Chereads / LEMBAH KEMATIAN / Chapter 5 - Galatea & Dortmayer

Chapter 5 - Galatea & Dortmayer

Karena Levi mendaftar di hari terakhir, Ia hanya memiliki waktu sehari untuk beristirahat.

Besok seluruh anggota Ekspedisi Grandia akan berkumpul di alun-alun kerajaan untuk menerima briefing dan pembagian kelompok.

Sebagian besar peserta dari negara Galatea dan Dortmayer sudah tiba sejak dua hari yang lalu.

Levi menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di sekitar lingkungan asramanya sore harinya. Beberapa gerombolan orang-orang ramai memenuhi kedai makanan atau berjalan-jalan di dekat alun-alun.

Ia bisa membedakan yang mana yang berasal dari Galatea dan Dortmayer karena mereka mempunyai ciri khas masing-masing dari pakaian mereka.

Orang-orang dari Galatea mengenakan jubah berwarna putih dan biru dengan simbol bordiran berbentuk merpati di jubah mereka.

Sedangkan peserta dari Dortmayer mengenakan seragam militer serba hitam khas negara mereka.

Levi menatap pakaian sederhana yang Ia kenakan.

'Kurasa mereka juga bisa menebak dari mana asalku jika melihat pakaianku.' pikirnya sambil berjalan ke salah satu kedai untuk membeli makanan.

Seluruh peserta ekspedisi Grandia diberi kartu label peserta yang bisa digunakan untuk membeli makanan dan membayar penginapan, semuanya gratis selama peserta bisa menunjukkan kartu mereka.

Kartu milik Levi berwarna hijau, setiap level peserta memiliki warna yang berbeda.

Nantinya saat ekspedisi Ia harus menyematkan kartu itu di pakaiannya untuk menandai dirinya sebagai porter yang bertugas membawa barang selama perjalanan.

"Apa kau tidak penasaran dengan wajah Anjing Valdivian?" tanya seorang peserta dari Dortmayer pada teman-temannya. Mereka sedang mengantri di belakang Levi.

"Jenderal Seville mengatakan Ia akan memberi bonus besar bagi siapa pun yang berhasil melihat wajah Anjing Valdivian tahun ini!" sahut temannya dengan antusias. "Kabarnya Ia juga mengirim pasukan elit untuk menguntit Anjing itu."

"Oooohhh... Kalau begitu bagaimana kalau kita mengikutinya juga? Lalu saat sepi kita akan menyergapnya bersama-sama. Ia tidak akan bisa melawan lima orang prajurit Dortmayer sekaligus, level kita di dalam pasukan juga cukup tinggi." usul yang lainnya dengan percaya diri. "Tahun ini legenda Anjing Valdivian akan berakhir di tangan kita!"

Suara tawa mereka yang keras menarik perhatian hampir seluruh pengunjung kedai, Levi ikut menoleh ke belakangnya sekilas dengan ekspresi tidak peduli.

"Hey! Kau yang berbaju coklat di depan! Apa warna kartumu?" bentak salah satu prajurit Dortmayer yang berdiri tepat di belakang Levi. Rupanya Ia sempat melihat ekspresi Levi dan merasa tersinggung.

Levi membalikkan badannya lalu mengangkat kartu hijaunya. Semua orang di kedai diam saat menonton kejadian di depan mereka saat ini.

"Ergh, dasar sampah Lisidas. Apa kau tidak tahu tempatmu dimana? Kartu kami berwarna kuning! Seharusnya kau antri di belakang kami!" Hardik pria itu sambil mengangkat tangannya dengan maksud menakut-nakutinya.

Hal seperti bukan hal baru baginya, pria di depannya itu mengingatkannya pada supervisor di pabrik tempatnya bekerja.

Masih dengan wajah tidak tertarik Levi menghela nafasnya lalu berjalan ke belakang barisan antrian para prajurit Dortmayer.

Sikapnya semakin memancing kemarahan prajurit itu hingga Ia harus ditahan oleh teman-temannya saat akan menghajar Levi.

"Dasar Lisidas sampah! Aku sudah mengingat wajahmu, tunggu saja sampai kita di dalam portal nanti, aku akan menghajarmu sampai kedua kakimu patah agar kau tahu posisimu!"

Levi tidak menanggapinya, Ia malah mengalihkan perhatiannya pada papan menu kedai untuk memillih.

Orang-orang di sekitar mereka mulai bergumam dan berbisik sambil menatap sinis ke arah para prajurit Dortmayer hingga ke-lima orang tersebut mulai risih.

Dengan wajah memerah akhirnya mereka meninggalkan kedai, tentu saja sebelum pergi mereka melemparkan tatapan murka ke arah Levi. Tapi Levi dengan perut laparnya, masih menatap ke papan menu tanpa mempedulikan sekitarnya.

Ia memesan lima porsi makanan khas negara Valdivian. Bahkan pramusaji kedai berusaha memastikan beberapa kali apa Ia sanggup menghabiskannya sendirian.

Levi duduk sendirian di salah satu sudut kedai, mejanya di penuhi mangkuk sup dan makanan lain yang masih panas.

Sebagian besar makanan itu belum pernah dicobanya seumur hidupnya, terutama makanan laut karena distriknya jauh dari laut.

