Aku berusaha keras untuk tidak menahan air mata dan terus memfokuskan diri menatap layar komputer dimana beberapa email membutuhkan jawaban segera, kulirik jam diatas meja kerja, sudah sore, namun aku masih harus meeting sebentar dengan perusahaan dari Amerika, waktuku hanya tiga puluh menit lagi untuk bersiap memulai meeting, yang menuntutku terlihat normal.
Air mata masih saja mengalir deras, dadaku seperti sesak dan rasa mual menjalari seluruh tubuhku, aku bahkan tidak sanggup berdiri, kutekan penghubung saluran komunikasi ke Vanya, nampak Vanya segera melirik ke arahku dari balik kaca ruang pembatas antara ruanganku dan mejanya,
Vanya buru buru berdiri dan masuk ke dalam ruanganku,
"Bantu aku Vanya, ambilkan segelas air, nafasku begitu sesak saat ini," ucapku pelan,
Dengan cepat Vanya meraih sebotol air mineral, dan membantuku menuangkan ke dalam gelas sambil memastikan bahwa aku baik baik saja,