Matahari Miami sudah berlalu sejak beberapa hari yang lalu, kini suasana gerimis dimalam hari dirasakan Jilliel, tubuhnya menggigil sepatunya basah karena air masuk kedalamnya jari-jari tangannya keriput, rambut hitamnya terurai acak-acakan dan basah oleh air hujan, giginya bergemeletuk nafasnta terengah-engah tangannya melingkar di perut menahan rasa mual, pipi kirinya lebam akibat pukulan keras, beberapa menit kemudian tubuhnya ambruk kakinya lemas tidak dapat menahan segala sensasi sakit di sekujur tubuhnya, tangannya masih mencengkeram perut, matanya terpejam orang-orang dijalan hanya memandanginya dengan heran tetapi tidak ada yang menolong, malam itu suasana sepi hanya ada beberapa orang yang melewatinya dan club didepan Jill.
Club & Karaoke "Crazy Bone" begitulah yang tertulis pada papan depan club, nampak hanya ada beberapa pengunjung. Jilliel masih terpejam mungkin pingsan hanya satu-satunya cara dia menghabiskan malam itu, tetapi kemudian pintu club terbuka seorang pria mendekati Jilliel dengan menggunakan payung bertanya dengan pelan.
"Hey, kau sedang sakit? ayo masuklah kedalam", pria itu mengangkat tubuh Jilliel yang basah kuyup dan merangkul bahunya, Jilliel tidak menjawab tubuhnya menggigil matanya masih terpejam, ia berjalan sempoyongan dan mungkin akan terjatuh jika pria itu tidak merangkulnya.
Pria itu membawa Jilliel masuk lewat pintu belakang, seperti ruang ganti. Seketika lantai dan dudukan area sekitar Jilliel digenangi air tipis-tipis. pria penyelamat itu mengalungkan handuk dipungggung Jill dan mengambil baju di salah satu loker diruangan itu.
"hey kau masih sadar? kau bisa ganti baju? hari ini salah satu pekerjaku sedang absen pakailah ini agar kau tidak kedinginan. oke?", kata pria itu Jilliel hanya mengangguk kemudian pria itu bergegas keluar ruang ganti itu.
Satu jam setelah semua itu terjadi Jilliel sudah cukup merasa baik, pria itu cukup baik membiarkan ruang gantinya menjadi kotor dan memberinya teh hangat gratis, malam semakin larut pukul 23.34 gerimis masih mengguyur kota namun beberapa pelanggan sepertinya sudah meninggalkan club. Jilliel bangkit setidaknya ia harus berterima kasih dengan pria itu. Pria itu nampak berbicara dengan pekerjanya yang tengah membersihkan meja, club sudah ditutup tidak ada pelanggan aroma sake dan alkohol menguar bercampur dengan aroma kayu lantai club itu. Pekerja itu berpamitan dengan pria itu dan menghilang dalam gerimis Kota Tokyo melewati pintu club. Pria itu menyadari kehadiran Jill.
"Apakah kau sudah baikan?", kata pria itu mendekatinya, Jilliel mengangguk kedua tangannya memegangi gelas berisi teh hangat yang masih tersisa 5%.
"Oh kenapa dengan wajahmu? kemarilah", pria itu menarik kursi untuk Jilliel kemudian menuju kontainer es mengambil beberapa es dan membalutnya dengan serbet bersih kemudian menarik kursi duduk dihadapan Jilliel mengangkat wajahnya dan menempelkan serbet berisi es itu ke bagian pipi kirinya yang lebam. Jilliel mendesis merasakan sensasi ngilu. pria itu berkonsentrasi, nafasnya beraroma sake menghembus lembut di wajah Jilliel.
"Seseorang melakukan ini kepadamu? apakah kau sendirian?", tanya pria itu.
"ehem... pacarku memukulku", kata Jill.
"kenapa kau membiarkannya melakukan ini? apakah dia gila memukuli gadis sampai seperti ini?"
"kita hanya sedang bertengkar, dia tidak pernah memukulku sebelumnya", kata Jill
"Lain kali dia akan memukulmu lagi seperti ini sebaiknya kau berhenti berhubungan dengan orang sepertinya", kata pria itu.
"entahlah",kata Jilliel.
"dimana rumahmu? aku antar pulang diluar masih gerimis", pria itu bergegas mengambil kunci mobil dan jaketnya.
Pria itu mengantar Jilliel pulang, ia tidak banyak bicara selain bertanya arah alamat Jilliel tinggal, setelah 10 menit mereka sampai di semacam apartemen murah cukup sederhana dengan 10 lantai, lampunya redup dan tidak cukup meyakinkan nyaman untuk ditinggali.
"disini?", tanya pria itu dengan ragu.
"Ya. tuan terima kasih, aku janji akan mengembalikan seragamnya dalam 2 hari. aku benar-benar minta maaf merepotkanmu malam ini", kata Jilliel
"ah kau tidak perlu buru-buru untuk seragam itu pekerja ku punya 2 seragam. kau bisa mengembalikannya di club itu kapanpun, kalau kau tidak menemukanku disana kau bisa menitipkannya ke salah satu pekerjaku. Namaku Shusei Otsuka aku pemiliki club itu"
"Terima kasih Otsuka-san aku pasti mengembalikannya dengan cepat", kata Jilliel bergegas keluar dari mobil.
"tunggu err namamu siapa?", tanya Shusei
"Mitsuki", kata Jilliel
"Nah Mitsuki-chan, jangan pernah membiarkan pacarmu melakukan itu lagi kau perlu melaporkannya lain kali", kata Shusei dengan dahi berkerut.
