"Jadi.. kau ingat padaku?" Ucapan sinis itu membuat darah Hoon seakan mendidih. Pemuda itu melangkah lebih dekat dengan sorot mata tajam.
Pertemuan mereka tidak meninggalkan kesan baik. Dia ingat bagaimana pria ini berani berintruksi dalam rapat dengan suara lantang yang sinis, kesan pertama yang begitu membekas buruk di ingatan Hoon.
"Aku menunggumu kembali bekerja dan ngantor, tapi kau tak pernah tampak lagi di kantor. Apa kau sudah menyerah dan mengundurkan diri?" Sinisnya sama seperti hari itu. Dia sangat menyebalkan.
"Itu bukan urusanmu!" Balas Hoon ketus.
"Tentu saja itu urusan ku, aku berniat menjadikan perusahaan clothing Jung untuk menjadi gudang usaha baruku nanti!" Ujar pria itu menyeringai dengan suara berat yang merendahkan.
