Gedung utama Adventurer Guild terasa sunyi pagi itu, sesosok pria kurus berambut hitam dan berwajah angkuh sedang mengejar pria kekar yang berjalan di lorong yang ada di depannya.
"Guild Master Tigreal!" panggil pria kurus itu.
Pria kekar itu pun berhenti dan membalikkan badannya, "Ada apa lagi Pascal?" wajahnya terlihat kesal saat mengatakannya. Sepertinya suasanya hatinya sedang buruk.
"Ini semua data yang kita miliki tentang Wimark Sherwood." Jawab Pascal sambil menyerahkan selembar kertas kepadanya.
Guild Master Tigreal tidak berkata sepatah kata pun, ia menerimanya lalu masuk ke sebuah ruangan yang ada di ujung lorong.
Di dalam ruangan itu terdapat sebuah meja oval yang dikelilingi oleh dua belas kursi. Enam orang yang sedang duduk di sana berdiri dan menyapa Guild Master Tigreal secara bergantian, tapi Ia hanya sedikit menganggukkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya menuju ke kursi paling ujung lalu duduk di sana. Pascal yang mengikutinya kemudian duduk di kursi yang ada di sebelah kirinya.
Di sebelah Pascal, Kremas duduk bersebelahan dengan Tarud dan di depannya ada Alexandre, Zais dan Krignel yang merupakan petinggi guild sekaligus Adventurer kelas S juga ikut hadir.
"Kremas! Jelaskan padaku serinci mungkin tentang apa yang sebenarnya terjadi." Perintah Guild Master Tigreal setelah jeda beberapa menit.
…
"Selamat siang master," sapa Jack saat menemui Nardar yang tengah makan siang di aula guild. Melihat gurunya mengangguk, Ia ikut memesan makan siangnya.
"Jangan makan terlalu banyak jika akan kau muntahkan lagi." Celetuk Nardar saat melihat Jack memesan makanan.
Bulu kuduk Jack berdiri, tiba-tiba ia mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat tengah berlatih dengan gurunya itu. Hari itu Nardar melatihnya lebih keras dari biasanya sampai memuntahkan semua makan siangnya. 'Tidak apa-apa, aku sudah jauh lebih kuat dari waktu itu.' ucapnya dalam hati.
Seusai makan siang, mereka berdua berjalan ke ruang latihan bersama-sama. "Aku akan mengajarimu teknik menyerang yang baru hari ini." Kata Nardar saat hendak masuk ke dalam arena latihan.
Jack pun merasa bersemangat, ia meletakkan semua barang-barangnya dan mengambil pedang dan tameng kayu yang biasa ia gunakan untuk latihan.
"Pakailah tameng milikmu, kau akan membutuhkannya" tambah Nardar tanpa ekspresi.
"Eh?" perasaan Jack mendadak tidak enak. Karena tidak punya pilihan lain ia pun hanya bisa berdo'a dan pasrah.
Di tengah arena mereka berdua berdiri berhadapan sambil mengangkat tameng mereka secara berhadapan. Tiba-tiba Nardar maju dan bergerak ke arah kirinya, Jack pun memposisikan dirinya untuk menangkis serangan Nardar itu. Tapi bukannya menyerang dengan pentungannya, Nardar mendorong pojok kanan bawah tameng Jack dengan tamengnya. Saat Jack kehilangan keseimbangan, Nardar menyerang pundaknya secepat kilat. Jack pun mengerang kesakitan.
Tidak membiarkan Jack untuk kembali menyeimbangkan badannya, Nardar mengubah arah serangannya ke sebelah kanan dan mengganggu keseimbangan pertahanannya lagi kemudian menyerang secepat kilat. Ia mengulangi gerakan itu beberapa kali sampai Jack tidak bisa mengangkat tameng dan pedangnya lagi.
"Istirahat." Ujar Nardar saat melihat Jack tidak sanggup lagi mengangkat tangannya.
"Cari titik terlemah dari pertahanan musuh, goyahkan lalu serang secepat kilat dan kembali ke posisi bertahanmu lagi." Imbuhnya sambil sedikit memperagakan gerakannya tadi.
"Perhatikan gerakanku dan contoh." Pertegas Nardar sambil mengulangi gerakan itu sekali lagi.
Sore itu Jack pergi ke workshop Dragon Hammer sambil menyeret tamengnya, saat ditanya oleh orang-orang di sana 'kenapa?' ia menjawab 'latihan' dan mengacuhkan tatapan mereka.