"Terima kasih Otsuka-san", kata Jilliel sambil tersenyum kemudian berlari kecil masuk apartemen, Shusei masih mengawasinya sampai Jilliel menghilang dibalik pintu apartemennya.
Shusei Otsuka, 41 tahun, bekerja sebagai seniman kaligrafi tradisional Jepang dan pemilik Club & Karaoke "Crazy Bone". Status single, merupakan adik dari Sakiro Otsuka, pria korban dugaan pembunuhan keluarga Isezaki. lemah terhadap wanita.
Jilliel menghempaskan tubuhnya di sofa murah yang tidak begitu empuk dalam apartemen murah itu, kemudian melepas sepatunya dan ughh perutnya masih terasa sakit dan pipinya masih lebam.
"My lady? anda sudah pulang?", suara khawatir dari dapur apartemen mengisi ruangan kecil itu disusul dengan kemunculan sosoknya yang tegap milik Samuel. dia terkejut melihat lebam di wajah Jilliel dia tidak menyangka gadis itu rela dipukuli demi misi kali ini.
"Astaga! Lady Jilliel anda benar-benar melakukannya? akan kuambilkan es kain. apakah anda lapar?", tanya Samael kemudian bergegas ke dapur.
Lima jam yang lalu hal ini memang sudah direncanakan, Jilliel meminta Samuel untuk memukulinya tetapi ia menolak, pada akhirnya salah satu anak buah Hiragi yang melakukannya 1 kali tendangan keras di perut dan 3 kali tinju di pipi kiri cukup meninggalkan lebam yang mencolok kemudian Jilliel berdiri selama 1 jam di bawah hujan dan berhenti di depan Club "Crazy Bone" untuk mencari perhatian Shusei Otsuka yang terkenal lemah terhadap wanita itu. Cara yang cukup dramatis tetapi berhasil, setelahnya Jilliel yakin akan mudah mendapatkan informasi darinya.
Disinilah dia sekarang apartemen super duper murah dengan segala perabotannya yang murah dan sederhana setelah dipukuli dan hujan-hujanan demi misi kali ini, ketika semua berakhir ia bertekad untuk menghajar balik anak buah Hiragi sialan itu, ia sangat yakin pria itu senang menghajar wanita lewat ekspresinya yang ditunjukkannya setelah meninju pipinya sampai lebam. Jilliel hanya ingin merebahkan diri dan mengatur nafasnya, dan teringat betapa saat ini ia hanya bersama Samuel, moodnya berubah berada disini bersama Samuel tidaklah begitu buruk atau bahkan sangat menyenangkan tanpa Ashe tentunya seperti di kapal pesiar beberapa hari yang lalu. Jilliel senang melihat Samuel menampakkan wajah khawatir setelah melihat lebamnya dengan hati-hati pria itu menempelkan es di pipi Jilliel.
Jilliel memejamkan matanya menikmati hembusan nafas Samuel diwajahnya dan wangi parfumnya yang maskulin pria itu sedikit membungkuk karena Jilliel rebahan. bayangan Jilliel mulai liar ia membayangngkan jika saja Samuel tertarik padanya dan menciumnya saat itu ia bernar-benar gila membayangkannya dengan wajah Samuel yang berada didekatnya saat ini, jantungnya berpacu dengan cepat dan wajahnya memanas, tentu saja meskipun Samuel tertarik padanya dia tidak akan berani untuk menciumnya, dan tiba-tiba rasa mual sampai dikerongkongannya seketika ia teringat bagaimana Ashe mencium Samuel sangat bergairah dengan bibir berfiller itu. Jilliel terhenyak dan duduk seketika kalau tidak ia pasti sudah muntah beberapa detik kemudian. Samuel kaget dengan pergerakan Jilliel.
"Lady...", suara Samuel tertahan, sementara Jilliel mulai menyantap bubur kaldu yang disiapkan Samuel di meja.
"Kembalilah besok ke Amerika, Sam", kata Jilliel sambil mengaduk bubur panas dimangkoknya.
"maafkan saya Lady sepertinya anda tidak ingin diganggu dalam misi ini, tetapi ini perintah master Edward untuk membantu anda karena misi ini..."
"ahh ya sudah lah yang terpenting jangan bilang pada siapapun kalau aku dipukuli hari ini, kau mengerti", kata Jilliel.
"Saya mengerti Lady Jilliel", kata Samuel patuh.
Misi ini bahkan belum dimulai, tetapi Jilliel sudah memperkirakan langkah-langkah dan resiko setiap tahap yang ia ambil dan ia sama sekali tidak ingin diganggu utnuk setiap misi bahkan adanya Samuel. Jilliel selalu senang melakukan misi sendiri tetapi kakeknya selalu mengirim salah satu bodyguardnya. Jilliel akan melakukan apa saja untuk menuntaskan misi, ia tidak pernah ragu bahkan dengan bolos sekolah dan dipukuli seperti kali ini namun itu belumlah yang paling parah. terakhir kali ia menjalani misi di Inggris untuk menjebak seorang pebisnis prostitusi ia bahkan berpura-pura menjadi penari striptis di club dan yang paling buruk adalah Samuel bersamanya melihatnya menari secara erotis di club itu. Sepulang dari club itu dia secara tiba-tiba diburu oleh seorang psikopat yang hendak membunuh pelacur sebagai targetnya. Psikopat Inggris sialan yang terus memburunya sampai sekarang. Kira-kira apa yang terjadi dalam misi kali ini... Jilliel masih belum tahu ia masih belum memulai misinya dan asyik menikmati bubur kaldu buatan Samuel.