Rasa hangat menjalani relung relung hati rapuhku saat ini, pancaran dari bola mata berwarna hazel itu berhasil menyatukan kembali serpihan jiwaku yang rapuh, dan untuk beberapa saat kami saling terpaku,
"terima kasih Ben, sudah mau mengunjungiku kesini," ucapku pelan, sambil tersenyum tipis, masing masing kami seperti saling menjaga tatapan agar tidak beralih, rasanya aneh, bahkan boleh dibilang tidak sadar telah dengan rela tenggelam dalam sebuah rasa dengan pria ini, entah apa alasannya, entah sejak kapan, keakraban dan ketergantungan diantara kami mengalir begitu saja.
Aku masih memeluk tubuhnya erat ketika bibir Ben menyentuh ujung bibirku, rasanya luar biasa, hingga membuatku menutup kedua mata, dan berhasil membawa ketidakwarasanku menguasaiku.
Sudah sangat lamaa rasanya aku tidak merasakan sentuhan, gairah kemudian datang berlari menyapa seiring dengan jari jemari Ben yang menari lembut di atas kulitku dan desir desir aneh yang terasa indah.