Chereads / Brownies cokelat / Chapter 2 - kelas

Chapter 2 - kelas

Tiba-tiba...

"Axel, gawat!!!"

"Ada apa?! Apakah ada bu Arum, cepat kembalikan buku ku." kata Axel dan langsung menarik bukunya.

"Bukan, Bukan ada bu Arum." aku cengengesan tak jelas.

"Lalu." wajah Axel menunjukkan ekspresi kikuk.

"Tinta pulpen ku habis. Padahal ini soal terakhir."

Axel lalu menghadap ke depan lalu kembali menghadap ke arahku.

"Ini, lain kali jangan bikin orang kaget ya. Aku lagi enak-enaknya tidur tau." kata Axel sambil memajukan bibirnya bak bebek.

"Aku jijik mas, aku jijik lihat wajahmu begitu."

"Hina terus Deev. Hina aja terus." Axel berpura-pura ngambek.

Aku tak menanggapinya lagi, aku langsung melanjutkan tulisanku yang tertunda akibat tinta pulpenku yang mendadak habis.

Bel pertanda jam pertama di mulai sudah terdengar. Itu pertanda guru killer akan segara datang dan membuat aura di dalam kelas berbah menjadi mencekam.

"Nih ambil bukumu cepat." kataku sambil mendorong-dorong buku di bahu Axel yang duduk tepat di depanku.

"Xel bangun." panggil Eros teman sebangku Axel.

"Er, cepat ambil buku ini taruh di meja Axel. Nanti singa betina masuk bisa-bisa kena makan nanti."

"Eh gak boleh gitu." kata Eros sambil mengambil buku milik Axel dan menaruhnya di meja.

Aku hanya tertawa kecil melihat Eros yang kesal dengan ucapanku.

Eros adalah ketua kelas disini, dia satu-satunya murid yang tidak menganggap bu Arum seram. Bahkan dia sangat mengagumi bu Arum.

Entah kagum sebagai inspirasi atau malah cinta. Bisa jadi cinta juga sih, karena bu Arum yang masih single dan lumayan cantik, hanya saja cara mendidiknya sangat menyeramkan hampir sama seram seperti singa betina yang sedang hamil.

"Selamat pagi anak-anak." ujar bu Arum.

"Selamat pagi, Bu." jawab kami serentak kecuali Axel, karena Axel masih tidur pulas.

"Kita mulai Absen siswa dulu." kata bu Arum membuar jantungku cenat centut kayak bibir yang ada sariawan terus ke gigit, beuhhh surga dunia.

"Adeeva." panggil bu Arum.

"Saya bu." jawabku dengan lantang.

"Adiba."

"Hadir bu." jawab Adiba.

"Axel."

Aku mulai berkeringat dingin karena bu Arum sudah memanggil nama Axel tapi dia belum jug bangun.

Aku menendang-nendang kursi Axel dari belakang namun tetap saja Axel tidak bangun.

'Duh.. kalau begini bisa mampus.' gumamku.

"Axel." suara lantang bu Arum mulai memenuhi kelas.

Namun, Axel tetap tidak terbangun malah dia santai-santai tidur sambil ngiler.

Kulihat Eros mulai mengguncang-guncangkan tubuh Axel, namun tangan Eros malah di tepis oleh Axel.

Aku terus menendang kursi Axel agar dia terbangun, setelah puas menendang kursi milik Axel. Akhirnya dia bangun.

"Berhenti mengangguku istrahat Adeeva." teriak Axel membuat seluruh orang yang ada di kelas menoleh ke arah Axel dengan tatapan bingung.

"Axel." teriak bu Arum sambil berjalan menuju tempat duduk Axel dengan membawa senjata andalannya, yaitu buku cetak pelajaran yang tebal.

*Plaakkk*

Kepala Axel menjadi korban keganasan buku yang di pegang bu Arum.

"Berani-beraninya kami tidur di jam pelajaran ibu." kata bu Arum sambil menjewer telinga Axel.

Aku menahan tawaku melihat ekspresi wajah Axel yang kesakitan akibat jeweran maut milik bu Arum.

Lagian, siapa suruh dia tidur di jam genting ini. Sudah tau kalau nanti jam pelajaran bu Arum malah tidur.

