Laki laki gagah dengan gaya kasual memasuki salah satu kampus Universitas terkenal di Semarang, dosen muda yang digemari para mahasiswa nya bukan hanya penampilannya yang memukau tapi cara penyampaian materi yang baik menunjukkan kepiawaiannya serta penguasaan mata kuliah yang diampunya.
"Selamat pagi Pak Ardan, " sapa wanita muda cantik dengan penampilan yang sangat pas, smart casual, beberapa mata mahasiswa mengikuti arah pandang kedua dosen yang tampak serasi.
"Pagi bu Putri, " balas Ardan, dengan umpatan dalam hati karena ulah wanita ini semalem dia harus merayu istrinya yang berniat merajuk. " Gimana, mimpi kan aku semalem," perempuan ini begitu tidak tahu malu nya, membicarakan hal yang dak patut, sial pagi hari sudah mengubah mood ku menjadi kurang baik.
"Maaf Bu putri saya harus menyiapkan materi, bentar lagi ada jam di kelas, " ucap Ardan yang keliatan menghindari putri, untung kubikel nya yang berada di deretan paling ujung jauh dari ruangan Kajur yang notabene ruangaan Putri.
Ardan meletakkan tas punggung yang menemani nya ke kampus, bukan tas kulit seperti yang biasa dibawa para dosen maupun pekerja kantoran, Ardan lebih nyaman menggunakan bodypack yang berisikan laptop dan berkasnya, terlihat praktis, sesuai gayanya meski stelan kasualnya, sepatu sport yang dipakai salah satu branded terkenal.
Belum sepuluh menit Ardan mendudukkan pantat nya di kursi kebesarannya, tiba tiba seorang office boy mendekat, "permisi pak Ardan, Bu Putri memanggil bapak ke ruangan Kajur," office boy itu mengangguk pelan dan meninggalkan Ardan tanpa menunggu jawaban.
"hemm, apa sih mau nya dia, kenapa dia menggangguku akhir akhir ini, apa karena dia seorang Kajur hingga seenak sendiri memerintah, sial" caci maki Ardan dalam hati, membuat suasana hati nya semakin gelap karna wanita bernama Putri. Meski dengan berat hati langkah kaki nya tetap diseret ke arah ruangan Kajur, karna bagaimana pun pekerjaan ini yang diharapkan dan diinginkan nya. Ardan mengetuk pintu ruang Kajur yang tidak tertutup rapat.
Tok tok tok
"Assalamualikum, " Ardan mengucap salam sambil melongok ke dalam.
"waalaikumsalam, masuklah," sambut ketua jurusan itu dengan menyambut dosen muda tersebut, seulas senyum mengembang tanpa bisa disembunyikan merekah disudut bibir wanita cantik ini, namun sayang wanita tercantik sampai detik ini di mata Ardan tetaplah istrinya.
"Ada yang bisa saya bantu Bu Putri " kata Ardan dengan sedikit canggung masih berdiri di awal pintu masuk, "Bisa masuk dulu, kita bicara di dalam," memori beberapa tahun lalu terekam kembali seperti Dejavu, sial, sial cukup dua kali Ardan, kalo tidak nanti terkabul beneran sial nya. Bisa dak dzikir nya diganti dengan kalimat thoyibah.
"Bagaimana jika mas Ardan kami tawari menempuh S3 kebetulan jurusan kita kekurangan tenaga ahli dan ada peluang untuk tahun ini Kajur memberangkatkan dosen yang kualitas nya diatas rata rata, dan saya merekomendasikan Anda, " ucapan putri terdengar profesional jika tanpa ada embel embel alias maksud tersembunyi balik semua tawaran manis nya.
"Terima kasih banyak Bu Putri, bukan maksud saya menolak kesempatan baik yang ibu berikan pada saya, namun yang perlu saya pikirkan saat ini istri saya sedang hamil enam bulanan dan bagi saya karir memang kami butuhkan tapi keluarga juga menjadi prioritas saya, jadi bagaimana kalo ibu memberi kesempatan saya untuk berembuk dulu sama istri di rumah, " sengaja Ardan menekankan kata istri untuk memberi batasan pada wanita di depan nya kalo saat ini dia lebih mengutamakan keluarganya, dasar wanita ular. Ardan dak habis pikir.
"Sebagai catatan ibu, saya dak masalah jika kesempatan ini diberikan pada temen dosen yang lain, " tambah Ardan dan bersiap berdiri untuk segera undur diri dari ruangan yang menurutnya sudah terasa pengap udaranya, sial, sial, stop it Ardan.
Tanpa disadari Ardan, Lusi bergerak cepat menarik lengan kekar lelaki ganteng yang selalu dipujinya sejak dulu sampai sekarang.
"Tidak kah mas masih ingat janji mas waktu itu. putri masih mengharap mas memenuhi nya" kedua mata putri mulai berkaca kaca tapi tetap ditahan agar tak mendarat di pipi mulus nya.
"Keadaannya sudah berbeda putri, mas sudah berkeluarga, tapi baiklah saya akan menemui keluargamu untuk menjelaskan semua," Ardan semakin canggung manakala putri membuat tubuh mereka tanpa jarak, kenapa jadi begini gimana kalo ada yang lain tahu bisa tercipta kesalah pahaman.