Rona langsung mengajak Soully masuk untuk menemui Mr.Govind, pemilik salah satu PH (Productions House) yang ada di perusahaannya, lebih tepatnya gedung perusahaan itu milik Yafizan dan mereka membangunnya bersama-sama.
Segera Rona mengenalkan Soully kepada Mr.Govind yang notabene memang orang India asli, untuk mengisi posisi PU yang kini sedang kosong.
Mr.Govind menyambut Soully dengan baik lalu dia mengajak Soully kepada supervisor tim PU di PH tersebut. Soully pamit kepada Rona dan Rona pun segera pergi menemui Yafizan yang terus menghubungi ponselnya daritadi.
'39 Panggilan Tak Terjawab Bos Yafi' tertera di layar ponselnya
Rona tiba di depan pintu ruang kantor yang sangat luas itu. Hatinya berdebar karena takut seseorang di balik pintu kantor itu akan segera menerkamnya saat dia membuka pintu. Namun prediksinya salah, dilihatnya kursi kosong yang ada di balik meja itu dan tak ada jejak bayangan apapun.
Rona segera menghubungi balik Yafizan.
"Bos, di mana?" tanya Rona saat Yafizan menyahuti panggilan teleponnya.
"Aku? Menemui Mr.Govind," jawab Yafizan lalu menutup teleponnya sebelum Rona berkata lebih lanjut.
Rona bergegas pergi meninggalkan ruang kantor Yafizan. Fikirannya langsung tertuju pada Soully saat itu. Dengan cepat ia berlari menerka-nerka Yafizan akan melakukan hal di luar nalar seperti kemarin.
***
Yafizan berjalan menuju gedung kantor yang di dalamnya ada salah satu PH di bawah naungan Mr.Govind. Dia masuk ke dalam gedung itu sehingga orang-orang yang sedang sibuk berlalu lalang mempersiapkan pekerjaannya tiba-tiba terhenti lalu menunduk hormat kepadanya. Mr.Govind pun ikut memberi hormat saat Yafizan menghampirinya.
"Ada perlu apa Mr.Yafizan datang ke mari? Kurasa bukankah schedule acara talk show masih ada di minggu depan?" tanya Mr.Govind dengan logat gaya bicara ciri khas negaranya.
"Aku hanya ingin berjalan-jalan dan melihat-lihat sebentar, aku dengar ada karyawan baru di PH mu ini," ujar Yafizan to the point dengan pandangannya yang sibuk mencari sesosok perempuan yang kini tengah bersarang di otaknya.
Mr.Govind mengerutkan keningnya lalu ia teringat seorang yang di bawa Rona pagi tadi untuk mengisi lowongan bagian PU. "Oh..ya ya, maksudmu Soully?" tanyanya.
"Soully?..." Yafizan menggarukkan jari di sebelah keningnya yang sebenarnya tak gatal, tanda dia memang belum mengetahui pasti namanya.
"Ada keperluan apa Mr.Yafizan menanyakan Soully? Aku kira dia kerabatmu karena Mr.Rona yang merekomendasikannya," ujar Mr.Govind.
"Bukan, aku rasa..." tiba-tiba ucapan Yafizan terhenti ketika ada seseorang mencengkram bahunya.
"Bos..." Rona tiba dengan menyahut dan memberi kode agar Yafizan tidak berbuat ulah. "Maaf Mr.Govind kurasa perbincangannya sampai di sini, ada hal penting yang harus bos Yafi urus," pamit Rona sembari menarik lengan Yafizan.
Yafizan dengan jengkel menepis tangan Rona yang dengan erat mencengkramnya.
"Sorry..." Rona mengangkat kedua tangannya ke atas seakan dia ingin menjelaskannya nanti ketika mereka di ruangannya.
Mereka pun melangkah berjalan keluar. Tak lupa Rona menengok kanan kiri guna memastikan Soully aman.
.
.
.
Soully terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Dia mondar mandir karena disuruh ke sana ke mari, gerakannya memang gesit dengan tubuhnya yang mungil. Bahkan sampai ia disuruh menaikkan spanduk sponsor persiapan untuk acara talk show minggu depan. Soully memanjat menaiki tangga lipat untuk mengaitkan ujung spanduk di tempat yang sudah tersedia namun tubuhnya yang mungil kurang bisa menggapai pengait ujung spanduk yang tersedia di dinding tembok atas, tangannya berusaha menggapai dan sialnya tangga besi yang ia naiki bergoyang hingga membuat oleng keseimbangan tubuhnya.
