Chereads / Penyihir Petualang Virgo / Chapter 2 - Pulau Misterius

Chapter 2 - Pulau Misterius

Pagi yang begitu cerah, suara ratusan burung membangunkan Virgo, dia membuka mata dengan lemah, matahari sudah sudah berada di puncak, dan panas yang dia rasakan terlalu berlebihan, itu hampir dua kali lipat dari panas normal di siang hari.

Virgo merasa tubuhnya akan segera terbakar, bahkan saat ini kulit tipisnya telah terkelupas dan memerah, ia hanya mengenakan celana pendek yang telah sobek dan sedikit hangus.

Virgo melihat kain merah di sebelahnya, lalu meraihnya dengan mata berair. Itu adalah satu-satunya kenangan dari mendiang ibunya.

di depannya adalah hutan, dia berpikir untuk segera berteduh, menghindari terik matahari yang tidak masuk akal.

Namun, ketika mencoba berdiri, dia merasakan yakit yang luar biasa dari kakinya.

"Aaaaak."

Rasa nyeri yang tak tertahankan di kaki kirinya membuatnya berteriak dengan keras.

Ketika mememerikasnya, wajah Virgo memucat dan putus asa, itu adalah sayatan luka yang dalam dan bahkan telah berubah menjadi memar hitam keunguan.

Virgo mulai tersadar dan mengingat kejadian yang menimpa dirinya sebelumnya, ia pun tidak melupakan kematian ibunya yang telah di mangsa oleh monster kadal dengan kejam.

Seketika matanya mulai berlinang, tidak percaya dengan apa yang telah terjadi, namun ia tahu ini adalah kenyataan, tidak mungkin bisa mengembalikannya.

Sesuatu yang telah terjadi tidak mungkin bisa terulang, orang yang telah mati tidak akan bisa hidup kembali, itulah faktanya, dan hal itu membuat api dendam kembali membara di hatinya.

Sesaat kemudian, Virgo kembali tersadar oleh panas matahari yang menyengat.

"Aku tidak boleh mati sekarang! Aku harus membalaskan dendam kedua orang tuaku!" Virgo mencoba menguatkan diri.

Tidak jauh dari tempatnya, perahu kayu kecil yang dinaiki sebelumnya sudah hancur, hanya tersisa puing-puing kayu yang berserakan.

Dia mengambil salah satu pecahan perahu yang cukup panjang untuk menopang tubuhnya, menggantikan kakinya yang terluka parah.

Dia pun berhasil menggapi pohon terdekat dengan susah payah, menyelatkan tubuhnya dari terik matahari yang menyengat.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Di pulau asing yang tak di kenal." Virgo mulai berpikir keras, meskipun berada dalam keadaan sulit, dia harus tetap bertahan hidup.

Dia membaringkan tubuhnya dan mulai merenung, cahaya matahari terlihat samar karena dedaunan yang rimbun, membuatnya sedikit mengantuk, dan perlahan tanpa sadar membuatnya tidur begitu saja.

"Ibu jangan pergi, aku mohon! Jangan tinggalkan aku, Ibu...." Virgo berteriak dan terbangun dengan wajah ketakutan dan air mata di pipinya.

Dia mengusap kedua matanya, tersadar bahwa  itu hanya mimpi, tepatnya ingatan tentang kematian ibunya yang di mangsa dengan kejam oleh monster kendi terulang begitu saja dalam mimpinya.

"Aku ingin bertemu denganmu. Ibu... Ayah! Tapi aku harus mngirim monster itu ke neraka terlebih dahulu." Senyum pahit penuh putus asa mulai terlukis di wajahnya, dan tanpa sadar hari sudah mulai gelap.

Di depannya hanya ada cahaya bulan yang samar, hutan di belakangnya pun begitu gelap, hanya sedikit cahaya bulan yang menerobos melalui celah pepohonan yang rimbun.

"Krooock .... Krooock."

Suara perut Virgo mulai memperburuk keadaan, dia sadar tidak pernah makan sejak kabur dari monster kendi.

Dia ingin menangis, sebelumnya ketika dia kelaparan, dia hanya perlu memberitahu ibunya, dan makanan akan segera terhidang di hadapannya.

Bukankah Dewa terlalu kejam padaku, ia tidak pernah peduli, ah itu percuma. Sekarang aku yakin mereka tidak pernah ada." Virgo mengadah ke langit dengan pikiran yang mulai kacau.

"Krooock ... Krooock".

Bahkan setelah ia mengeluh ke pada Dewa, rasa laparnya tidak hilang sama sekali.

Karena rasa lapar yang tidak tertahankan, Naluri bertahan hidupnya bangkit.

"Aku harus menangkap ikan atau menemukan beberapa makanan di dalam hutan." Gumamnya dengan yakin, sebelumnya ia memiliki keterampilan keduanya.

Hal itu karena ia tinggal di pegunungan yang cukup dekat dengan pesisir, selain biasa bermain ke hutan, terkadang ia juga mengikuti ayahnya menangkap ikan di laut.

meskipun sadar keadaannya saat ini cukup sulit dengan kaki yang pincang.

Dia memutuskan untuk masuk ke hutan, tidak peduli itu adalah buah-buahan bahkan serangga sekalipun, dia akan memakannya dengan lahap.

Di dalam pikirannya saat ini hanyalah mendapatkan makanan, tidak peduli dengan bahaya yang mungkin akan ditemukannya.

Cahaya bulan menembus celah pohon, memberikan bantuan penerangan untuknya.

Memasuki hutan sejauh 100 meter membuat Virgo sedikit sesak, hawa dingin juga mulai menusuk dan menggerogoti tubuhnya.

Semakin dalam semakin dingin, dia masuk hingga radius 1000 meter, membuat tangannya mulai membeku, hawa dingin sudah sampai ke tulangnya, dan tenggorokannya menjadi kering, namun dia belum mendapatkan makanan apa pun, hal itu membuatnya prustasi.

"Sooust ... soooust."

Virgo langsung membungkuk dan bersembunyi di batang pohon besar ketika mendengar suara terbang di sekitarnya, dia melihat sekeliling dengan teliti, namun tidak menemukan apa pun, meski begitu dia merasa tidak nyaman.

"Mungkinkah hanya suara angin?" Pikirnya karena tidak melihat binatang apapun di sekitarnya.