Chereads / Jalan Sang Kesatria Naga / Chapter 8 - Adventurer Guild

Chapter 8 - Adventurer Guild

Wangi bumbu berpadu dengan aroma sayuran segar yang keluar dari sebuah panci memenuhi ruang makan restoran pagi itu. Hanya suara langkah kaki para penambang yang sedang berangkat menuju ke pertambangan yang menemaninya di ruangan kosong itu.

Saat Jack sedang menikmati makan paginya dengan sup lobak dan sepotong roti. Matahari pun masih bersembunyi di ufuk timur, hanya sinar merahnya saja yang membantunya melihat mangkuk di depannya. Sambil makan pagi ia berusaha membandingkan mata uang yang ada di dunia ini dengan dunianya.

Di dunia ini uang masih bentuk koin. Ada tiga macam uang koin yaitu koin emas, koin perak dan koin perunggu. Satu koin perak sama dengan 25 koin perunggu dan satu koin emas sama dengan 25 koin perak. Menurut pengalamannya kemarin satu koin perunggu kira-kira setara dengan 10.000 sampai dengan 12.000 rupiah.

Dengan perbandingan tersebut itu ia mencoba untuk menghitung semua uang yang ia punya sekarang. Dari pencuri yang kutemukan mati di Hutan Kegelapan aku mendapat 5 koin emas, 65 koin perak dan 60 koin perunggu. Kemarin aku memakai dua koin perak dan tiga koin perunggu, jika kuhitung sisanya dengan perbandingan tadi, jumlahnya hampir 50 Juta rupiah. Wah, ternyata lebih banyak dari dugaanku, hehehe. Ini pun belum semuanya, masih banyak perhiasan dan batu mana yang kusembunyikan di hutan itu, aku benar-benar kaya, hehehe. Pelayan merasa geli dan illfeel saat melihat Jack sedang senyum-senyum sendiri sambil memagangi makanannya.

Siapa sebenarnya orang itu, kurasa bukan dari kelompok pencuri biasa. Sebaiknya aku membeli baju baru dan membakar baju-baju yang kutemukan di Hutan Kegelapan itu. Aku tidak mau timbul masalah di kemudian hari. Setelah selesai sarapan, ia pun berdiri dan berjalan keluar penginapan itu menuju ke jalan sepi di depannya.

Ia melihat jalan-jalan yang di paving dengan batu secara rapi, lengkap dengan drainase di pinggirnya. Kota Alexandrium ini terlihat cukup bersih dan tertata rapi, roda perekonomian di kota ini juga berjalan dengan baik. Terlihat dari banyak pedagang, pembeli, pejalan kaki, penjaga keamanan serta orang yang hendak berangkat untuk bekerja, bahkan kereta kuda sudah mulai beroperasi sepagi ini.

Jack berjalan ke arah Adventurer Guild sambil membawa tombak panjangnya. Sebenarnya ia sedikit malu membawa tombak panjang itu, tapi setelah melihat seorang Adventurer yang sedang membeli makanan sambil membawa tombak juga, bahkan lebih panjang dan besar dari yang ia punya, rasa malu itu hilang. Ia pun kaget dan matanya sedikit melebar dan bengong saat melihatnya.

Untuk membedakan para Adventurer dengan orang biasa sangatlah mudah, mereka biasanya memakai baju pelindung yang terbuat dari kulit dan memakai sebuah lencana bergambar dua pedang menghadap ke atas yang saling bersilangan, di belakangnya ada bintang segi delapan yang menunjukkan arah mata angin.

Gedung utama Adventurer Guild terletak di sebelah selatan Kota Alexandrium dan sebagian besar wilayah itu dimiliki oleh mereka, termasuk pusat keamanan di kota ini.

Walaupun Kota Alexandrium berada di bawah kekuasaan Kerajaan Alvanhein, tapi pemerintahannya dipegang secara de facto oleh Adventurer Guild. Mereka diberi kewenangan khusus untuk oleh Kerajaan untuk mengatur kota itu. Adventurer Guild memiliki banyak cabang di kota-kota lain, bahkan di Kerajaan lain, mereka sangat berperan dalam menghubungkan perekonomian mereka. Mereka menyediakan fasilitas seperti penyediaan jasa tentara bayaran, perlindungan, pengawalan, transportasi dan bahkan perbankkan. Reputasi mereka sangat baik, tapi karena monster-monster yang berada di alam liar sudah sangat sulit untuk ditemui, penambahan jumlah anggota mereka sangat kecil. Penambahannya hanya berasal dari keturunan dari para Adventurer itu sendiri atau anak orang kaya yang ingin menjadi seorang Adventurer.

