Haruna duduk santai di ruang tengah. Bu Sin membawakan segelas teh hijau untuk Haruna. Ia tersenyum bahagia melihat senyuman Haruna. Setelah menaruh cangkir di atas meja, Bu Sin melihat majalah yang sedang dibaca Haruna.
"Bu, ini bagus, ya?" tanya Haruna. Ia menunjuk sebuah kalung cantik di majalah mode terbaru hari ini.
"Hum, itu sangat cantik kalau Non Haruna yang pakai," jawab Sinta sambil tersenyum.
"Siapa dia? Kenapa dia bertingkah seperti Nyonya rumah?" Suara seorang wanita membuat Haruna dan Sinta menoleh. Ternyata itu suara Seruni, ibunya Tristan dan Christian.
"Nyonya besar," ucap Sinta. Ia menyapa dengan gugup.
"Nyonya, maaf, saya tidak bermaksud seperti itu," ucap Haruna.
"Apa kamu bilang? Tidak bermaksud? Heh! Dengar baik-baik! Aku menyuruhmu untuk pergi dari rumah ini, hari ini juga!" bentak Seruni.
"Tapi, Nyonya ...," ucap Sinta dengan ragu. Bagaimana jika Tristan tahu kalau Haruna tidak ada di rumah.
"Tapi, apa? Kamu berani melawan saya, Sin?"
"Tidak, Nyonya. Saya tidak berani. Tapi, Tuan Tristan yang membawa Non Haruna kesini. Saya takut, Tuan Tristan marah saat pulang dari kantor nanti.
Haruna tersenyum senang saat mendengar dia diusir oleh Seruni. Namun, Sinta menghalangi. Ia harus mencari cara agar dirinya benar-benar diusir. Haruna mempunyai ide cemerlang.
"Benar. Tristan yang membawaku kemari. Memangnya Nyonya bisa apa?" tanya Haruna dengan sikap angkuh. Haruna sengaja menantang Seruni agar ia marah dan menyeret Haruna keluar dari rumah itu.
"Non!" hardik Sinta. Namun, Haruna tidak peduli. Ia memang sengaja membuat sang nyonya marah.
"Pengawal! Seret perempuan ini dari sini dan lempar keluar dari gerbang!" perintah Seruni.
Para pengawal itu saling pandang dan terdiam. Tidak ada yang berani maju dan menyeret Haruna. Mereka yang tinggal di rumah itu tentu tahu seperti apa Tristan memperlakukan Haruna. Mereka tidak berani mengusik Haruna.
"Kalian tidak berani? Kalau begitu, biar aku saja!" maki Seruni. Ia sungguh-sungguh menyeret Haruna sampai ke depan gerbang.
Sinta, Yuli, dan para pengawal hanya bisa menatap ketakutan. Mereka bukannya takut dengan kelakuan nyonya mereka, tetapi mereka takut terkena imbasnya nanti. Tristan pasti akan mengamuk jika tahu.
"Pergi jauh-jauh dari rumah anakku! Jangan harap, aku mau menjadikanmu menantuku," ucap Seruni. Ia menutup dan mengunci pintu gerbang.
"Yeess!" Haruna meloncat-loncat kegirangan.
"Aku bebas! Huuhhh!" Haruna menjadi pusat perhatian orang-orang yang melintas di jalan. Ia tidak peduli, yang penting sekarang, dia akan pulang ke rumah Kamal. Bertemu dengan Anggi, Kamal, Vivi, dan juga Kiara. Namun, seketika Haruna sadar kalau ia tidak membawa uang.
"Ah, sial!" gerutu Haruna.
Terpaksa Haruna berjalan kaki. Ia sangat senang karena bisa pergi dari rumah Tristan. Ia berjalan menyusuri trotoar, sesekali ia memutar tubuhnya dan tersenyum sendiri.
Dari seberang jalan, Christian yang berencana mengunjungi Haruna di rumah Tristan pun terkejut. Ia menepikan mobilnya, samar-samar ia melihat Haruna sedang berjalan di seberang jalan.
Christian turun dari mobil dan menyeberang jalan sembarangan. Hampir saja ia tertabrak. Untungnya pemilik mobil menginjak rem tepat waktu. Sehingga tabrakan bisa dihindari. Namun, Christian mendapat omelan dari pengemudi mobil.
"Maaf, maaf. Saya sedang buru-buru," ucap Christian.
"Buru-buru, sih, buru-buru. Tapi, lihat jalan juga, dong!" Pengemudi itu sangat kesal dengan jawaban Christian.
