipun mereka berdua menyerang Chen Lian, tampaknya Chen Lian masih menanggapi serangan-serangan Zhu Xuan dan Wang Yun dengan santai. Tak bisa dibayangkan jika lelaki itu serius dan berhenti bermain-main, pastilah tubuh mereka sudah teriris-iris.
Padahal, Zhu Xuan maupun Wang Yun bukanlah pendekar sembarangan, tetapi kung fu Chen Lian masih berada jauh diatasnya.
"Cukup sudah bermain-mainnya," Chen Lian berseru sambil memainkan pedangnya, "Tugasku masih banyak!"
Sret!
Sret!
Benar saja, serangan pedang Chen Lian yang sangat cepat tahu-tahu sudah membuat luka lebar di tubuh dua orang lawannya.
Buk!
Buk!
Serangan tendangan dan pukulan kali ini membuat tubuh Zhu Xuan dan Wang Yun terlempar ke belakang dan jatuh di lantai secara bersamaan.
Akhirnya, mereka berdua tak dapat bangkit, tubuhnya terluka cukup parah.
Chen Lian memandangi mereka sejenak dengan senyuman mengejek, kemudian mendengus. Sekali lompatan, tubuhnya sudah berada dihadapan mereka berdua.
"Kubunuh saja sekalian!' serunya sambil bersiap mengayunkan pedangnya.
Buk!
Tahu-tahu tubuh Chen Lian sudah terbanting ke tanah.
Meskipun dalam keadaan cukup sibuk, Suro masih sempat sesekali melirik ke arah Chen Lian. Ia tahu kalau Chen Lian adalah lawan yang berat bagi Zhu Xuan dan Wang Yun.
Sebuah gerakan menyapu dari belakang telah membuat tubuh Chen Lian terhempas. Saat dalam posisi demikian, Suro langsung menancapkan pedangnya ke tubuh lelaki itu yang masih dalam posisi terbanting.
Tetapi sayang, sebuah serangan lain dari Tien Jie membuat gerakannya terhenti dan harus melayani kembali pertarungan dengan Tien Jie.
Merasa kecolongan, Chen Lian menoleh ke arah Suro yang sedang meladeni Tien Lian dan Tien Jie, lalu melompat memutuskan untuk bergabung menyerangnya.
Suro yang semula sudah mulai menguasai pertarungan kini nampak kalangkabut. Serangan Chen Lian yang tiba-tiba membuatnya terkejut.
Tien Jie dan Tien Lie nampaknya cukup terbantu dengan masuknya Chen Lian dalam pertarungan mereka sehingga memberi peluang mereka untuk menghemat tenaga mereka yang sudah mulai terkuras. Setiap mengayunkan teknik pedang Api mau pun Angin, mereka musti mengeluarkan tenaga dalam yang cukup besar.
Kali ini mereka membiarkan Chen Lian yang mendominasi serangan, sementara mereka cukup menyelanya sewaktu-waktu.
Lain hal dengan sepasang pendekar pedang itu, Chen Lian kali ini justeru yang menjadi kerepotan karena arah serangan Suro sekarang lebih banyak ke arah dirinya. Sementara, serangan Tien Jie maupun Tien Lie hanya muncul sewaktu-waktu seperti bermain kucing-kucingan.
Melihat kondisi seperti itu, Suro tersenyum, serangan Chen Lian seorang baginya bukanlah ancaman yang berarti, sebab kung fu Chen Lian masih berada dibawah Tien Lie mau pun Tien Jie, apalagi dalam keadaan sendiri.
Demi menghemat tenaganya dan tidak membuang waktu, ia harus segera mengakhiri pertarungan ini dengan cara mengalahkan Chen Lian.
Chen Lian melakukan gerakan menusuk, ia menyelinap dibawah ketiak lelaki itu dengan menggeser kakinya kesamping, memajukan kaki kirinya ke depan, lalu memindahkan pedangnya ke tangan kiri sementara telapak tangan kanannya membuka dan menyorong tulang iga Chen Lian.
Telapak Kupu-kupu!
Buk!
Satu serangan membuat Chen Lian langsung roboh ke lantai, nafasnya langsung terhenti dan merasakan organ tubuh bagian dalamnya seperti dicabik-cabik.
