Butuh waktu hampir empat puluh menit hingga mereka mencapai portal nomor tujuh.
Karena portal baru itu berjarak cukup jauh dari portal lainnya, jadi belum ada akses jalan yang menuju kesana. Seluruh peserta harus mendaki bukit dan berjalan melewati hutan tropis yang cukup menguras tenaga mereka.
Awalnya Levi pikir pintu portal akan berbentuk seperti pintu juga... Tapi ternyata sebuah gua.
Dari luar gua berwarna hitam tersebut terlihat seperti tidak berujung, tapi disekitarnya cahaya berwarna hijau berpendar dalam kegelapan.
Karena harus menunggu giliran, regu Levi harus menunggu sekitar setengah jam sebelum mereka bisa masuk.
Kapten Val membagikan jubah berwarna hitam pada semua anggotanya.
"Di dalam kita adalah satu tim, tidak penting darimana asal kalian sebelumnya," jelasnya sebelum menanggalkan jubah merahnya dan menggantinya dengan yang baru.
Sebagai porter, Levi ditugasi membawa dua buah ransel dan dua koper yang berisi bahan peledak. Selain itu Ia juga membawa tas ransel pribadinya yang berisi barang-barang kebutuhannya.
Mereka berdiri di depan mulut gua sambil mempersiapkan diri.
Delapan prajurit dalam regu tersebut adalah orang-orang pilihan Kapten Val, beberapa dari Dortmayer sedangkan sisanya dari Valdivian. Sedangkan tim medis semuanya berasal dari Galatea.
Hanya Kapten Val yang menyempatkan memperkenalkan dirinya pada Levi, rekan satu regunya yang lain mengabaikannya karena Ia hanya porter. Di dalam perjalanan ini tugasnya hanya membawakan barang.
Levi berdiri di barisan paling belakang sambil menunggu. Ia tidak merasa tersinggung sedikitpun dengan perlakuan anggota regu yang lain padanya.
Mereka semua memiliki tujuan masing-masing, begitu juga dirinya. Yang terpenting baginya saat ini adalah uang yang akan dikirimkan pada Kim setelah Ia memasuki portal tersebut.
Regu ekspedisi yang diikuti Dash muncul beberapa saat sebelum regu Levi masuk ke gua tersebut. Mereka kembali melempar lambaian ke arah satu sama lain.
Tidak seperti Levi, Dash terlihat dekat dengan teman-teman satu regunya. Beberapa kali mereka tertawa karena candaan yang dilontarkan olehnya.
Levi mengangguk singkat pada teman barunya sebelum berjalan masuk ke dalam gua bersama regunya.
Atmosfir di sekitarnya langsung berubah drastis saat mereka menginjakkan kaki di mulut gua.
Walaupun di luar terasa panas tapi perubahan suhu yang ekstrim langsung terasa saat mereka berjalan di dalam gua hitam yang gelap itu. Salah satu anggota regu bergidik karena kedinginan.
Cahaya berwarna hijau neon yang aneh itu masih berpendar di langit-langit gua, tapi cahaya itu menjadi satu-satunya penerangan natural di dalam tempat ini.
Rasanya seperti memasuki dunia lain, pikir Kapten Val yang berjalan paling depan. Tangannya menggenggam gagang pedang yang berada di pinggangnya sepanjang jalan.
Tapi mereka memang sedang berjalan di jembatan yang akan menyeberang ke dunia lain.
Ini adalah perjalanan pertama Kapten Val di Ekspedisi Grandia, tapi selama lima tahun terakhir Ia sudah dipersiapkan dan dididik oleh akademi militer Valdivian untuk hari ini.
Bisa dibilang dari semua anggota regu ini, Kapten Val lah yang paling siap.
Semua anggota regu berjalan sambil menatap ke area di sekitar mereka. Gua itu dan bebatuan di dalamnya memang berwarna hitam, tapi cahaya hijau neon di atas mereka lah yang paling menarik perhatian.
Cahaya itu terlihat berkerlip tajam di langit-langit gua. Dari bawah hampir terlihat seperti lautan bintang atau permata yang berceceran. Seperti dihipnotis, semuanya menatap dengan pandangan terpukau ke bagian langit-langit.
Hanya Levi yang menatap jalan setapak gua berwarna hitam di bawahnya, karena beban ransel dan koper yang Ia bawa membuatnya kesulitan mendongak ke atas.