Karena Tarud belum kembali sejak pagi tadi, ia menemui Homdumir untuk memesan sebuah tameng khusus. Karena belum terbiasa dengan permintaan Jack yang aneh-aneh ia terkejut ketika pertama kali mendengarnya. Tapi karena Jack adalah anggota terpenting mereka saat ini, ia mengatakan "Serahkan padaku." Sambil mengacungkan jempolnya. Mendapat Jawaban yang memuaskan Jack pun pulang.
Saat sedang duduk di kamar sambil memijat pundaknya, Jack masih belum percaya ucapan grunya Nardar saat latihan mereka usai. Ia mengajaknya untuk ikut dalam sebuah misi besok pagi. Untuk memulihkan kondisinya Ia pun meminum health potion dan beristirahat lebih awal.
…
Sebelum berangkat, Jack mampir terlebih dulu ke Departemen Pengembangan Obat untuk mengambil lima botol mana potion yang ia pesan. Kemudian berbincang-bincang dengan supervisor yang kemarin menegurnya dan bertanya tentang proses pembuatan mana potion.
Ketika lonceng berbunyi sembilan kali Jack dan Nardar keluar dari Kota Alexandrium dan berlari ke arah utara menuju Desa Thornbell.
'Apa kita akan terus berlari seperti ini?' keluh Jack dalam hati. Mereka telah berlari selama tiga jam nonstop, nafasnya terlihat sangat pendek dan cepat.
Ketika melewati sebuah bukit, sebuah desa pun terlihat di seberang padang rumput yang hijau. Sapi dan domba sedang berkeliaran di padang rumput itu sambil memamah dedaunan yang berada di bawahnya. Seorang pria tua yang memakai tudung bambu terlihat sedang membersihkan sapi-sapinya. Nardar pun memperlambat laju larinya dan berjalan ke arah pria itu.
"Paman Victor." Sapa Nardar dengan nada datar.
Pria tua itu kaget dan membalikkan badannya. "Ah, Nardar. Cepat sekali kau datang, aku baru mengabarimu kemarin. Ayo masuk ke rumah dulu." Jawab Vicktor sambil tersenyum.
"Tidak perlu paman, kami harus segera kembali ke guild. Jelaskan secara singkat kejadiannya." Ucap Nardar setelah duduk di depannya.
Jack yang sedang terkapar di atas tanah tidak sempat menyapa Vicktor.
"Sejak tiga hari yang lalu dombaku mulai hilang satu persatu di malam hari. Semula kukira hanya ulah serigala biasa, tapi setelah kemarin malam aku mencoba untuk memburunya. Makhluk itu terlihat seperti orang dewasa yang sangat kurus, mata mereka menyala di kegelapan dan mereka membawa pentungan besi sebagai senjata, maka dari itu aku langsung menghubungimu keesokan paginya." ungkap Vicktor sambil gemetaran karena takut.
"Dark Goblin." Ujar Nardar. Ia berdiri dan meminta Jack untuk mengikutinya.
Mereka mulai mencari jejak di tempat Vicktor melihatnya dua hari yang lalu. Meski samar Nardar dapat melihat dengan jelas ke arah mana mereka pergi. Sambil mengikutinya Nardar juga mengajari Jack cara untuk mencari jejak.
Di sebuah bukit tidak jauh dari tempat itu, tujuh Dark Goblin sedang sibuk menikmati santapan daging domba pangang di belakang api unggun. Mereka tidak sadar kalau Nardar dan Jack sedang mengawasi mereka dari atas tempat itu.
"Hanya tujuh, lawan mereka Jack. Tunjukkan kemampuanmu." Perintah Nardar sambil menunjuk ke arah kerumunan Dark Goblin yang sedang berpesta.
Dark Goblin bukanlah monster yang kuat, ancaman terbesar mereka adalah kemampuan untuk tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Setelah cukup dewasa, mereka akan menculik gadis-gadis desa untuk memuaskan nafsu mereka untuk bereproduksi. Sebulan kemudian jumlah mereka pun dapat bertambah menjadi dua atau bahkan tiga kali lipat.
Pertanyaan di sini bukanlah seberapa kuat Dark Goblin itu, tapi kenapa Dark Goblin tersebut bisa muncul di tempat ini. Menurut sebuah buku yang kubaca, Dark Goblin adalah iblis rendahan yang sering digunakan sebagai tameng di barisan paling depan saat terjadi perang. Jumlah mereka yang banyak dapat membuat musuh gentar, bahkan sebelum pertempuran dimulai.
