" Nothing should be most majestic and powerful than the Nature." [ A. Gaudi ]
Valter melangkah menuju tempat penyewaan mobil di area kedatangan bandar udara El Prat, Barcelona, Spain, menurutnya akan lebih mudah dan lebih privat untuk berkeliling ke kota kota lain atau desa di sekitar jika menggunakan mobil, walaupun sebenarnya Barcelona cukup mudah dinikmati sambil berjalan kaki.
Sebenarnya Valter adalah tipikal traveller yang lebih menyukai alam daripada suasana kota dan gedung, Valter bukan lah seorang pengagum seni, arsitektur atau budaya, dia lebih memilih menikmati maha karya dasyat hasil seni natural bentukan alam, hasil karya sang pencipta, tapi karena aku, Valter harus rela bepergian ke tempat yang tidak masuk bucket list nya.
Aku melirik pesan masuk di whatsapp, nampak Joseph menanyakan kapan kita akan bertemu, aku meletakkan ponsel ku kembali ke dalam tas, sepertinya terlalu terburu buru jika segera bertemu di hari ini. Akan banyak jadwal dan acara clubbing jika bertemu dengan pria penggila pesta satu itu. Joseph adalah pribadi yang ceria dan sedikit rame, produk catalan bertipe ramah, menyukai musik dan pesta. Terlintas suasana bar, pesta dan minuman beralkohol tinggi jika membayangkan Joseph.
" Ada apa sayang, kau nampak sedang berpikir setelah melihat ponsel ? " ucap valter mencari tahu, memasang seatbelt mobil dan bermaksud segera pergi dari area bandara menuju hotel.
Aku menoleh ke arah Valter sambil tersenyum, " itu tadi Joseph menanyakan posisi kita, tapi kita sepertinya kita butuh sedikit istirahat sebelum bertemu dengannya. "
Valter tertawa mendengar jawabanku.
" Kau akan membutuhkan banyak energi jika bertemu Joseph." sahutnya geli, sambil tetap menatap jalanan.
-
Aku memandang langit yang nampak biru cerah dan silau dari balkon hotel, udara Barcelona cukup hangat di akhir bulan september , aku masuk kembali dan merebahkan diri ke atas sofa, memasang ipod dan mendengarkan campuran musik kesukaanku. Valter berjalan ke arahku dan duduk tepat di sebelahku sambil memandangku.
Aku menghentikan musik dari ipod dan menatap Valter menunggu ia mengatakan sesuatu, Valter menarikku mendekat ke dadanya dan mengelus rambutku dengan lembut.
" Apa kau mau pergi berjalan keluar ? " Tanya Valter sambil melirikku dari atas kepala.
" Sepertinya belum, kita tidak terburu buru berada disini, bukan ? " tanyaku sambil melepaskan pelukan dan duduk tegak.
Valter tersenyum kecil dengan masih mengengam tanganku, " Aku akan menelp mama hari ini, menanyakan kapan pasti kita akan ke Croatia. Sehingga aku akan lebih mudah mengatur jadwal perjalanan kita. "
Aku mengiyakan Valter sambil bangkit dari kursi dan berjalan menuju koper tempat penyimpanan macbook. Aku baru ingat untuk mengecek beberapa email kantor yang masuk hari itu.
Valter juga bangkit dan berjalan ke arah ku yang lagi sibuk membuka macbook di atas sebuah meja kerja dalam kamar hotel.
" sayang, bisakah kau mengecek emailmu nanti ? " sahutnya membujuk, matanya terlihat menggodaku, dan mimiknya seolah menunjukkan sebuah permohonan.
Aku menatapnya sejenak, dan mengurungkan niat menyalakan macbook.
" Oke, kamu mau apa dariku Valter. " sahutku menengakkan kepalaku memandang Valter.
" Hangatnya Barcelona membuatku ingin berenang dan berjemur, maukah kamu ikut serta ? " sahutnya dengan wajah memohon. Dalam hatiku aku merasa geli melihat Valter memohon seperti anak kecil merengek ke ibunya, aku tertawa dalam hati, ini seperti sebuah tanda bahwa sekat jarak antara aku dan Valter semakin menipis. Aku bangkit dari kursi, mengecup pipinya dan segera berlalu.
" Tunggu aku berganti pakaian." sahutku kemudian.
-
Matahari bersinar terang di private pool di bagian rooftop hotel, aku memasang kaca mata dan mengoleskan sunscreen ke seluruh tubuhku, dan berbaring di kursi di samping kolam, sudah sangat lama rasanya tidak merasakan hangatnya sinar matahari, Barcelona beriklim sub tropical yang berarti kering, panas, hangat di hampir setiap musim. musim dinginya hanya berupa lembab dan basah.
