Janggan memasuki kota Sleman, udara yang masih begitu asri, lama juga dia dak pulang, hampir 3 bulan karna sibuk dengan persiapan tugas akhirnya, dia harus menyiapkan banyak hal dalam pembuatan Konsep Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (KPPA) dan Studio Tugas akhir.
Sampai juga dia di rumah yang berarsitek rumah joglo dengan halaman luas, taman yang terawat bak di sinetron TV swasta dihiasi bunga beraneka ragam dan warnanya, menunjukkan sang pemilik yang menyukai keindahan siapa lagi kalo bukan bunda nimas, ibundanya Janggan.
"Assalamulaikum" Janggan menyapa bundanya di kursi taman yang ternyata sudah menunggunya sejak di kabari kalo anak tercintanya mau pulang. "ayo sayang, kamu pasti capek, istirahat dulu, kamarmu selalu dibersihin sama mbak narti, kapanpun pasti bersih"
Janggan cium tangan dan menurut sama ibundanya masuk rumah untuk langsung istirahat di kamarnya." nanti malam kita ngumpul makan malam, jam 7 sayang", ibu melambaikan tangannya tanpa menunggu jawaban anak bungsunya.
"mbak narti, gimana kabarnya" Jangan biasa menyapa ramah para pelayannya orang jawa bilang "rewang"
"inggih, sehat mas Janggan" mbak narti pelayan paling setia sejak Janggan berusia 10 tahun sudah ikut keluarga asmorohadi.
Janggan menuju kamar yang letaknya di depan ruang keluarga, di sebelah kamar utama sang penghuni tentu saja si pemilik rumah tuan dan nyonya Asmorohadi.
Di taruhnya tas punggung dan dilepasnya sepatu kulit kickers, Janggan menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya yang lengket karna perjalanan jauh.
Janggan sudah berganti baju santainya celana pendek dan kaos polosnya,
'sudah nyampe mana Lusi, katanya selisih 2 jam dengan jarak tempuhnya, saat ini jam 3 sore berarti aku nanti telpon dia jam 5 an, masih ada waktu 2 jam, lebih baik aku ke bawah siapa tahu mbak nimas dah datang katanya tadi di telpon sorean ini ke rumah, dia kan lagi hamil 4 bulanan, pasti pipinya tambah gembul seperti di foto wa nya, mereka dijodohkan kenapa akur juga ya udah ada calon juniornya lagi, ah entahlah, pusing dia mikirin gimana kalo nanti ibunya tetep maksa perjodohannya.
ceklek
Ada yang datang "Hai ganteng," bener juga kakak perempuannya barusan sampai, orang ini memang berkomitmen tinggi apalagi pasangannya penguasa lokal juga.
"Hai juga mbak cantikku, tambah gemuk jih, apa kabar calon ponakan" Janggan merentangkan tangannya memberikan pelukkan kakaknya, kemudian mengelus perut kakaknya dengan lembut," sehat ya ponakan"
"mas adi, ikut mbak" tanya Janggan, "iya jelas mana mungkin mbakmu yang lagi hamil ini dibiarkan berangkat sendiri, bisa perang dua, yang ada jadi perang dua keluarga tuan tanah, wk wk wk" tawa kakakku, dibales dengan senyum tipis pak camat yang ternyata bertekuk lutut dibawah istrinya, apa dia begitu karna kakakku mau mengandung anaknya, iya juga sih, kakakku yang mantan putri kampus di sekolah kebidanan pada saat itu, harus menerima perjodohan orang tua kami, dak habis pikir.
"Kapan datang Gan," sapa kakak ipar sambik kami berjabat tangan saling memeluk, "Baru aja beberapa menit yang lalu mas," kehangatan tercipta diantara mereka keluarga besarnya.
Tinggal nunggu keluarga Agung Baskara kakak pertamanya, istrinya ayu nastiti, secantik wajahnya khas orang jawa banget, kakak iparnya ibu rumah tangga murni, gimana nggak kuliah baru semester V sudah terpaksa nikah, akibat mas Agung yang langsung melamar ke orang tua mbak ayu yang seorang terpandang di desanya mantan wakil bupati yang juga tokoh agama, gimana coba, ya langsung diminta ta'aruf beberapa bulan kemudian dinikahkan.
Bapak sama ibu sih dak bisa protes orang mereka juga dari orang yang terpandang derajatnya menurut beliu.
Dari mereka lahir 2 ponakanku yang lucu dan imut, Abimanyu ( 6 th ) dan Saraswati ( 2 th ), bakal rame nih kalo mereka datang.
"samaikum" nah itu pasti si imut saras, "waalaikum salam" bapak yang dari tadi belum ku lihat, langsung menghampiri cucu tersayangnya, pasti kangen.
"eyang ( kakek ) kangen, nduk" digendongnya saras yang langsung tertawa terkekeh karna kena rambut yang tumbuh di jenggot eyang, lelaki tua itu semringah mendengar celotehan cucunya, dengan kata yang masih ter bata bata.
Keluarga ini begitu bahagia saling melepas kangen di ruang keluarga yang sudah di penuhi banyak mainan, memang disiapkan untuk kedua cucunya bermain di ruang ini. Sedangkan orang orang dewasa membicarakan banyak hal.