Kita tahu bahwa bangsa iblis tidak lagi datang secara terorganisir setelah perang besar berakhir dua ratus tahun yang lalu. Iblis yang datang dari arah laut akan menyerang desa-desa yang dekat dengan Hutan Kegelapan terlebih dahulu, bukan di Desa Thornbell yang letaknya di tengah Kerajaan Avantheim. Karena untuk sampai di sana mereka harus melewati Kota Alexandrium yang merupakan markas besar para Adventurer.
Apa seseorang sengaja memanggil mereka dengan sebuah ritual? Apa tujuan mereka melakukan ini? Itu bukan hal yang perlu kukhawatirkan sekarang. Yang terpenting, bagaimana cara ku melawan mereka seorang diri.
Jack melihat ke arah Nardar dan membayangkan apa yang sedang ada di pikiran gurunya. Setelah menarik nafas panjang ia pun mengencangkan tameng dan menghunus pedangnya. Lalu menganggap ini sebagai salah satu latihan yang diberikan oleh gurunya itu. Ia pun mengingat kembali apa yang telah ia pelajari darinya.
Pertama, serangan tiba-tiba adalah cara terbaik untuk memulai sebuah pertempuran. Lalu pertahankan posisi bertahan dan jangan biarkan musuh melihat celah dalam pertahananmu. Lakukan serangan jika kau benar-benar yakin akan mengenai musuhmu. Yang terakhir, cari kelemahan pertahanan lawan dan manfaatkan celah yang ada untuk menyerang.
Jack mendekati kumpulan monster itu dengan hati-hati, mencoba untuk berada sedekat mungkin dengan musuhnya. Setelah merasa jaraknya cukup, ia menguatkan kakinya dengan mana dan melompat untuk mendorong goblin paling dekat ke arah api unggun, lalu menusuk dada goblin yang terdiam karena kaget di sebelahnya. Dua goblin beres, lima lagi.
Ia mundur dan mengangkat tamengnya tinggi-tinggi, dengan tempo yang tepat ia melangkahkan kakinya ke belakang dan melukai tangan goblin yang serangannya meleset untuk mengurangi kemampuan serangan mereka.
Goblin lain pun mulai mengerumuninya. Dengan gerakan lincah bak kucing gunung, Jack menangkis serangan mereka yang sekuat orang biasa. Jika dibandingkan dengan serangan Nardar saat latih tanding, mereka hanya cukup untuk sebagai pemanas badannya saja. Perlahan-lahan ia pun mulai melihat celah pada pertahanan mereka. Dengan meniru gerakan Nardar, Jack mulai melakukan serangan balik sampai sepuluh menit kemudian ia berhasil membinasakan tujuh Dark Goblin yang ada di tempat itu.
Dengan tenang Jack mengelap pedangnya dengan selembar kain, kemudian menyarungkannya. Ia mendapat 180 experience pada pertempuran itu.
Nardar yang tiba-tiba muncul dari balik pohon tanpa berkata sedikitpun, apalagi pujian atau komentar. Ia hanya mengangguk dan mulai mengumpulkan mayat mereka menjadi satu tumpukan.
"Tetap waspada, kita akan menginap di sini malam ini."
Jack kini sadar, tujuan Nardar mengajaknya ke sini bukanlah untuk membantunya menyelesaikan misi, namun untuk melatihnya. Rasa hormat di hatinya pun meninggi, meski cara bicara dan mengajarnya kaku, hatinya lembut seperti kapas.
Aku dan Nardar kembali keesokan harinya. Di bawah belaian mentari pagi, kami pun berlari bersama angin ke kota Alexandrium.
Saat kota megah itu mulai terlihat, Nardar berkata, "Pulanglah, aku akan melaporkan misi ini terlebih dahulu."
Jack mengangguk, namun menyindir di dalam hatinya, 'Tidak usah berpura-pura master, aku sudah tahu maksudmu yang sebenarnya.'
…
Di lantai workshop Dragon Hammer Jack terbaring seperti ikan yang baru saja diambil dari laut. Matanya setengah tertutup dan dadanya naik turun tak karuan. Kyle yang melihatnya, tertawa dan meledeknya. "Kenapa kau Jack? Dikejar-kejar mantan pacarmu?" celetuknya sambil meletakkan segelas air di sebelahnya.
"Aku tidak bisa terus menerus membiarkanmu melindungiku." Kata Jack membela dirinya.
Setelah nafasnya kembali normal, Jack duduk dan meminum air yang disiapkan Kyle, lalu bertanya kepadanya. "Apa Tarud sudah kembali?"
"Dia sedang menunggu kita di ruang rapat bersama Jaxson dan kawan-kawan. Ayo kita ke sana." Kata Kyle sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Jack berdiri.
Mereka pun berjalan bersama sambil menceritakan apa yang mereka kerjakan hari itu.