Ia tidak sabar untuk mencoba udang yang dibaluri tepung krispi di salah satu piring, bau minyak bawang yang gurih dari mangkuk mie di sebelahnya juga sangat menggoda, sesaat Ia tidah tahu yang mana yang harus Ia makan lebih dulu.

Tiba-tiba Ia teringat adiknya. Levi berharap Kim ada disini saat ini untuk mencoba makanan baru ini bersamanya.

Ia tersenyum pada dirinya sendiri, setelah semuanya selesai adiknya pasti bisa mencoba semua makanan ini dengan uang yang Ia dapatkan dari Ekspedisi.

Karena sangat lapar Levi berhasil menghabiskan seluruh makanan di depannya hanya dalam waktu lima belas menit sebelum kembali mengantri lagi untuk mencoba menu lain.

"Kau masih akan makan lagi?!" suara di belakangnya membuat Levi menoleh.

Seorang pria berpakaian jubah biru dan putih berdiri di belakangnya sambil tersenyum ramah.

Rambut coklat ikalnya disisir dengan rapi, begitu juga pakaiannya yang tidak memiliki lipatan kusut sedikitpun. Dilihat dari wajahnya sepertinya Ia lebih muda dari Levi.

"Ah, namaku Dash. Dash Shepard." katanya sambil mengulurkan tangannya tiba-tiba. "Aku melihatmu bertengkar dengan prajurit Dortmayer barusan. Tidak biasanya ada orang yang berani melawan mereka."

Levi membalas uluran tangannya sambil mengerutkan keningnya, "Namaku Levi. Tapi kurasa kau salah paham, aku tidak bermaksud melawan prajurit-prajurit itu... Aku hanya mengabaikan mereka."

Dash menatap geli ke arah Levi saat mendengar jawabannya. "Kau benar-benar orang yang unik... Apa kau tidak tahu prajurit Dortmayer sangat pendendam? Kau harus berhati-hati saat ekspedisi nanti, kalau bisa hindari orang-orang tadi selama perjalanan."

Levi berkedip beberapa kali karena bingung, ini adalah pertama kalinya seseorang mengajaknya mengobrol dengan ramah sejak menginjakkan kaki di Valdivian.

"Terima kasih untuk nasihatnya..." jawabnya dengan tidak yakin. Seumur hidupnya Ia jarang bertemu orang seperti Dash.

"Apa kau mendaftar sebagai porter di ekspedisi nanti?" tanya Dash walaupun sebenarnya Ia sudah tahu Levi berasal dari Lisidas, dan satu-satunya lowongan yang dibuka untuk penduduk Lisidas adalah porter.

Levi mengangguk singkat.

"Aku mendaftar di bagian medis. Kalau butuh apa-apa, kau bisa menghubungiku di bagian medis. Semoga saja kita satu kelompok saat perjalanan nanti." Dash kembali tersenyum ramah lalu menoleh ke teman-temannya yang sedang menunggunya di pintu kedai.

"Ah, mereka sudah menungguku. Sampai jumpa besok di alun-alun, Levi! Ingat kalau kau butuh teman atau perlindungan saat mereka mengganggumu, datang saja ke bagian medis!"

Levi kembali mengangguk lalu menatap Dash yang berjalan bersama teman-temannya keluar dari kedai.

'Baik sekali... Sepanjang hidupnya anak itu pasti sering kena tipu.' pikirnya dengan heran sebelum kembali mengantri.

***

Briefing Ekspedisi Grandia dimulai pukul enam pagi.

Levi sudah datang di alun-alun sejak pukul setengah enam pagi sambil membawa ranselnya, dan seperti biasanya Ia berdiri sendirian di tengah kerumunan peserta ekspedisi.

Orang-orang dari negaranya sendiri mengabaikannya karena sikap Levi yang acuh saat pendaftaran, mereka menganggapnya sombong dan menjauhinya sejak itu.

Sekitar tiga ratus peserta berkumpul pagi itu untuk mengikuti briefing dan pembagian kelompok lalu dilanjutkan oleh upacara pelepasan.

Orang-orang di sekelilingnya ramai membicarakan rumor tentang pintu portal ketujuh yang kabarnya baru muncul semalam.

Sebagian tidak mempercayainya karena biasanya pintu portal muncul disertai dengan gempa bumi besar atau tanda-tanda lainnya.

Ini adalah pertama kalinya Levi mengikuti Ekpedisi Grandia. Dan tidak seperti peserta lain yang sudah dibekali pengetahuan tentang perjalanan ekspedisi tahun-tahun sebelumnya, Levi hanya tahu sejauh informasi yang dibacanya dari brosur yang diberikan saat pendaftaran kemarin.

Tidak heran Ia menjadi salah satu dari beberapa belas wajah yang terlihat santai di dalam kerumunan, sedangkan peserta lainnya memasang wajah gugup sekaligus antusias.

Dari atas panggung alun-alun empat orang panitia ekspedisi dari ketiga negara serikat sedang mengamati wajah kerumunan peserta satu per satu dengan intens.

Para peserta tidak tahu, tapi ke-empat panitia tersebut sedang menilai mana saja yang akan masuk ke grup baru yang harus dibentuk mendadak pagi ini.

Karena ternyata rumor pintu portal ke tujuh yang muncul di Pulau Grandia semalam memang benar adanya.

Dan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang dibagi ke tiga portal berbeda, tahun ini seluruh peserta hanya akan melakukan ekspedisi di portal nomor tujuh.