Ardan dengan wajah kaget dan cemas, siapa sebenarnya Putri, kenapa dia mengungkit masa lalunya, ya masa saat Ardan masih ada di awal bangku sekolah menengah atas.
Ardian kembali teringat istrinya yang dari tadi sudah menuju rumah meninggalkannya bersama Putri, wah istriku pasti lagi kesel hati. Satu masalah selesai muncul lagi masalah lain, kapan bisa menikmati ketenangan hanya ada keluarga kecil nya.
Ardan pun segera menuju rumah mungil di samping kafe nya. "assalamualaikum, lus kamu di mana ?" Ardan mencari keberadaan sang istri.
"Waalaikumsalam, aku di kamar mas" Lusi pun keluar dari kamar dan menjawab salam suaminya. "apa saja yang kalian bicarakan" kata Lusi dengan ketus, Ardan pun mendekati wanitanya itu dengan senyum menggoda.
"Kalo cemburu bilang aja, mas suka, lagian suamimu ini memang tampan jarang yang bisa jauh dari pesonanya," Ardan mengeling sambil menoel hidung Lusi yang masih kesal. "Pede banget sih, sejak kapan mas jadi genit gini, jauh dari istri beberapa bulan aja sudah cari gebetan baru, dasar" ucap Lusi dengan melempar bantal yang ke arah suaminya.
Ardan ingin melanjutkan aksi menggoda istrinya namun melihat Lusi yang terlihat lelah, akhirnya direngkuhnya tubuh yang masih berbalut longdress dengan hijab yang serasi, cantik, desah ardan yang ikutan berbaring di atas ranjang dan kasur baru yang tadi siang dipesen istrinya.
Ardan meraih tangan istrinya, digenggamnya erat, "jangan marah lagi ya, mas dak akan membiarkan adik jauh lagi, kamulah istriku, dan akan selalu ku jaga sampai kapan pun, aku, kamu dan anak kita, kalian tujuan hidupku, " suara serak Ardan, menggetarkan hati Lusi, dia tahu suaminya sedang menahan gejolak dalam dirinya.
flash back on
Ardan memang bukan remaja yang masuk dalam kategori rajin bahkan yang namanya di hukum guru sekolah adalah hal yang sudah biasa, namun dia terkenal karna hampir semua cewek berebut perhatiannya, dengan gaya yang sok cool, di dukung dengan geng besarnya, Hanif anak pemilik yayasan wah siapa yang dak kenal duo pembuat huru hara pada masa nya.
Ada satu peristiwa yang membuatnya teringat kembali di masa itu, Putri mengingatkan kesalahan bodoh nya, saat dia rumah di rumah teman kelasnya, untuk meminjam buku tugas bahasa Inggris yang mesti dikumpulkan besok nya. Masih dengan seragam putih abu Ardan menunggu di teras rumah Abi siswa terpandai di kelas IPA 3.
Beberapa kali dia ngucapin salam dak ada membalas, akhirnya terdengar suara perempuan menyahut dari dalam. Ardan dengan sabar menunggu, walaupun dengan merutuk dalam hati, seandainya dia rajin mengikuti pelajaran Mr Arjun pasti cerita dia dak akan semenderita ini, sial.
Setelah sepuluh menit lewat yang ditunggu belum juga muncul.
"Maaf kak, mas Abi ke supermarket nganter ibu belanja, " seorang gadis cantik yang masih imut muncul dari dalam rumah Abi, Ada yang membuat Ardan sedikit gerah dengan tampilan gadis kecil, celana pendek duapuluh senti diatas lutut dengan atasan kaos kurang bahan. Ardan laki laki normal yang sudah remaja, dia menelan saliva dan tanpa berkedip menatap gadis di depan nya.
"Kak Ardan bisa menunggu di dalam," gadis itu begitu menggoda dengan membasahi bibir dengan lidahnya membuat seorang Ardan panas dingin. Seperti seorang follower dari Instagram sejati Ardan mengikut gadis muda itu, tanpa disadari gadis itu berbalik dan menabrak dada bidang Ardan, wajah mereka berhadapan, dan terjadilah sesuai dengan pikiran liar seorang lelaki.
"Apa yang kalian lakukan, " suara bentakan keras menyadarkan mereka berdua.
"Damn it, Kau apakan adikku ha," Laki laki muda itu menarik keras lengan Ardan, dan
PLAK
Sebuah tamparan mendarat di rahang pemuda delapan belas tahun itu.
"Mas, mas .... hei kenapa ? nglamunin apa, Putri"
Suara istrinya membuat Ardan tersadar.
"Ada apa, " ucap Ardan tergagap, "Aku hanya memikirkan rencana seminar Minggu depan," bohong Ardan tanpa berani menatap mata coklat istrinya.
"Mas dak pandai berbohong, " Lusi menatap penuh selidik suami nya yang berusaha menghindar.
"Aduh istri cantikku, mas mesti jawab apa nih, kalo aku bilang nglamunin istri mas yang tambah gemesin pas lagi cemberut nanti dak percaya juga, " Ardan berusaha merayu Lusi, bahaya kalo sampai ibu negara mengetahui kebenarannya, situasi saat ini kurang mendukung, barusan juga mereka baikan udah ada masalah baru, Ardan dibuat pusing.
Ardan mendekat memegang dagu wanitanya, mata Ardan begitu mendamba 'tak akan ku biarkan kamu menjauh lagi dari ku, kamu milikku lus' ungkap hati Ardan lirih, dan terdengar indah ditelinga Lusi. Dia begitu menginginkan istrinya.
"Temani mas," Suara serak Ardan membuat Lusi melayang diatas awan.
"Aku akan disisi mu mas, jangan lukai hati adik ya," suara Lusi manja membuat Ardan kalang kabut. Tiba tiba Lusi kaget Ardan beranjak berdiri meninggalkannya menuju arah pintu kamar, kemudian, Ceklek suara handle pintu dibuka, Ardan keluar dan Lusi termangu ada apa dengan suamiku.
"Aku belum mengunci pintu, kenapa kecewa pingin yang iya iya nih," Ardan mengerling menggoda istrinya, sebuah bantal melayang menyambut Ardan, "mas bikin adik malu, seneng banget ya, " Ardan pun tergelak dan begitu senang dalam hati berhasil membuat Lusi melupakan peristiwa di cafe tadi.