" Selamat datang kembali ke rumah nyonya." sapa Carla membukakan pintu untuk kami sambil tersenyum ramah.
Aku melangkah mundur membiarkan Valter dan Jordi masuk duluan ke dalam rumah,
"Wait, kamu panggil aku apa tadi Carla ? " alisku mengernyit bingung bertanya tanya kenapa Carla yang biasanya memanggil aku dengan sebutan nona atau Jade, secara tiba tiba mengubahnya menjadi nyonya.
Carla gelagapan salah tingkah, " Aku memanggil nyonya." ucapnya pelan dan menunduk merasa bersalah.
Aku mendekati Carla dan berbisik, "Kamu tau darimana ?" , aku melonggok ke dalam rumah memastikan Valter tidak mendengarkan pembicaraan kami.
"Beberapa hari lalu ketika tuan menelp, beliau memintaku untuk memanggilmu dengan panggilan nyonya. Benarkah anda sudah resmi menikah ?" sahutnya pelan, sambil sesekali mengintipku, antara khawatir membuatku tersinggung dan juga rasa ingin tahu yang besar.
" Oh ok, baiklah. cukup sampai di kamu yah. Kami sudah menikah resmi di Gibraltar. Untuk sementara kami masih merahasiakannya dari Mama Maloree, kami bermaksud untuk menyampaikan berita gembira ini secara langsung." Aku tersenyum tersipu.
" Selamat nyonya, aku turut berbahagia. rahasia aman." bisik Carla bersemangat.
"Inget ya, jangan bocor dulu." sedikit melotot memperingatinya dan melangkah masuk meninggalkan Carla yang tersenyum, ikut bahagia dengan pernikahan kami.
Dimataku Carla seorang wanita yang baik, walau kami jarang bertemu karena sibuk berkelana, namun wanita ini cukup akrab denganku, semenjak pertama kali ia bekerja di rumah ini, tingkah lakunya yang ceria membuat kami cocok, selain itu Carla mengajarkanku membuat kue dan roti, serta masakan masakan Mexico yang spicy cocok dengan selera ku, penikmat hidangan pedas.
Kami juga sesekali bergosip, berbagi informasi tentang berita dunia terbaru, artis dengan segala sensasional hingga curhat colongan tentang kehidupan masa lalunya dulu. Hahaha... Boleh di bilang, naluri emak emak.
Carla memiliki pribadi terbuka, juga penuh perhatian, bernyanyi adalah bakat alamiah yang selalu ia bawa setiap melakukan apapun, dan satu lagi, ia salah seorang yang sangat fanatik akan telenovela-tv series populer khas mexico-negara dimana ia berasal.
-
Selalu terasa berbeda ketika pulang ke rumah selepas mengadakan perjalanan panjang dan selalu saja aku mengecek sekeliling rumah berusaha menemukan jawaban atas rasa itu.
Apa yang berbeda ? Semua letak barang barang selalu sama seperti ketika aku tinggalkan.
Apa aku yang berbeda ? sehingga semua hal di rumah selalu terasa berbeda setelah bepergian.
Sebelum pulang ke Munich, kami masih menghabiskan sehari di Madrid, Spain dan sehari di San Sebastian-Basque, Spain sekedar mengeksplorasi pantai pantai dan pulau indah disana dengan boat.
Tidak banyak yang bisa kulakukan di Madrid, waktu membatasi kita agar tidak berlama lama. Selain berkunjung di Museum Prado galeri terbesar di dunia, Plaza Mayor yang indah, kami menyempatkan juga ke Temple of Debod, kuil Mesir dari Abad ke-2 sebelum Masehi yang berada di Madrid.
Sayangnya, aku bukan seorang pecinta sepak bola, akan sangat penting untuk tidak melewatkan Santiago Bernabeu Stadion, Markas team sepak bola dari team besar Real Madrid.
-
Aku meletakkan macbook ke atas meja kerja, menyalakannya dan memeriksa email, ada email lagi...
Orang ini sepertinya tidak pernah menyerah untuk menerorku.
judul nya masih sama 'Jade' , dengan cepat aku membuka isi email, isinya berbunyi,
[ Aku menemukan jejakmu ],
aku mengeraskan kuku ke atas meja, bukan takut yang aku rasakan tapi geram.
Seseorang mencoba mempermainkanku, dengan sengaja meneror menimbulkan efek khawatir, hingga hidupku tidak tentram. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Awas aja, jika sampai kutemukan.
Dengan cepat ku bersihkan diriku dan berganti pakaian baru. Otakku terus berputar, mencari cara untuk melepaskan diri dari teror. Ok, aku bisa mendiskusikan ini dengan suamiku, tidak untuk berlari mengadu, tapi memintanya melakukan tindak proteksi lebih untukku.