"Sekarang kamu ke toilet laki-laki dan bersihkan semuanya, sekarang." perintah bu Arum.

Axel pun berjalan keluar dari kelas, entah dia akan ke toilet atau malah ke kantin. Ini bukan kali pertama Axel tidur di jam pelajaran bu Arum. Jadi, semua hukuman dari bu Arum bukanlah hal yang menakutkan bagi Axel.

"Bu, ada PR." kata Eros si ketua kelas.

Kami serentak menatap sinis ke arah Eros yang sedang memberikan buku tugasnya.

"Ibu hampir saja lupa, untung kamu mengingatkan. Terima kasih Eros, baiklah kumpulkan buku kalian di depan lalu buka buku halaman 60 buat ringkasan di buku catatan." kata bu Arum.

"Baik bu." jawab kami serentak.

Aku mulai berjalan menuju meja guru lalu meletakkan buku milikku di sana. Tanpa ku sadari aku berpapasan dengan Aarav dan rupanya Aarav melihatku dengan tatapan lekat. Sesampainya di kursiku.

"Kamu lihat gak?" tanya Hanin.

"Lihat apa?" tanyaku balik.

"Aarav." kata Hanin.

"Gak."

"Serius?" tanya Hanin lagi.

"Astaga, memangnya kenapa dengan Aarav." aku mulai menbolak-balik buku dan mencari halaman yang tadi di sebutkan bu Arum.

"Aarav tadi menatapmu dengan penuh cinta." kata Hanin.

"Gak usah lebay deh."

"Serius tau. Eh, kalo kamu sampe jadian sama Aarav bisa-bisa kamu jadi ketularan femes." kata Hanin dengan senyuman orang yang sedang berandai.

"Sudah diam. Ayo mulai menulis, aku gak mau berurusan dengan bu Arum. Bisa-bisa di suruh bersihin toilet nanti." aku mulai menulis semua yang di suruh bu Arum tadi.

****

Tak terasa tiga jam mata pelajaran bu Arum akhirnya berakhir. Rasanya senang banget, setelah bu Arum pergi dengan cepat aku bergegas menuju toilet laki-laki.

"Axel." teriakku dari depan toilet.

Tidak ada jawaban mau pun orang yang muncul dari dalam toilet. Hanya ada suara hembusan angin yang membawa aroma tidak sedap khas toilet laki-laki.

"Sudah ku duga. Si sontoloyo itu gak akan dengan mudahnya mau membersihkan toilet." aku berjalan sedikit berlari ke arah kantin.

Dan benar saja, Axel dengan santainya menyantap pop mie rasa soto di pojok kantin. Aku pun mendekatinya lalu mengeluarkan jurus kepitingku.

"Aduh..." teriak Axel memenuhi kantin.

"Sakit?" tanyaku.

"Gak, enak banget." jawab Axel sambil memegang telinganya yang habis terkena capit kepiting andalanku.

"Mau lagi berarti?" dengan senyum seperti psikopat

"Janganlah." jawab Axel mulai menggulung mie di garpu.

"Enak banget, di suruh bersih-bersih toilet malah makan ke kantin ya, btw ayo ke kelas udah ganti jam pelajaran." kataku.

"Ayo." jawab Axel berlenggang sambil menyeruput mie yang ia gulung.

"Bagi, aku juga mau." aku merampas pop mie favorit Axel.

"Kebiasaan." Axel mulai mempiting leherku.

Kami pun tertawa lalu berjalan menuju kelas dan berharap kalau guru jam selanjutnya belum masuk.

"Cepat." panggil Eros.

Aku dan Axel pun perlari mendekati Eros.

"Guru udah masuk?" tanya kami serentak.

"Gak, malah mau ngasih tau kalau cuma di kasih tugas latihan, kalo gak selesai jadi PR." jawab Eros sambil cengengesan.

"Tuman." kataku sambil memukul bahu Eros dengan tenaga kuda.

"Ihh.. Serem cewek tapi tenaga cowok." ejek Eros sambil berlari duluan menunju kelas.

Aku dan Axel menyusul di belakang Eros, lalu bergegas mengeluarkan buku pelajaran meski tak ku kerjakan