Huek!
Chen Lian memuntahkan darah segar dari mulutnya.
Tak butuh beberapa lama, matanya melotot seperti mau lepas, tubuhnya mengejang sesaat sebelum akhirnya kaku untuk selamanya. Chen Lian tewas ditempat.
Suro rupanya tak mau lagi setengah-setengah menggunakan tekniknya dengan tenaga dalam penuh. Meskipun itu membuat nafasnya turun naik. Chen Lian orang jahat yang harus dihabisi.
Kejadian itu membuat Tien Jie mau pun Tien Lie menghentikan serangannya, ia tak menyangka kalau serangan Suro yang nampak sederhana mempunyai efek yang mengerikan terhadap Chen Lian.
Zhu Xuan dan Wang Yun pun terpana. Suro yang mereka kenal santun dan lemah lembut ternyata mempunyai naluri membunuh yang mengerikan. Dan itu membuat mereka menggeleng-gelengkan kepala. Tetapi disisi lain, mereka pun bersyukur atas kematian Chen Lian.
"Kali ini kita harus lebih berhati-hati!" Tien Jie berbisik pada Tien Lie.
Tien Lie mengangguk tanda sepakat. Nyalinya mulai menciut begitu melihat pukulan Suro pad Chen Lian.
Tak mau berlama-lama, mereka pun maju bersamaan sambil mengayunkan pedangnya ke tubuh Suro.
Wuf!
Wuf!
Suro terkejut, mereka berdua langsung mengeluarkan teknik pedang api dan anginnya dari arah yang berbeda. Satu-satunya jalan, ia harus menepis salah satunya dan membuat sebuah lompatan ke samping.
Satu serangan pedang api yang ia tepis berakibat tubuhnya tersayat akibat gelombang energi yang keluar dari pedang Tien Jie. Meskipun tidak terjadi luka, tetapi menimbulkan bekas merah memanjang diperutnya, dan itu membuatnya melenguh tertahan.
Dua orang pendekar pedang itu terus mendesak Suro. Sambil menahan rasa perih, ia berputar-putar dan meliuk diantara ayunan pedang lawan. Gerakannya seperti seekor naga yang berrmain-main di air.
Di saat begini, teknik yang Suro mainkan cukup efektif membuat Tien Jie dan Tien Lie kelimpungan. Beberapa kali serangan dari jurus andalan mereka gagal dan menemui tempat kosong membuat gerakan mereka semakin kacau.
Mereka kelelahan karena dalam setiap serangan selalu mengerahkan tenaga dalam. Ini mereka lakukan terus menerus agar Suro tidak memiliki kesempatan untuk mengeluarkan jurus andalannya.
Tien Jie memutar ke samping dan menyerang Suro dengan sebuah tusukan pedang, disaat yang bersamaan, Tien Lie menyerangnya dari arah belakang. Pemuda itu menepis dan memajukan tubuhnya sambil menyabetkan pedangnya ke arah perut Tien Jie, mengakibatkan, serangan Tien Lie menemui tempat kosong. Bermaksud mengejar tubuh Suro, ia pun setengah melompat.
Tak disangka, Suro justeru membuat sebuah gerakan tipuan yang membuyarkan gerakan Tien Lie. Tahu-tahu tendangan belakang kaki Suro menjebol pertahanan Tien Lie telak menghantam perutnya. Saking keras dan kuat, tubuh Tien Lie terlempar cukup jauh dan jatuh terhempas ke lantai.
Bersamaan dengan serangan yang berhasil mengenai Tien Lie, sabetan pedang Suro yang luput ke arah Tien Jie secara tiba-tiba berubah menjadi gerakan menusuk.
Tring!
Clep!
Tusukan pedang Suro tidak sempat sepenuhnya dapat ditangkis oleh Tien Jie, dan ujung pedang pemuda itu merobek daging dibahunya!
Buru-buru Tien Jie melangkah mundur sambil memegangi bahunya yang terluka. Telapak tangannya sudah berlumuran darah.
Mendapati keadaan dirinya dalam kondisi demikian, wajahnya berubah menjadi pucat. Bibirnya meringis menahan rasa sakit yang luar biasa.