Ia juga satu-satunya orang yang menyadari bahwa gua ini semakin lama semakin menurun. Walaupun hanya beberapa derajat tapi dengan beban di punggungnya Levi dapat merasakan perubahan struktur jalan yang mereka lalui.
Seakan-akan gua ini digali sangat jauh hingga mencapai ke dalam perut bumi.
Ini adalah salah satu hal kecil yang selalu luput dari pengamatan para peserta Ekspedisi Grandia selama bertahun-tahun.
Mereka terus berjalan hingga hampir lima kilometer jauhnya, tapi ujung gua ini belum terlihat juga.
Satu-satunya suara yang terdengar hanya berasal dari langkah para anggota regu dan nafas terengah-engah yang bersumber dari Levi.
Kapten Val memang melarang berbicara kecuali benar-benar dibutuhkan. Entah apa alasannya tapi itu adalah peraturan dasar saat memasuki portal.
Di kilometer berikutnya mereka mulai mendengar suara dengungan yang semakin lama terdengar semakin keras.
Salah satu prajurit yang berjalan di belakang Kapten Val hampir saja membuka mulutnya untuk bertanya, tapi Ia urungkan saat matanya menangkap setitik cahaya terang dari ujung gua ini.
Mereka sudah semakin dekat.
Levi sudah hampir kehabisan nafasnya saat akhirnya mereka melewati ujung portal dan keluar disambut oleh cahaya yang sangat terang.
Butuh waktu beberapa saat untuk menyesuaikan mata mereka setelah berjalan dalam penerangan yang minim selama hampir satu jam penuh.
Levi kembali menoleh ke pintu portal di belakangnya yang masih mengeluarkan cahaya berpendar berwarna hijau. Tapi dari tempatnya berdiri portal tersebut terlihat agak berguncang. Sekilas hampir mirip seperti hologram yang bergerak.
Tidak jauh dari portal ada reruntuhan bangunan besar yang roboh hampir seluruhnya.
Kapten Val lah yang pertama kali membuka mulutnya. "Ya Tuhan, tempat ini sangat aneh."
Dan bukan hanya Ia saja yang berpikir seperti itu, seluruh anggota regu menatap ke segala arah di sekitar mereka dengan pandangan waspada.
Mereka berada di atas bukit yang cukup tinggi. Dan di bawah sana hamparan luas hutan menyambut para pengembara yang baru saja keluar dari portal.
Beberapa batu raksasa berdiri di tengah-tengah hutan yang lebat, di atas permukaan halusnya tertulis beberapa simbol asing yang tidak mereka pahami.
Pohon-pohon di tempat ini besarnya hampir dua kali lipat pohon-pohon di bumi. Beberapa pohon berbentuk seperti jamur berwarna putih.
Binatang yang menghuni tempat ini juga berbentuk tidak biasa.
Levi melihat salah satu serangga yang terbang melintas di dekat wajahnya. Besarnya mungkin hampir dua kali lipat serangga capung dari Lisidas, tapi serangga disini memiliki anatomi yang mirip seperti manusia dengan sepasang tangan dan kaki lalu kepala yang memiliki delapan mata.
Kepakan sayap serangga itu terdengar seperti dengungan lebah di telinganya.
"Regu kita ditugaskan berjalan ke utara," kata Kapten Val tiba-tiba hingga perhatian semua anggota regunya kembali fokus padanya. "Sebaiknya kita berangkat sekarang sebelum malam tiba."
Entah karena takjub atau rasa lelah setelah berjalan melewati portal yang panjang, kesepuluh anggota regu berjalan beriringan dipimpin oleh Kapten Val.
Sekitar sepuluh kilometer dari tempat Levi dan regunya berjalan menuju arah utara, ada regu lain yang datang tepat sebelum regu mereka.
Regu itu ditugaskan untuk menjelajahi arah barat. Tapi nasib mereka sedang sangat sial. Belum sampai satu jam berjalan mereka sudah dibantai oleh bangsa yang menguasai dunia ini.
Ceceran organ dan bagian tubuh yang terpotong berserakan di antara ilalang tinggi yang tumbuh di hutan ini.
Mustahil untuk tahu siapa saja yang mati di pertempuran singkat itu, karena di antara bagian tubuh yang bergeletakan tidak terlihat satu pun kepala dari para korban.