Chereads / Penyihir Petualang Virgo / Chapter 16 - Kematian Asuka

Chapter 16 - Kematian Asuka

Asuka hanya bisa melotot ketakutan, ia benar-benar tidak menyangka lipan raksasa itu masih hidup setelah menerima serangan telak dari api penghancur rekannya.

Asap yang menutupi tubuh lipan raksasa itu pun mulai menghilang dan kini ia bisa melihat apa yang terjadi.

Tubuh lipan raksasa sangat keras dan serangan rekannya hanya meninggalkan bekas gosong di beberapa titik pada tubuh lipan, sementara setengah tubuh lain dari lipan raksasa berada di dalam tanah dan terhubung ke kaki Asuka.

Melihat itu Ken menjadi sangat khawatir dan berniat membantu Asuka, tapi itu sudah terlambat kaki lipan raksasa mengandung racun dan telah menusuk kaki Asuka.

Kini Asuka hampir tidak bisa merasakan kakinya, ia benar-benar tidak bisa menggerakkannya, di saat yang sama hewan buas terbang itu hanya berjarak 5 meter di atasnya, Asuka melotot ketakutan, kakinya benar-benar telah di lumpuhkan oleh racun lipan raksasa.

Ia tahu kini kematian sudah di depan matanya, mata Asuka pun mulai meredup, sesaat menggunakan kesempatannya terakhirnya untuk menoleh ke arah Ken, air mata telah bercucuran di pipi Asuka, dan ia pun memaksa senyuman terakhirnya pada Ken.

Ken yang melihat itu pun hanya bisa melotot dengan putus asa.

"Sreeeck".

Tubuh Asuka langsung tercabik, hanya tersisa sebagian tubuh dan genangan darah, sementara hewan buas terbang itu langsung kembali ke posisi awal setelah berhasil membunuh Asuka dengan paruh tajam panjangnya yang seperti seperti gergaji.

"Asuka ... ".

Ken dan rekan-rekannya pun langsung berteriak saat melihat Asuka yang telah terbunuh dengan sangat mengenaskan dan hanya menyisakan sebagian tubuhnya saja.

Melihat itu Ken langsung ambruk, berlutut di tanah, seolah telah kehilangan sebagian jiwanya, ia tidak pernah menyangka orang yang paling dekat dengannya akan mati di hadapannya dengan begitu tragis.

Rekan-rekannya yang lain pun mulai panik, terlebih 2 hewan buas serigala bergigi pedang sedang menyerang ke arah mereka, dan saat kedua hewan buas itu melihat Ken telah putus asa, kedua hewan buas pun langsung beralih menyerang Ken.

"Ketua awas!".

Rekan Ken yang menggunakan tombak perak melihat itu dan langsung melompat ke belakang Ken untuk melindunginya.

"Peng".

"Arrrrgh".

Kedua hewan buas serigala bergigi pedang mengerang dan terus mendorong penyihir pengguna tombak perak yang memblokir serangannya.

Penyihir pengguna tombak perak langsung terdorong mundur hingga dua langkah, ia hampir tidak bisa menahan serangan kedua hewan buas bergigi pedang tersebut.

Sementara yang lainnya tidak bisa membantu karena berhadapan dengan lipan raksasa dan juga hewan buas terbang.

"Ketua apa yang kau lakukan? Kita masih dalam pertempuran".

Tegas penyihir pengguna tombak sambil menggigit bibirnya, tapi sayangnya Ken yang sudah hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan oleh kematian Asuka, membuatnya tidak memperhatikan apa pun lagi.

Menyadari hal itu, penyihir pengguna tombak hanya bisa mengatupkan gigi dengan kesal, dengan sekuat tenaga ia langsung mendorong kedua hewan buas bergigi pedang.

Meski tidak bisa membuat kedua hewan buas bergigi pedang itu terluka, setidaknya ia bisa melemparnya hingga beberapa meter.

"Arrrgh ... Rrrr".

Kedua hewan buas itu kembali mengerang dan mulai memisahkan diri untuk mengepung penyihir pengguna tombak perak.

Lalu di saat yang sama penyihir pengguna tombak melihat salah satu rekannya bergerak ke arahnya, "Lindungi ketua, aku akan berusaha menekan mereka". Ucap penyihir pengguna tombak dengan cepat saat rekannya sudah mendekat.

"Mmm, aku mengerti". Penyihir yang memegang tongkat itu mengangguk dengan cepat, lalu ia menatap Ken yang masih terdiam berlutut seperti patung batu dengan tatapan kosong.

