Chereads / Dibatas Senja / Chapter 59 - Bab 59

Chapter 59 - Bab 59

Sebuah travel bag warna pink sudah disiapkan lusi untuk membawa barang barang pentingnya ke kampung, tinggal nunggu sang driver pribadi siap meluncur ke kota kecilnya yang sudah dirindukan terutama si mbah dan adiknya ahmad dan segera pingin ngajar bisa bertemu anak anak didiknya di sekolah.

"Ardan panggil istrimu, biar sarapan dulu sebelum perjalanan jauh lho, dan nanti juga bawa bekal biar ndak usah beli makanan di luaran yang belum jelas higienis endaknya," bunda ardan paling cerewet urusan tentang kesehatan tapi jangan salah memang beliaunya lulusan ahli gizi dan saat ini ndak menggunakan ijazahnya untuk ke RS atau Klinik namun lebih banyak bermanfaat untuk mengelola usaha keteringnya yang sudah terkenal.

Sambil menarik travel bag lusi menuju ruang makan yang sudah berkumpul keluarga suaminya komplet, ayah, bunda dan adik iparnya, mereka memang selalu kompak. Ditariknya kursi kosong disebelah suaminya yang menyuguhkan senyum manisnya pas dengan teh manis minuman penghangat di pagi hari, ardan pun mengecup kening istrinya dan memandangnya mesra seakan dak ada yang lain di ruangan bersama mereka. '

"ehem, " ayu adik perempuan ardan berdehem keras menyadarkan mereka, "kasihanilah mbak saya yang jomblo di ruang ini," tambahnya, " uh dasar dak ingat tempat, apa kalian semalem dak tidur sekamar apa, hati hati lho mbak jauh dari mas ardan ?" ayu terus saja berkicau di pagi hari, membuat kakak iparnya tersipu malu dengan wajah memerah.

"Kamu sekolah yang bener baru mikir pasangan yu, pacaran aja gonta ganti, " serang ardan pada adiknya.

Ardan menarik dua buah piring sekaligus yang satu di taruh meja depan istrinya duduk.

"Kalian bisa ndak brisik sebentar," bunda menegur kakak beradik agar bisa tenang saat lagi makan. suasana pun jadi hening hanya bunyi sendok yang kadang berdenting.

"bunda sayang banget sama kita, masakan yang tersaji enak banget, boleh ndak aku gado tempe dan tahu bacem kesukaan mas ardan," ayu kembali menggoda kakak laki lakinya. "endak, buat mas semua buat bekal di jalan," jawab ardan yang diikuti dengan wajah manyun adiknya. Lusi tersenyum nanggapi sikap kekanakan orang tercintanya.

Sarapan pagi dengan suasana yang menyenangkan dengan candaan dan kadang sedikit eyel eyelan tanda saling perhatian pada keluarga, lusi bahagia berada di tengah keluarga suaminya.

Akhirnya Ardan dan lusi berangkat ke kampung halaman lusi setelah berpamitan pada seluruh penghuni, tanpa mengajak supir sebenarnya tadi permintaan sang bunda untuk ngajak pak arman yang biasa sebagai driver saat bunda bepergian karna ndak mau anak laki lakinya terlalu capek diperjalanan. Namun mereka lebih menginginkan berangkat berdua saja bisa berhenti di tengah perjalanan menikmati kota singgah di tengah waktu menunaikan ibadah, akhirnya bunda pun mengalah.

Ardan menikmati perjalanan bersama lusi, dia ndak mau kehilangan moment kebersamaan mereka, "dik, nanti kalo kakak kangen gimana ?" ardan melirik perempuan cantik di sebelahnya yang lagi memandang lurus ke jalan, " aduh kak belum juga jauhan, udah ngomongin kangen, ih, kan bisa VC kak ardan " jawab lusi, terlintas pikiran jahil lusi untuk menggoda ardan, "kak kan ada putri tuh yang satu kantor, paling juga nanti lupa sama istri yang jauh, lumayan aku ndak kawatir ada yang merhatiin suami aku," lusi sengaja melihat respon dan raut wajah ardan yang langsung berubah memereh sepertinya menahan marah dan tiba tiba kendaraan yang melaju mendadak berhenti dan membuat penumpangnya mengumpat spontan ,shit, "kok berhenti dadakan sih, untung ndak kejedok dasbord, aduh ada apa sih kak, " lusi ndak sadar ada yang lagi marah atas ucapannya, dia pun bersungut sungut, "kamu sadar ndak, ucapan itu doa, jangan lagi deh ngomong seneng suami diperhatiin orang lain, Nobody, " suara ardan satu oktaf diatas normal menandakan ndak bisa ditawar harga mati, NCJU ( Nobody Care Just yoU ) oho maksa deh singkatannya ha ha ha dasar.

Lusi pun terdiam dak pernah dia denger ardan marah atau berkata dengan suara keras, ardan yang dia kenal selalu lembut setiap tutur katanya, hanya karna dia ingin menggoda suaminya yang terjadi malah pandangan mata yang menusuk dan ingin melahapnya habis tanpa sisa, mati aku, batin lusi terus berdoa dan dia mencari kata rayuan apa biar ardan dak lagi marah bisa gawat.

"iya iya ndak lagi deh, aku cuma mau tahu aja reaksi kak ardan," ucap lusi dengan suara polosnya, semua kata rayuan yang dipikirkan ndak ada yang muncul terucap karna memang dia ndak ahli merayu, adanya rayuan pulau kelapa dekat pantai. "gimana kalo kita nanti berhenti di dekat pantai Tuban kak, asyik deh anginnya terasa, bisa turun ke pantai langsung sambil menikmati ombak kecil di kaki kita, " lusi mencoba mengalihkan pembicaraan, "hemm, ngrayu nih, tawaran yang bagus, tapi ada syaratnya," ardan melirik bibir mungil yang mencoba menggodanya karna digigit oleh empunya, "apapun syaratnya aku terima deh, asal ndak marah lagi, aku kan takut," dengan suara yang dibikin manja, lusi membalas tatapan mesra sang suami.

"Beneran, " ardan langsung menarik tengkuk lusi, dan menempalkan bibirnya singkat ke bibir penggoda, "jangan pernah menggigit bibir sensualmu di depanku sekarang kalo kamu ndak ingin malam ini kita nginap di hotel, atau mau coba di mobil, " ardan tergelak mendapati istrinya melotot dengan godaannya, "dasar mesum," sebenarnya ada rasa yang masih bergejolak dengan adegan singkat barusan, atau lusi memang berharap sikap manis ardan lebih dari yang tadi, " kita kan bisa nginap di hotel, aku bawa surat nikah kok kak," jawaban lusi tanpa disaring mengundang gelak tawa ardan sekencang kencangnya, baru wanita cantik yang berstatus istri ardan sudah ini sadar dengan ucapan yang berarti undangan buat laki laki disampingnya, sial, ucap nya, ternyata dia bisa mesum juga pikir ardan.

"Beneran nih, aku bawa kartu debet dan KTP kok, kalo memang nyonya ardan sudah ndak bisa nahan diri nih," anjir suara ardan dibuat menggoda dan diucapkan di telingan perempuannya. "kak ardan, jangan menggodaku," lusi menutupi mukanya yang merah padam dengan ke tangannya. ardan menarik istrinya dan memeluknya, " ndak usah malu, kita cari hotel sayang," ucap ardan pelan dan dibalas dengan anggukan oleh istrinya, ardan menahan agar tidak tertawa melihat wajah malu sang istri.