Sekarang prioritas mereka lebih cenderung kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar kehidupan umat manusia dapat berjalan lebih baik. Meskipun begitu, mereka masih membuka sebuah akademi bagi para Adventurer muda yang ingin belajar dan berlatih cara bertarung dan kemampuan bertahan hidup di alam liar di kota ini. Selain sebuah akademi, di sini juga terdapat perpustakaan terbesar di benua Palonia yang bernama Perpustakaan Alexandrium.

Karena itu Jack lebih memilih untuk berjalan kaki daripada naik kereta kuda. Ia ingin melihat dan mengamati kondisi kota itu, letak gedung-gedungnya, fasilitas-fasilitasnya, serta penduduknya.

Setelah berjalan selama satu jam akhirnya ia tiba di sebuah gedung besar lantai tiga yang memiliki papan nama besar di atas gerbang depan yang bertuliskan ADVENTURER GUILD. Di sekeliling gedung itu dihiasi oleh pepohonan hijau yang membuat suasana di sana sangat sejuk dan asri.

Ia melihat pintu depan gedung besar itu sudah terbuka tapi setelah mengamatinya lebih dekat, pintu itu terlihat seperti tidak pernah ditutup. Jack pun masuk ke dalam gedung itu dan melihat sebuah aula besar yang sangat megah. Di sebelah kiri terlihat meja resepsionis panjang yang terbuat dari kayu keras yang dipernis dengan mengkilap, di atas meja itu terdapat sebuah tulisan ADVENTURER BANK, sedangkan di sebelah kanannya ada meja yang serupa bertuliskan ADVENTURER GUILD. Di antara kedua meja itu kursi-kursi kayu berjajar rapi terbagi dua tepat di tengahnya sebagai jalan.

Jauh di depannya terlihat ada sebuah restoran lengkap dengan meja makan berbentuk kotak dan tempat duduk bundar yang mengelilinginya. Papan-papan besar menempel di setiap dinding ruangan itu.

Aula Adventurer Guild itu terlihat masih sepi, hanya beberapa petugas kebersihan dan resepsionis yang bersiap-siap untuk melayani pelanggan mereka.

Ia berjalan mendekati meja resepsionis di sebelah kanannya, seorang gadis cantik bermata biru dan berambut pirang sedang merapikan dokumen dengan kertas yang sangat tebal. Teknologi pembuatan kertas di sini ternyata masih sangat premitif sehingga kertas yang mereka pakai cukup tebal dan permukaannya agak kasar. Gadis itu terlihat mengeluarkan semua tenaganya untuk memindahkan puluhan kertas yang ia selesai rapikan itu.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" Gadis bermata biru itu menyapa Jack dengan senyumnya yang menawan.

"Saya ingin mendaftar sebagai seorang Adventurer" kata Jack agak terdengar gugup.

Gadis itu terdiam untuk beberapa saat sambil matanya sedikit melebar sebelum berkata. "Oh, maaf. Ehem. karena sudah lama sekali tidak ada yang mendaftar jadi saya sedikit terkejut" di benaknya ia berpikir 'Apa orang ini punya uang? Lihat, bajunya saja compang-camping begitu'

"Untuk menjadi seorang anggota guild anda harus membayar biaya pendaftaran sebesar 5 koin perak dan mengisi biodatamu pada selembar kertas formulir. Setelah itu, anda akan diwawancarai oleh salah satu Adventurer senior kami setelah semua prosedur pendaftaran selesai dilakukan"

Lima koin perak? Berarti sekitar 1.250.000 rupiah. Wow, mahal sekali, pantas tidak ada yang mendaftar. Untung aku orang kaya sekarang, hehehe.