"Sial ini benar-benar buruk".

Batinnya, keadaan mereka saat ini sedang terpojok dan formasi mereka telah hancur, di tambah sekarang ketuanya bahkan tidak bisa di andalkan lagi.

Situasi itu membuat mereka semua dalam bahaya besar, cepat atau lambat mereka tidak akan bertahan lama.

Memikirkan hal itu penyihir pengguna tombak langsung memandangi Ken dengan tajam dan dingin, ia berdiri di hadapan Ken dengan kesal.

"Plaaack".

Tanpa pikir panjang ia pun langsung menampar Ken dengan keras, Ken yang mendapat perlakuan seperti itu sangat marah terlebih situasi hatinya benar-benar dalam ke adaan kacau.

Tanpa sadar ia langsung berdiri, menatap penyihir pengguna tongkat dengan marah dan tanpa sadar langsung mengayunkan palu besarnya kepada rekannya sendiri.

"Boom".

Beruntung penyihir pengguna tongkat berhasil membuat lingkaran sihir pertahanan untuk memblokir serangan palu besar tersebut, tapi tetap saja ia masih terlempar hingga 2 meter dan darah segar pun mengalir di ujung bibirnya.

Namun bukannya marah penyihir yang memegang tongkat itu justru tersenyum, "Ketua? Akhirnya kau sadar juga". Ucapnya lemah dan mata yang meredup lemas.

Mendengar itu Ken pun langsung tersadar sepenuhnya, "Apa yang telah ku lakukan?". Gumamnya dengan mata yang melotot kebingungan, palu besar di tangannya pun langsung terjatuh dan segera membantu rekan yang baru saja dihantamnya.

"Goon?".

Goon yang nyaris terjatuh langsung di topang oleh Ken, "Goon, apa kau baik-baik saja?". Seru Ken dengan cepat, "Bagaimana aku bisa baik-baik saja jika terkena serangan telakmu". Ucap Goon dengan cepat.

"Maaf".

Ken menundukkan kepala dengan penuh penyesalan, sekarang bukan saatnya meminta maaf, kita harus membantu teman-teman yang lain, aku tahu kau sangat merasa kehilangan dengan kematian Asuka.

Kau dan dia memiliki hubungan yang sangat dekat, kami juga merasakan hal yang sama, lihatlah Marco dia juga kehilangan adik satu-satunya tepat di hadapannya, tapi dia tidak bisa tetap diam di penjara oleh kesedihannya.

Ketua, kami masih membutuhkanmu, jika kau tidak bisa bertahan, kami semua juga pasti akan tewas". Ujar Goon dengan lemah saat menatap ke arah Marco yang sedang bertarung melawan dua hewan buas serigala bergigi pedang.

Adik Marco juga baru saja tewas saat menyerang hewan buas terbang yang terjatuh sebelumnya, dia adalah si pengguna tombak perunggu.

Mengetahui itu, Ken menutup mata dan mulai menenangkan diri, ia mencoba sebisa mungkin untuk mengubur kenangannya dengan Asuka yang membuatnya benar-benar terpuruk.

"Aku benar-benar minta maaf, aku hanya merasa tidak berguna karena gagal melindungi orang yang paling aku cintai, Goon bantu aku, kita basmi hewan buas brengsek ini, kita tidak perlu menahan diri lagi".

Ucap Ken dengan tenang, pandangannya tertuju pada hewan buas terbang yang sedang bertarung melawan rekannya.

Kini mereka hanya tinggal berlima, 2 rekannya telah tewas oleh lipan raksasa dan juga hewan buas terbang.

"Ketua, sepertinya mereka berdua masih bisa seimbang melawan hewan buas terbang dan juga lipan raksasa itu, sebaiknya kita bantu Marco terlebih dahulu, ia terlihat sangat kesulitan menghadapi dua hewan buas bergigi pedang sekaligus".

Usul Goon yang bisa melihat keinginan besar Ken untuk balas dendam ke pada hewan buas terbang tersebut.

"Aku mengerti, kita tidak akan punya kesempatan untuk menyerang hewan buas terbang itu jika tidak bersatu mengalahkan serigala brengsek ini, kita akan membunuh hewan buas bergigi pedang ini terlebih dahulu". Jawab Ken dengan tenang.

Di saat yang sama, Ken merasakan sebuah sinyal di kepalanya, itu dari tetua berjanggut putih, "Ken aku hampir mencapai tepi hutan, kalian bertahanlah beberapa menit saja". Suara tetua di kepala Ken.