Ia kemudian melirik ke arah Tien Lie yang masih dalam keadaan setengah terbaring di lantai bertumpu pada sikutnya sambil memegangi perut. Darah segar sudah mengalir dari sudut bibirnya yang membentuk ekpsresi kesakitan. Wajahnya pun nampak pucat.
Secara perlahan, ia berjalan memutar mendekati Tien Lie, tetapi tatapan matanya tak lepas dari Suro yang berdiri mengamati pergerakannya.
"Kau tak apa-apa?" ia bertanya pada Tien Lie sambil membantunya untuk berdiri.
"Nafasku sesak," jawabnya.
Walaupun Tien Jie berhasil membantunya bangkit, tetapi Tien Lie tak dapat menegakkan tubuhnya secara sempurna. Yang ia mampu hanya berdiri sedikit membungkuk.
"Kita tak mampu bertarung dengan kondisi begini," Tien Jie berbisik.
"Umm," Tien Lie mengangguk, lalu berkata, "Sepertinya, kita memang harus kabur dari anak ini."
Tien Jie sepertinya sependapat dengan Tien Lie, ia menjawabnya dengan anggukan pula. Tetapi bagaimana caranya? Ia membatin.
"Kalau anak ini tak melepaskan kita, tamatlah sudah!" kalimat Tien Jie seperti putus asa.
Tien Lie tak menanggapi, jelas sekali kalau ia juga bingung.
Suro tahu kalau lawannya itu putus asa, dari tatapannya mereka seperti kucing yang ketakutan, dan itu membuatnya tersenyum geli.
"Apakah anda berdua mau melanjutkan pertarungan?" Suro mengajukan pertanyaan tantangan.
Mereka berdua saling pandang sejenak. Mau mengucapkan kata menyerah, nampaknya mereka malu. Mereka cuma diam.
Suro kemudian menoleh ke arah Zhu Xuan dan Wang Yun yang masih berada ditempatnya terjatuh. "Terserah pada ketua Zhu. Jika beliau ingin aku membunuh, maka kalian akan kubunuh. Tetapi jika beliau memintaku mengampunimu, maka aku akan membiarkanmu pergi, dengan catatan...."
Zhu Xuan merasa kalau Suro sedang mengujinya. Ia tahu kalau sebenarnya pemuda itu tak tega untuk membunuh Tien Jie dan Tien Lie, meskipun ia mengatakan untuk membunuhnya. Suro bukan orang seperti itu.
"Tuan Muda Yang," katanya, "Kalau aku memintamu membunuh mereka, pasti engkau akan beralasan. Maka lebih baik mereka kau ampuni."
Suro pun tersenyum. Lalu beralih pandangan ke arah Pendekar Pedang Api dan Angin itu.
Belum sempat ia berkata, dari luar ruangan, beberapa orang anggota Bayangan Merah muncul dalam keadaan terluka. Sebagian dari mereka mengepung Tien Jie dan Tien Lie, dan sebagian lagi membantu Zhu Xuan dan Wang Yun.
Rupanya, mereka telah berhasil menghabisi pasukan Chen Lian yang berada di luar.
Dua orang pendekar pedang Api dan Angin langsung menampakkan wajah yang masam. Tak ada lagi harapan bila Suro tak mengampuni mereka. Pasukan mereka habis dikalahkan oleh kelompok Bayangan Merah.
Merasa putus asa, Tien Jie langsung bersimpuh dan meletakkan pedangnya di lantai. Tien Lie yang melihat saudaranya berlaku demikian, langsung buru-buru menyusul dan melakukan hal yang sama. Kedua tangannya mengepal di depan dada sambil sedikit menundukkan kepala.
"Untuk melawan, kami tak sanggup lagi. Nyawa kami berdua sekarang ada pada anda," Tien Jie berkata dengan suara bergetar. Tampak sekali kalau ia berharap Suro membiarkannya hidup.
Suro tersenyum, menarik nafas lega dan diam untuk beberapa saat. Ia sengaja membiarkan suasana hening membuat kedua orang jahat dihadapannya menunggu kalimat putusan dengan jantung berdebar.
