"Terima Kasih," Pria itu menjabat tanganku sambil tersenyum puas, setelah meeting kami mencapai kesepakatan kerjasama, aku menyambut senyumanya dengan tersenyum mantap, dan segera pamit sesaat setelah meeting usai.
Dengan langkah cepat aku menyusuri koridor kantor dan berjalan ke arah lift, Vanya mengikuti langkahku dari belakang dengan ritme yang tidak kalah cepat,
"Aku sangat letih, sekarang," ucapku sambil mengernyitkan dahi dan menoleh ke arah Vanya, sudah lebih dari dua minggu kami berada di Newyork, aku sengaja menenggelamkan diri dengan segala pekerjaan, dan kota Big Apple adalah yang paling tepat untuk itu, ia tidak hanya mampu membuat aku melupakan masa lalu, namun nyaris membuatku lupa akan diri ketika bergumul dengan rentetan jadwal pekerjaan, semua orang yang hidup disini begitu ambisius, bergerak dengan cepat, dan segala sesuatu berubah dalam waktu yang singkat.