Saat masuk ke dalam ruang rapat Tarud memanggil Jack saat melihatnya, "Ah. Jack, duduklah di sini." Sambil menunjuk ke kursi yang ada di sebelahnya.
"Karena bisnis kertas sudah mulai stabil, tadi kita membahas alat ketik yang kau rancang. Besok lusa kita sudah bisa mencoba model awalnya." Kata Tarud kepada Jack.
Sebelum Jack sempat merespon ia menambahkah, "Tapi sepertinya kita harus memundurkan promosinya karena ada masalah serius yang harus kita tangani terlebih dulu."
Setelah beberapa detik ia melanjutkan, "Guild master telah mengeluarkan mandat untuk memburu Wimark Sherwood hidup atau mati. Hubungannya dengan organisasi rahasia Shadowcifer tidak bisa kita abaikan begitu saja. Organisasi tersebut menyembah iblis sebagai dewa dan sudah berdiri sejak tiga ratus tahun yang lalu. Mereka terkenal sadis dan kejam, kudengar mereka masih berusaha untuk memanggil iblis."
Tarud meminum sedikit minuman jahe dari cangkir yang ada di tangannya, lalu melanjutkan. "Kita tidak boleh membiarkan mereka memanggil para iblis ke benua ini lagi dan menyebabkan banyak pertumpahan darah. Karena itu Guild Master Tigreal mengeluarkan sebuah misi darurat yang ditujukan kepada seluruh kelompok Adventurer untuk ikut memburu mereka."
Sambil melihat antusias anggota workshopnya ia berkata. "Kita juga akan ikut dalam misi ini, Aku sendiri yang akan memimpinnya."
"Tapi target utama kita bukan Wilmark, kita ditugaskan untuk mencari sebuah kereta kuda yang biasa digunakan oleh Kremas untuk bepergian. Menurut Kremas, mereka sedang mencari sebuah batu berwarna merah gelap yang ia sembunyikan di kereta itu. Untuk itu kita harus menemukan keretanya sebelum mereka menyadari bahwa batu yang mereka cari ada di kereta itu." Lanjut Tarud setelah menyenderkan punggungnya di kursi kehormatan.
Mereka pun mulai merenung dan membicarakan masalah itu dengan orang di sebelahnya. Saat kegaduhan mulai memuncak, Tarud memberi perintah. "Persiapkan diri kalian, kita akan berangkat besok pagi."
Mereka semua melihat ke arahnya dan mengangguk lalu mulai keluar dari ruangan itu satu per satu.
"Jack, ikut denganku." Ajak Tarud saat melihatnya berdiri.
Mereka berdua pergi ke gudang dan mengambil sebuah kotak kayu panjang berisikan tombak berwarna hitam yang terlihat anggun tapi mematikan.
"Jack. Ini tombak yang kujanjikan dulu." Kata Tarud sambil mengangkat tombak itu dengan kedua tangannya dan menyerahkannya kepada Jack.
"Terima kasi- …!" Jack kaget saat menerimanya, ia tidak menyangka kalau tombak tersebut beratnya lebih dari 30 kilo.
Kenapa tombak kayu ini bisa berat sekali? Tanya Jack dalam hati.
Tarud tertawa melihat ekspresi wajah Jack, ia pun menjelaskannya " Kayu ini diproses dengan cara khusus untuk memaksimalkan kekuatannya tanpa mengurangi kelenturan aslinya. Tombak ini kuberi nama Stingwolf karena terbuat dari taring serigala fenris yang telah menyerap racun yang mematikan.
"Penawar racunnya ada di dalam kotak kayu, jangan lupa untuk selalu membawanya.
"Oh. Satu lagi, ini keuntungan dari penjualan yang menjadi hakmu, sepuluh koin emas." Sambil memberikan sebuah kantung uang kapada Jack.
"Terima Kasih." Jawab Jack saat menerima uang itu sambil tersenyum.
Tarud tidak main-main saat berkata bahwa ia akan membuat karya terbaiknya dengan kayu itu. 'Desain dan kekuatannya tidak main-main, sayang sekarang aku belum bisa menggunakannya dengan leluasa.' Batin Jack.
"Tameng yang kau pesan juga sudah selesai. Aku akan menyuruh orang untuk mengantarkan semua barang ini ke rumahmu."
"Oke." Jawab Jack, ia sangat bersyukur punya teman yang dapat diandalkan.
Dalam perjalanan keluar dari gudang Tarud menasehati Jack, "Persiapkan dirimu untuk misi besok. Kita akan berjalan kaki, jadi bawa barang seperlunya saja."