"Masa depan kalian aku tidak tahu, apakah tetap menjadi penjahat atau menjadi orang baik. Seandainya aku melepaskan kalian dan kalian kembali berbuat jahat mencelakai orang lain, aku khawatir nanti aku akan dimintai pertanggung jawaban oleh tuhan karena membebaskan penjahat. Maka, lebih baik kalian aku bunuh untuk mencegah kejahatan kalian di masa depan," katanya.
Kalimat Suro membuat mereka terhenyak. Mereka sudah merasa ketika Suro mengatakan kalimat itu berarti hari ini adalah hari terakhir mereka hidup di dunia, menyusul Chen Lian yang sudah terlebih dahulu tewas.
"Tetapi,..." Suro melanjutkan, sekali lagi ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya, "Aku berbaik sangka saja. Semoga tuhan membimbing kalian ke jalan yang benar!"
Suro dapat melihat perubahan dari wajah mereka, ada rasa malu yang teramat sangat tergambar disana.
Pendekar tingkat tinggi seperti mereka yang ditakuti di dunia persilatan dikalahkan oleh seorang anak muda dari negeri asing.
Tapi, mau tidak mau mereka memang harus mengakui kenyataan ini, jangankan mereka, Ye Chuan si Naga Api yang tak terkalahkan, yang ilmunya jauh berada diatas mereka saja berakhir dengan kematian ditangan Suro, apalagi mereka.
Suro bukan hanya ahli, tetapi cerdas menganalisa gerakan. Oleh sebab itulah, Suro bisa membunuh Ye Chuan yang mengerikan.
"Kami kagum dengan anda!" Tien Jie mengangkat tangannya dengan tubuh sedikit membungkuk, "Kini kami tahu mengapa tuan Chou terobsesi dengan anda!"
"Kami mengaku kalah, dan berterima kasih pada pendekar muda Luo atas kebaikannya!" Tien Lie kemudian menambahkan.
Pemuda itu tersenyum, kemudian memutar pedangnya dibalik lengan. Sesekali ia melirik ke arah Zhu Xuan dan Wang Yun yang mengangguk, tanda menyetujui apa yang ia lakukan. Lalu pandangannya beralih kembali ke arah dua orang pendekar itu.
"Tuan-tuan yang lalu sudah mati, dan aku berharap tuan-tuan yang baru ini menjadi pribadi yang lebih baik. Tuhan telah memberikan kesempatan bagi anda berdua, maka jangan sia-siakan hidup ini dengan sesuatu yang buruk," ucap Suro, "Setelah kehidupan dunia, ada kehidupan akhir, dimana setiap orang akan mempertanggungjawabkan perbuatannya dihadapan tuhan."
"Kami mengerti!" mereka berkata bersamaan.
Suro memahami, terkadang orang banyak berbuat kejahatan karena tidak ada orang yang mengarahkannya. Barangkali termasuk orang yang berada dihadapannya ini. Dari awal, mereka hanya diajarkan bagaimana cara menguasai dunia, hanya saja dengan cara yang salah.
Ia teringat akan gerombolan Serigala Merah yang saat ini sudah bertobat dan bergabung bersamanya, dan ia pun berharap kedua orang pendekar pedang ini juga seperti itu.
"Lebih baik, anda segera mengasingkan diri sejauh-jauhnya meninggalkan dunia persilatan, sehingga Pemerintah akan menganggap anda berdua sudah mati ditanganku. Takutnya jika Perwira Chou mengetahui kalian masih hidup, dia akan memburu kalian berdua karena dianggap tidak berhasil melaksanakan tugas."
"Anda benar!" sahut Tien Jie kemudian.
Pemuda itu menghela nafas lega, kemudian ia memberi isyarat dengan tangannya sambil mengatakan, "Silahkan anda berdua segera pergi. Aku yakin tidak ada saksi lagi disini yang akan menyampaikan berita kekalahan tuan-tuan."
Mereka berdua menangkupkan kedua kepalan tangannya di depan dada, lalu menundukkan tubuh dalam-dalam.
"Selama kami hidup, kebaikan pendekar Muda akan selalu kami ingat," Tien Lie berkata.
Tak lama Tien Jie berkata menyusul, "Semoga perjalanan anda selalu mendapat kemudahan dari langit."