Christian melanjutkan langkahnya. Tiba di tepi jalan, ia tidak lagi melihat Haruna. Ia mengedarkan pandangannya. Saat pandangan Christian tertuju ke arah pedagang kaki lima, ia menemukan gadis itu sedang menatap boneka beruang coklat yang sangat besar. Christian tersenyum dan menghampirinya.
"Mas, tolong bungkus bonekanya!" ucap Christian.
"Chris!" ucap Haruna saat melihat orang yang membeli boneka itu.
"Sedang apa di sini?" tanya Christian sambil memberikan lima lembar uang pecahan seratus ribu rupiah pada penjual boneka.
"Ini terlalu banyak, Tuan," ucap penjual boneka.
"Tidak apa-apa. Ambil saja!"
"Terima kasih, Tuan," ucap penjual boneka.
"Aku mau pulang, tapi lupa membawa dompet," jawab Haruna dengan senyum canggung.
"Kebetulan sekali, aku juga mau pergi ke rumah Tristan. Ayo, aku antar sekalian!" seru Christian.
"Em, aku mau pulang ke rumah Mama," jawab Haruna.
"Ya, sudah, tidak apa-apa. Aku antar kamu," ucap Christian.
Sebenarnya Haruna merasa tidak enak pada Christian karena harus memutar balik. Namun, Haruna tidak punya pilihan lain. Daripada ia harus jalan kaki, rasanya lebih baik minta Christian mengantarnya.
"Maaf, lagi-lagi merepotkan kamu," tutur Haruna.
"Tidak repot sama sekali," jawab Christian. Ia menyuruh Haruna menunggunya putar balik dulu. Christian menitipkan boneka beruang itu pada Haruna.
Haruna mengusap bulu boneka itu, terasa lembut sekali saat ia mengusapnya. Sayang sekali, bonekanya sudah milik orang lain. Andai ia membawa uang, ia ingin membeli boneka itu untuk Kiara.
"Boneka ini untuk siapa ya? Hum, pasti untuk kekasihnya Chris," gumam Haruna.
Tiidd!
Christian membunyikan klakson mobil. Haruna segera menggendong boneka itu dan memasukkannya di kursi belakang. Sementara Haruna duduk di depan. Boneka itu besarnya sama dengan Kiara. Tidak akan muat jika Haruna memangkunya di depan. Setelah Haruna memasang sabuk pengaman, Christian segera menginjak gas. Mobil pun melaju dengan kecepatan normal. Ia tidak ingin melaju kencang karena masih ingin mengobrol dengan Haruna.
"Kamu diperbolehkan pulang?"
"Tidak. Tapi, aku diusir Mamamu," jawab Haruna jujur.
"Diusir sama Mama? Mama ke rumah Tristan?"
"Iya." Haruna menjawab pendek.
Christian kasihan pada Haruna. Gadis itu pasti disiksa oleh Seruni, pikir Christian. Namun, sama sekali tidak terlihat kesedihan di mata Haruna. Gadis itu justru terlihat senang dan bahagia.
"Oh, iya, boleh aku bertanya?"
"Baru saja kamu bertanya," jawab Christian sambil tersenyum menggoda Haruna.
"Serius, aku mau nanya. Boneka itu untuk kekasihmu?" tanya Haruna. Ia menatap wajah Christian yang sedang fokus mengemudikan mobil.
"Calon kekasih. Kalau diterima pasti bahagia aku," ucap Christian. Ia menjawab sambil melirik Haruna dari spion atas. Sebuah senyuman manis menghias bibir Christian. Ia sudah mendengar jawaban Haruna tentang hubungannya dengan Tristan. Jadi, Christian memutuskan untuk mengejar Haruna kembali.
"Siapa?"
"Kamu." Christian menjawab cepat dan singkat.
"Hah?" Haruna menutup mulutnya. Ia menatap wajah Christian dengan serius. "Hei, aku tidak salah dengar, kan?"
"Tidak. Aku serius, aku suka sama kamu. Diterima atau tidaknya cintaku, tapi bonekanya harus diterima. Boneka itu bukan sogokan atas pernyataan cintaku. Jadi, terima bonekanya!" Christian memaksa Haruna untuk menerima boneka beruang itu.
"Apa dia melihat saat aku memandangi boneka itu, jadi dia membelinya untukku? Chris, aku sudah bukan wanita suci lagi. Aku tidak pantas untuk laki-laki sebaik kamu. Aku hanya akan menganggap tidak pernah mendengar pernyataan cintamu. Biarkan kita tetap seperti ini, menjadi teman saja," batin Haruna.