Soully terpeleset dan jatuh hingga mengenai tubuh seseorang yang ada di bawahnya. Tubuhnya menumpu di atas tubuh orang itu sehingga bibirnya beradu tepat di bibir orang yang menopang tubuh mungilnya itu. Yafizan!
Saat itu, Yafizan dan Rona sedang berjalan tepat di bawah dekat tangga lipat yang Soully naiki tanpa menyadari ternyata orang yang mereka cari sedang memanjat sendirian.
Mata Soully dan Yafizan saling bertemu. Mata Soully langsung membulat dan Yafizan hanya mematung. Soully lalu mengangkat kepalanya terperanjak kaget. Yafizan pun perlahan menaikkan sedikit badannya hingga setengah duduk namun tubuh mungil Soully masih menumpu di atas tubuhnya. Saat itu orang-orang langsung terpusat dengan kejadian itu. Rona yang melihatnya hanya tersenyum senang.
Seseorang tiba-tiba memukul dan mendorong kepala Soully dengan keras hingga tepat saat itu juga kepalanya menumpu pada bahu Yafizan. Secara refleks tangannya memeluk Yafizan, Yafizan pun secara refleks menahan tubuh Soully yang jatuh lagi mengenai dirinya. Mereka seakan berpelukan diiringi perasaan kaget.
Rasa sakit luar biasa untuk Soully karena kepalanya seakan dipukul palu dengan keras.
Jantungnya berdegup kencang luar biasa saat Yafizan memeluk dan dipeluk Soully.
"Dasar jalang! Tak cukup kejadian kemarin kau membuat Bos Yafi malu, hah?!" amarah Clara saat melihat Soully menimpa tubuh Yafizan. Tak lupa jemarinya langsung menarik rambut Soully sehingga kepalanya terperanggah. Dengan menahan rasa sakit tangan mungilnya terus-terusan memukul tangan Clara guna untuk melepaskan cengkramannya. "Awas!" Clara menyenggol tubuh Soully hingga terjatuh guna menyingkirkan Soully di atas tubuh Yafizan.
Soully yang terjatuh ke samping dengan sigap tangan Yafizan meraihnya. Rona pun hendak membantu mengangkat Soully yang masih terjatuh.
"Bos Yafi, apa kau baik-baik saja?" tanya Clara mencari perhatian, seketika tangannya ditepis segera oleh Yafizan.
Rona membantu membangkitkan mereka berdua. Soully yang masih meringis kesakitan tetap memilih untuk berjongkok dan menumpu kedua tangannya di sisi kepalanya. Yafizan yang sudah kokoh dari awal, segera melangkah kakinya hendak ke ruangannya kembali. Namun langkahnya sedikit terhenti karena melihat Rona yang bukannya membantunya malah sibuk mengkhawatirkan orang lain.
"Soully, apa kau baik-baik saja?" tanya Rona khawatir karena melihat Soully masih berjongkok dan tertunduk diam.
"Clara, kau benar-benar keterlaluan!" bentak Rona tiba-tiba membuat Yafizan pun terheran-heran akan sikap Rona yang berlebihan.
"Apa kau mau aku bawa ke rumah sakit? Coba katakan bagian mana yang sakit?" cemas Rona saat mencari-cari bagian mana yang di rasa sakit oleh Soully.
Yafizan yang melihat merasa kesal saat Rona menyentuh Soully di mana-mana. Dengan mata yang berapi-api dia menghampiri Rona dan Soully yang masih berjongkok. Disingkirkannya tangan Rona segera. Lalu menarik tangan Soully yang masih memegang di kedua sisi kepalanya. Tiba-tiba sekelebat bayangan kejadian saat Yafizan menjenguk Soully yang terbaring koma di rumah sakit. Yafizan sontak melepaskan tangan Soully karena kepalanya pun mulai merasa pusing saat bayang-bayang itu muncul.
"Bos!" panik Rona saat melihat Yafizan lunglai dan hampir terjatuh. Dengan sigap dia menopang tubuh Yafizan dan memapahnya.
Sesaat Rona lupa lalu meninggalkan Soully sendirian dengan kondisinya yang masih pusing luar biasa sakit karena efek pendarahan otak pasca operasi dan koma selama tiga tahun.
'Seseorang...tolong aku...'
Suara hati Soully yang tiba-tiba terdengar oleh Yafizan. Seketika ia menghentikan langkahnya dan memutar balik badannya melihat kearah Soully.
'Kekuatan ini...setelah sekian lamanya...kenapa? Siapa kau sebenarnya?'
***
Bersambung...