Chereads / Aku dan 1000 kota / Chapter 47 - Lisbon, Portugal

Chapter 47 - Lisbon, Portugal

Kami mendarat di salah satu bandara di ibukota negara Eropa paling barat dan satu satunya di sepanjang pantai Atlantik, setelah kurang lebih tiga jam lima belas menit menempuh perjalanan udara dari kota Munich, Germany.

Ada aroma aroma sejarah yang sangat kental ketika pertama kali menginjakkan kaki keluar dari bandara Lisbon, Portugal. Negara Portugal adalah negara yang tidak asing bagi seluruh rakyat di negaraku, Indonesia, negara ini memiliki kisah sejarah panjang dengan tanah airku, mereka pernah menjajah Indonesia pada tahun 1512 dan menguasai sumber rempah rempah di negara kita.

Salah satu tokoh yang paling terkenal yang mudah di temui dalam pelajaran sejarah sekolah dasar yaitu Vasco de Gama, ia adalah seorang penjelajah berkebangsaan Portugal yang menjelajah negara negara timur sehingga memicu kedatangan bangsa bangsa Eropa lainnya.

Portugal mencapai zaman keemasannya pada abad ke -15 dan -16 dimana ia memiliki kekuatan ekonomi, politik dan militer yang cukup kuat dan mampu memiliki cukup banyak wilayah jajahan, seperti Brazil, Angola, Mozambique, Macau, Guinea Bissau hingga Indonesia.

Sayangnya zaaman keemasan negara ini perlahan memudar ketika memasuki abad ke -19 hingga saat ini.

-

Valter memeluk erat tubuhku dari belakang ketika kami menghabiskan waktu di tepi utara sungai Tagus di depan sebuah Menara kuno yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, Menara Belem atau dikenal dengan Torre de Belem.

Angin meniup perlahan, kami asyik menikmati suasana sambil mengagumi menara yang dibangun dengan gaya simbolisme Manueline ini. Sesekali aku memejamkan mata, menghirup udara sekitar yang hangat di dalam pelukan lelaki yang kupuja itu.

Menara Belem dibangun pada denah lantai heksagonal pada tahun 1515 sebagai benteng penjaga pintu air yang masuk ke pelabuhan Lisbon. berbentuk busur kapal yang menjorok kedalam air, Menara berbahan batu kapur gading-putih, terlihat sangat indah dengan motif menarik pada badan menara.

Desain menara Belem ini mendeskripsikan banyak sejarah dan berbagai kisah mulai dari imperialis Romawi, tokoh sejarah, simbol para pelaut Portugal, batu batu bermotif dengan salib ordo kristus, juga gaya arsitektur Moorish dengan ciri khas ukiran rumit dan jendela yang melengkung dan kubah bawang di setiap sudut teras di bagian menara pengawas. Juga patung 'Our Lady of Safe Homecoming', sebagai simbol perlindungan bagi pelaut dalam perjalanan mereka, semuanya terbungkus indah dalam Menara megah Belem.

" Sebelum bertemu denganmu, Aku selalu menjelajah tempat di muka bumi ini sendirian." Ucapnya sambil melonggarkan pelukannya. Valter kemudian menggandeng tanganku dan mulai berjalan ke arah ke arah jembatan kayu menuju Menara Belem berada.

" Ini kali kedua aku berada di Lisbon. Semuanya sama seperti terakhir kali aku berkunjung, yang berbeda hanyalah perasaanku, terasa lebih menyenangkan dengan kehadiranmu. " tambah Valter lagi.

Aku manggut manggut tersipu mendengarnya.

Kami berjalan sejajar pelan menuju menara, sambil sesekali memandang diam diam raut wajah Valter, meskipun aku tak bisa melihat sinar matanya yang tertutup sunglass hitam namun sinar wajah bahagia dan damai terpancar jelas dari dalam dirinya.

" Apa kau pernah mengajak Halley ikut serta denganmu ? "selidikku, ada terselip cemburu disana.

Ada raut sedikit kaget di wajahnya ketika mendengar pertanyaanku namun langsung tertutup rapi di balik ketenangannya,

" Halley tidak menyukai menjelajah Jade, dia lebih memilih berada di area shopping mall atau ke Paris melihat koleksi barang branded terbaru. " sahutnya dengan tawa mengejek.

Aku kini mengerti kenapa Halley lebih memilih Devon dibandingkan Valter. Kami kemudian menyusuri bagian benteng menara berbentuk kubah yang terdapat canon / meriam yang menghadap ke lubang keluar menara.

Selanjutnya kami naik melalui tangga spiral yang curam dan sempit yang membawa kita ke tingkat pertama Menara Belem.

Kami pun terus berputar naik ke atas ke tingkat kedua Menara dimana ruang tersebut di kenal sebagai kamar raja. Kamar raja memiliki balkon yang indah, dengan dekorasi renaissance yang elegan, yang terinspirasi oleh arsitektur Italia.

Belum puas di lantai kedua, kami terus naik ke teras Tower Menara, semakin tinggi kami naik, semakin indah jangkauan panorama yang bisa kita nikmati, nampak sungai Tanus terbentang luas dan tepi lautan.

Sebelah Timur nampak dari kejauhan 'Padrao dos Descobrimentos' sebuah monumen peringatan penjelajah Portugal, dan jembatan gantung 'Ponte 25 de Abril' menghias di bagian belakang.

Sebelah utara nampak jalan terbuka dengan pepohonan Avenida da Torre de Belem, di kejauhan nampak Capela de Sao Jeronimos/ Chapel of Saint Jerome sebuah kapel mungil yang menawan diatas sebuah bukit.