Melihat Jack terdiam gadis cantik itu menambahkan, "Uang tersebut akan gunakan untuk biaya pendaftaran, biaya administrasi, biaya pembuatan lencana dan untuk membuat rekening di bank kami. Setelah menjadi seorang Adventurer anda akan dapat menikmati fasilitas khusus anggota yang dapat anda temukan di hampir semua kota besar di Benua Palonia ini. Saya jamin anda tidak akan menyesalinya"

"Baiklah" Jack berkata sambil mengambil uang dari kantongnya lalu memberikannya kepada gadis itu.

"Tunggu sebentar tuan" Resepsionis cantik itu masuk ke ruangan di belakangnya, setelah beberapa saat ia pun kembali membawa selembar kertas berwarna kuning kecokelatan.

"Ini tuan". ia memberikan kertas itu kepada Jack sambil menunjuk ke arah pena bulu dan botol tinta di sebelah kanannya.

Jack menerima kertas itu lalu membuka botol tinta berbentuk kotak di sebelah kirinya, saat ia mengambil pena bulu dari dahinya keluar keringat dingin. Sial, aku belum pernah menulis dengan pena seperti ini, apalagi harus menulis dengan huruf yang tidak kukenal. Meskipun bisa membacanya, aku tidak percaya diri bisa menulis huruf itu dengan benar.

"Kenapa tuan?" resepsionis itu bertanya karena melihat Jack tidak kunjung menulisnya.

"Ah, tidak apa-apa. Aku cuma sedikit ragu karena tulisanku jelek, hahaha" Jack kaget, keringatnya keluar lebih banyak.

"Tidak apa-apa tuan, ini hanya formalitas saja. Kami akan menulis ulang formulir pendaftaran itu sebagai arsip setelah permohonan menjadi seorang Adventurer disetujui, bentuk tulisannya bukan masalah besar selama masih dapat terbaca" resepsionis itu berkata sambil mencoba tetap tersenyum.

"Oh, begitu. Hahaha" Bilang dari tadi kek, jadi aku tidak perlu segugup ini. Jack Mulai pelan-pelan menulisnya. Karena tidak terbiasa menulis dalam huruf Terenia yang cukup kompleks dan pena bulu yang harus diisi dengan tinta setelah beberapa kali goresan, ia baru menyelesaikan formulir tersebut setelah setengah jam berlalu. Ia pun menyerahkannya pada gadis resepsionis di depanya, dan melihat senyumnya yang terlihat dipaksakan.

Setelah menghela nafas panjang, gadis itu pun berkata, "Baiklah tuan Ja-Jack Wal-k-er. Baiklah tuan Jack Walker, wawancara anda akan dimulai siang hari nanti di lantai dua. Silahkan menghubungi resepsionis yang ada di sana saat waktunya tiba".

Setelah berpikir sesaat Jack bertanya, "Emm, kalau boleh tahu, di mana letak perpustakaan di kota ini?"

"Perpustakaan Alexandrium? Anda hanya perlu berbelok ke arah kanan setelah keluar dari gedung ini, setelah berjalan sebentar anda pasti dapat melihatnya. Anda tidak mungkin melewatkannya. Ada lagi yang bisa saya bantu?".

"Cukup, terima kasih" Jack berpamitan sambil sedikit membungkuk.

"Kembali~, jangan lupa wawancara akan dimulai siang nanti di lantai dua" Jawab resepsionis cantik itu sambil tetap tersenyum.

Setelah membalikkan badannya Jack melihat antrean di belakangnya sudah cukup panjang. Ia pun berjalan keluar dari ruangan itu sambil menutup mukanya yang merona karena malu.

Beberapa saat setelah Jack keluar dari aula itu, sekelompok orang masuk ke tempat itu bersama dengan bau darah yang menyengat, seperti baru pulang dari medan perang. Muka mereka terlihat kusut dan lelah, di baju mereka banyak terdapat noda darah, bahkan beberapa di antara mereka terluka dan dipapah teman di sebelahnya. Seorang laki-laki kekar berambut cokelat berjalan paling depan. Saat ia berjalan melewati aula besar itu, semua orang yang ia lewati memberi hormat kepadanya dengan sedikit membungkukkan badannya.

"Selamat datang Guild Master" Resepsionis yang tadi melayani Jack memberinya salam.

Pria kekar itu hanya mengangguk dan berjalan ke lantai dua, orang-orang di belakangnya pun menyebar dan mengurusi urusan mereka masing-masing.