Aku mengintip Valter yang berenang lebih dulu, dari balik kaca mata hitamku aku memperhatikan betapa tampannya calon suamiku, proporsi tubuhnya yang tinggi, dan tegap, bahunya yang bidang, rambutnya yang berkilau, terlihat menyilaukan bersama pantulan air dan cahaya mentari. Aku tersadar dari lamunan saat Valter melambai lambaikan tanganya memberi kode agar segera ikut turun dengannya ke dalan air.
Aku berjalan ke arah kolam dan menyeburkan diri berenang bersama Valter, aku mahir berenang, ketika sekolah dasar di Kalimantan aku selalu aktif kursus berenang di sore hari. sayangnya, kemampuan berenangku tidak sebanding dengan Valter, beberapa putaran Valter selalu berhasil mengunguliku.
" Aku mengaku kalah, Kamu sangat cepat. " sahutku sambil melepaskan kaca mata renang yang penuh terisi air.
Valter terkekeh kekeh melihatku menyerah, Aku berjalan menggapai Valter dan mendekapkan tanganku di sekitar lehernya, sambil ter engah engah.
Valter mendekat dan menciumku dalam, aku yang merasa risih berusaha melepaskan diri dari Valter, aku hanya sedikit malu akan dipergoki pelayan yang membawakan minuman kami,
" Kupikir kau akan berenang bukannya malah menciumiku." sahutku sedikit kaget dan berusaha kabur.
Valter mengejarku menangkap tubuhku dan perlahan kami tenggelam ke dalam kolam, membawaku bersamanya ke dalam kolam dan menciumiku dengan lembut di dalam air.
Valter mampu berada di dalam air tanpa bernapas, tapi aku tidak, dengan panik aku segera muncul ke permukaan, dan terbatuk batuk.
" Valter.. " sahutku mengadu. Valter memegang menepuk nepuk pundakku, "apa kau tidak apa apa sayang ? "
Aku terdiam rasanya seperti abis menelan segelas air kolam, Valter mengangkatku dan membungkusku dengan bathrobe kemudian mengendongku masuk ke dalam ke ruang kamar kami.
-
Sore hari yang indah di sibuknya kota Barcelona, Valter membawaku ke area taman di atas bukit, nama tempatnya Mirador del Alcalde, ada beberapa hamparan bunga yang indah dan air mancur yang tertata rapi dan indah.
Tempat ini menawarkan pemandangan yang menakjubkan dari atas, nampak laut dan pelabuhan, juga yatch dan kapal kapal yang berjejer rapi, dan seluruh pemandangan kota Barcelona.
Tidak jauh dari taman, sedikit menanjak keatas berdiri Castell de Montjuic, sebuah benteng besar dari abad ke-18 yang kini telah diubah menjadi museum yang berada di puncak bukit.
Banyak seniman seniman dunia terlahir di kota yang di bangun oleh Hercules ini, dari pelukis, pemahat, designer hingga arsitek terkemuka. Salah seorang yang paling menonjol adalah Antonio Gaudi.
Karya Antonio Gaudi yang cukup terkenal berada di kota ini adalah Sagrada Familia, salah satu basilika yang paling spektakuler dan kontroversial di dunia, yang memakan waktu kurang lebih seratus empat puluh enam tahun untuk merampungkannya, dan sampai saat ini pembangunanya masih berlanjut.
Aku menatap lama tanpa berkedip sedikitpun memandang arsitektur bagian luar Sagrada Familia, berbentuk geometris yang murni dan rumit berbentuk kurva melengkung, tiang-tiangnya dibangun berbentuk pohon untuk menopang keseluruhan monumen, sungguh arsitektur yang sangat berbeda dari gereja traditional manapun.
Masing masing bagian eksterior dari basilika ini seperti bercerita tentang kelahiran Jesus, alam dan penciptaan kehidupan, penderitaan Jesus selama penyaliban, simbol kematian kristus dan yang terakhir lainnya belum rampung masih tertutup karena pembangunanya masih terus berlangsung, konon Gaudi menyembunyikan banyak rahasia dan misteri yang menakjubkan di balik dindingnya yang mengarah pada sebuah sekte rahasia fremansory.
Gaudi sendiri telah lama memikirkan ketinggian karyanya, ia memutuskan bahwa menara tertinggi Sagrada Familia, Torre del Salvador hanya akan memiliki tinggi seratus tujuh puluh meter, yaitu satu meter lebih pendek dari Gunung Montjuic tempat yang kami kunjungi sebelumnya. Menurut Gaudi, tidak pantas seorang manusia mengerjakan sesuatu yang melebihi pekerjaan Tuhan.
🏰🏰🏰