"Ayo silahkan Bu Putri kita ke meja sebelah aja, Hanif aku tinggal ya ada masalah kerjaan di kampus, Zarah mohon maaf mungkin kita bisa lanjut ketemuan sama Lusi lain waktu," ucap ardan sambil menangkupkan kedua tangannya dan melambai ke Hanif, jadilah acara makan malam dan bersantai mereka dak semulus bayangan mereka.
"Emang wanita itu siapa sih Abi, umi jadi bingung sendiri," ungkap Zarah sambil mencolek Hanif yang pandangan matanya masih mengikuti kearah sahabatnya berlalu.
"Ah itu sih Putri kajur ( kepala Jurusan ) di ekonomi Akuntansi tempat Ardan mengajar, ayo mik, kita pulang aja lain kali bisa janjian lagi sama Lusi dan Ardan, bagaimanapun mereka sahabatku aku tetap akan mensupport mereka agar tetap bisa bersama, Ardan sih dari dulu cinta mati sama si Lusi, istrinya aja terlambat menyadari, begitulah kalo kita main perasaan logika entah ke mana ?" Hanif hanya bisa menggeleng gelengkan kepala dan mengajak zarah yang menggendong Arsad untuk keluar dari kafe menuju tempat parkir mobilnya berada.
"Emang Abi dak cinta mati sama umi, hanya logika aja," kata zarah setelah mereka masuk dalam mobil menuju arah pulang. "Lo kok jadi Abi nih yang ikutan ke seret arus, " Hanif pun memegang tangan zarah dengan tangan kirinya yang dak lagi memegang handrem mobil.
"Tahu bi, umik hanya menggoda Abi aja, zarah sayang banget sama suami zarah, pingin dapat surganya, dengan cium tangan suami zarah, " zarah pun mempraktekkan dengan mencium telapak tangan Hanif dan tertawa cekikikan menggoda sang suami.
"Awas ya umi, ridho Allah tergantung ridho suami Lo," ganti Hanif yang menatap tajam ke Zarah, "Ampun deh suami, hamba tiada daya tiada upaya hanya ingin ridho suami, " tertawa lah mereka berdua dan baby arsyad pun ikutan tertawa menirukan suara kedua orang tua mereka.
------------------
Sementara itu Ardan mengajak Putri untuk melanjutkan obrolan mereka membahas masalah pekerjaan yang menurut Ardan sih sebenarnya dak harus malam ini, tentang adanya seminar yang sebenarnya ketua penyelenggaranya bukan ardan, dia hanya sebagai team pengumpulan dana saja yang sebagian juga sudah diserahkan pada Mahasiswa jurusan, tapi apalah arti jika sang Kajur sebenarnya hanya mencari alasan untuk bisa menekan Ardan biar bisa bertemu dan berkomunikasi dengannya, dasar dak tahu waktu aja. Ardan cukup tahu itu cuma dia sebagai dosen profesional juga ingin menghargai sesama profesi meski dengan hati yang dongkol alias males berdebat yang dak penting, cuma putri dak pernah berfikir dia terus saja mendekati ardan, padahal dah jelas Ardan berstatus suami wanita lain.
"Mas Ardan, mulai kapan si Lusi berada di Semarang ? " tanya putri dengan penuh selidik, "Sejak Minggu kemaren, saya mengajaknya ke Semarang, " jawab ardan, "sebenarnya Bu Putri ada hal penting apa ya yang harus kita bicarakan, saya menghormati Bu putri sebagai rekan seprofesi dan sebagai ketua jurusan saya, namun saya sendiri juga punya istri yang harus saya jaga perasaannya." ungkap Ardan dengan tegas, menekan kata istri, "seandainya saya masih belum beristri akan senang sekali saya menemani rekan kerja saya sampai malam bahkan sampai jam berapapun itu, saya ini orang timur yang masih menjaga adat budaya ketimuran, dimana laki laki beristri kalo berdua dengan wanita lain akan menimbulkan sakwasangka yang tidak pada tempatnya, jadi tanpa mengurangi rasa hormat saya, saya undur diri untuk menemani istri saya, " ucapan Ardan sangat menusuk hati bagi putri yang ingin memporak porandakan kebersamaan mereka tapi yang terjadi malah Ardan menyudutkannya sebagai wanita yang dak tahu diri mau menemani laki laki yang sudah beristri.
Putri tersenyum dan mendekati Ardan dengan senyum penuh misterinya, dipegangnya tangan Ardan dengan jemari lentiknya mengelus telapak tangan Ardan, "Saya tahu itu, mas Ardan dari awal saya tahu, dan tawaran saya belumlah saya tarik, bahkan saya bersedia menjadi istri keduamu, saya akan cukup kau nikahi dengan hanya Syah secara agama pun saya rela, " Ardan kaget dan menarik tangan kanannya yang tadi dipegang oleh putri.
"Apa mas Ardan sudah lupa dengan apa yang pernah kita lalui bersama malam itu, saya dak pernah melupakannya mas," Ardan semakin dibuat bingung dengan ucapan putri, apa maksudnya, apa maksud perkataannya ?.
"ingatlah mas Ardan, sebenarnya saya menemui mas Ardan bukan masalah pekerjaaan tapi, ingin mengingatkan mas Ardan akan janjimu pada ku, bahwa mas Ardan akan memikirkan ku untuk menikahiku ingat janji mas Ardan di depan kakakku, Putri masih mengingatnya meski itu sudah cukup lama sekali, tapi janji tetaplah janji, bahkan saya cukup tahu dengan merendahkan diri putri dengan mau menjadi istri kedua mas Ardan, kutunggu jawaban mas Ardan, " ucapan putri bagai petir di malam hari yang sangat mengejutkan bagi Ardan sampai tidak bisa berkata kata. Putri meninggalkan Ardan dan keluar dari cafe dengan tetap tersenyum manis, dan melambai ke arah Lusi di kejauhan karna terlihat dari sudut mata putri tampak Lusi mengamati mereka berdua.
Dari kejauhan Lusi masih dapat melihat dua orang yang dari tadi diamatinya dengan perasaan penuh rasa cemburu dan amarah yang ditahan.
Apa yang mereka lakukan, apa mereka sering bertemu bersama ketika saya berjauhan dengan mas ardan, saya begitu menjaga diri, dari pria manapun, bahkan hanya untuk menerima boncengan saya mikir entah berapa kalinya karna sudah berstatus istri dengan suami yang berjauhan lebih banyak mudlaratnya Dimata masyarakat, tapi apa yang mereka lakukan, apa mas Ardan menjaga hatinya untukku. atau hanya tipu dayanya saja karna saat ini saya mengandung anaknya, hanya untuk menjaga perasaan saya saja, diluaran sana jika saya dak melihatnya maka yang terjadi adalah "blusing".
oh God .....