Angin bertiup kencang di puncak Menara, aku menoleh ke arah Valter yang kesekian kalinya memandang puas ke sekeliling, kami berjalan menyusuri setiap sudut Menara sambil bergengaman tangan sesekali kami mengambil foto untuk mengabadikan moment perjalanan kami.

Tidak jauh dari Menara kami menyempatkan diri mengunjungi, biara Jeronimos Santa Maria de Belem / Jeronimos Monastery.

Biara yang beralih fungsi menjadi museum dan tempat wisata ini berdiri kokoh mengagumkan menyerupai istana yang terbentang memanjang mahakarya arsitektur Manueline dan Gotik, orang orang menyebut landmark ini dengan sebutan Portuguese Gothic.

"Biara megah ini didirikan atas kehendak Raja Manuel I sebagai ucapan terima kasih atas ekspedisi Vasco da Gama, konon sebagian besar pembangunan biara diselesaikan dari hasil pajak atas rempah-rempah (terutama lada) yang dibawa dari negara koloni Portugal." ucap Valter sambil menatap kagum ke arah Biara.

Kami berdiri di bagian luar dari bangunan, mengambil waktu sejenak untuk sekedar melihat setiap detil dan lekukan desain, memandang kagum setiap ornamen bagian eksterior biara. Nampak bangunan dua tingkat terbuat dari batu kapur dengan ornamen ornamen renda yang halus dan detil.

Kami melangkah masuk beriiringan, bangunan memiliki dua jalur masuk, yang langsung menuju museum dan satu lagi langsung menuju biara.

Melangkahkan kaki ke dalam bangunan berusia lima ratus tahun ini, kami langsung disambut dengan makam tokoh penting Portugal seperti Vasco da Gama, tokoh penjelajah terhebat yang menemukan jalan laut langsung dari Eropa ke India yang telah membawa ketenaran dan banyak uang untuk istana Portugal, selain itu ada makam dari penyair Luiz Vaz de Camoes, hingga makam keluarga kerajaan Portugal masa lalu, seperti Raja Manuel I dan istrinya, Raja Joao III dan Ratu Catarina.

Di dalam monumen terdapat pula makam kosong yang sengaja di bangun untuk mengenang Raja Sebastian yang tak pernah kembali ke Portugal dari peperangan Ksae El Kebir tahun 1578.

Makam Vasco da Gama dan penyair Luiz Vaz de Camoes disertai patung dari sang tokoh yang terbaring diatas peti dengan posisi berdoa, disekeliling peti terpahat puisi puisi mengenai tokoh tersebut.

Mengelilingi bangunan tua ini membuat kami lupa akan waktu, begitu banyak ruangan yang memiliki alur sejarah masing masing.

Memasuki bagian biara Santa maria de Belem suasana terasa begitu hening dan syahdu, pilar pilar tinggi menjulang berbentuk seperti pohon dengan kubah langit langit mengingatkanku akan pola urat pada dedaunan. Bangku-bangku kayu gereja berjejer rapi di depan altar, nampak beberapa orang sedang memanjatkan doa dengan khusyuk di bangku bagian depan.

Gereja ini adalah tempat dimana Vasco da Gama dan awaknya berdoa meminta berkat sebelum memulai perjalanan. Tidak heran banyak pengunjung terutama umat katolik berwisata rohani di tempat ini. Tempat yang mengesankan memberikan rasa damai dan bahagia di hati kami.

Aku mengandeng tangan Valter riang menyusuri kota Lisbon, udara di Lisbon kurang lebih sama dengan cuaca di Indonesia, hangat.

" Kamu nampak senang. " ucap Valter sambil mengembangkan senyum tipis.

" Aku merasa luar biasa. Ayo kita berjalan mengelilingi kota. " sahutku mengoyang goyangkan tangan kami ke depan dan ke belakang seperti dua anak kecil yang pulang bermain.

Aku menarik tangan Valter dan mendaratkan kecupan di bibirnya di sudut jalan raya dimana ada sejumlah orang lalu lalang, sebelum kemudian menariknya ke sebuah kafe pinggir jalan merasakan budaya setempat dan berinteraksi sosial dengan penduduk lokal.

Aku memesan secangkir kopi dengan banyak krimer diatasnya dan Pastel de Nata / eggtart ( kue tradisional portugal yang populer ), sambil memandang sekeliling dan setiap sudut kota.

Kota ini sangat menyenangkan, penduduknya ramah, suasana hangat dan sederhana, banyak senyum dan tawa dimana mana, jalanan berbatu yang sempit, para pengamen tua, potongan potongan grafiti di dinding bangunan, bangunan berlantai keramik yang mewah, trem kuning tua yang antik dan masih beroperasi, dan pemandangan yang menakjubkan di setiap belokan berbukit.

Aku terpaku memperhatikan pengemis yang duduk di tangga bangunan di seberang kami, dia membuka koin kotor di secarik kertas dari dalam cangkir usang yang diletakkan di atas batu paving, pemandangan yang cukup mengharukan.

Aku meminta ijin meninggalkan Valter sebentar, pergi ke arah seberang dan meninggalkan sejumlah kecil uang kepada pengemis itu dengan harapan bisa sedikit meringankan bebannya di hari itu.

Aku segera berlalu pergi meninggalkannya, menghindari tatapan bahagianya, yang hanya akan membuatku semakin terharu.

๐Ÿฎ๐Ÿฎ๐Ÿฎ