Instingku mengatakan ini bukan perkara main-main, tidak mungkin seseorang begitu gigih membayar penguntit jika hanya sebuah keisengan. Hampir delapan bulan telah berlalu, sudah terlalu lama untuk sebuah keisengan dan email ini adalah bukti bahwa ini bukan sekedar ancaman biasa.
Siapapun dia, dia ingin menghancurkanku.
Aku mencari suamiku, kenapa dia tidak segera muncul di kamar, aku berjalan ke ruang di sebelah kamar, di balkon, di teras depan, semuanya tidak ada.
" Carla, dimana kah suamiku ?" sambil terus mencari ke setiap sudut rumah.
" Tuan Valter bersama temannya sedang ngobrol di taman belakang nyonya." sahut Carla melanjutkan pekerjaanya.
Aku segera berlalu dari teras depan dan berjalan cepat menuju belakang, nampak Valter sedang santai minum bir bersama Jordi.
Valter tersenyum melihat kedatanganku, ia membuka tangannya, dan aku masuk kedalam pelukannya.
" Ada apa ? Wajahmu begitu serius." Valter dan Jordi menghentikan percakapan mereka sejenak dan berpaling menatapku.
" Valter, aku ingin tahu tentang pemasangan microchip implant yang dipasang ke dalam tubuh, yang memungkinkan melacak keberadaanku." wajahku begitu serius, menunggu jawaban mereka.
Ada sedikit kaget di wajah Valter, namun langsung ditutupinya dengan ketenangan khas nya. Ehem.. Valter berdehem.
" Sebenarnya itu adalah langkah pertama yang akan aku lakukan untukmu sejak kamu resmi menjadi bagian keluarga kami." Valter nampak hati hati mengolah kata katanya.
" Apakah itu memungkinkan untuk dilakukan segera ?"
" Bisa saja sayang, kita hanya perlu mengabarkan Mama dan keluarga besarku atas resminya hubungan kita dan otomatis kamu bisa mendapatkan layanan demi keamananmu, itu juga bisa melaporkan detil kondisi medismu." Valter berjalan mengitari menuju bar dan mengambil botol bir selanjutnya.
" Sayang, kenapa kamu nampak sangat khawatir tentang itu ? "
" hmmm... aku hanya memastikan aku akan aman. Mungkin sedikit trauma akan masalah penguntit yang dulu pernah menerorku." ucapku sambil menelan ludah, sepertinya aku terlihat menyembunyikan sesuatu tapi biarlah, aku hanya berharap Valter tidak akan bertanya lebih detil.
" Oh ya, selamat datang di Munich Jordi, aku harap kamu bisa lebih betah bekerja disini, ketimbang di London. lagipula kebijakan Brexit membuat para expatriat merasa tidak tenang nantinya." mencoba untuk mengalihkan topik, sambil menoleh ke arah Jordi. Jordi tersenyum tipis dan menundukkan kepala memperlihatkan rasa respect akan ucapanku.
" Sayang, besok pagi papa dan mama akan berada disini, bantu aku menyampaikannya kepada Carla, agar menyiapkan ruang kamar untuk mereka." sela Valter ketika melihatku hendak beranjak meninggalkan mereka.
" Tentu saja." aku berlalu meninggalkan Valter dan Jordi berbincang di ruang belakang.
-
Raut wajah tegang Mama Maloree berubah dari terkejut, kemudian sedikit mendung sesaat kemudian berganti lega, entah apa yang ia rasakan ketika Valter mengatakan kami sudah resmi menikah di Gibraltar.
Ku tahan nafasku menunggu reaksi dari Mama dan Papa, Papa Odolf menghembuskan nafas, dan seperti sedang berpikir, dan kemudian berubah menjadi tenang dan melanjutkan menyantap makan siangnya.
Mama Maloree kemudian tersenyum kecil, perlahan aku pun menghembuskan napas ku pelan yang sebelumnya sempat tercekat, Mama Maloree menatapku dan Valter dengan tatapan ramah, aku seperti sebuah kuncup bunga yang takut takut untuk merekah, tanpa ekspresi tapi tegang.
" Kamu resmi menjadi bagian keluarga ini Jade, Mama dan Papa turut senang atas kebahagiaan kalian. Walau jujur aku sedikit kecewa denganmu Valter, kamu selalu memutuskan segalanya sendiri, tanpa mengijinkan kami untuk ikut merasakan hari bahagia." dengan elegan Mama menuturkan pendapatnya.
Kulirik ekspresi Valter di dekatku, dia menyungingkan senyum dan bersikap tenang melanjutkan makan siangnya.
Keluarga yang sangat formal, teratur namun saling menghargai privasi, bagi mereka setiap orang berhak untuk memilih jalan hidupnya masing masing, termasuk dengan siapa mereka memilih pasangan hidup.
" Apa yang kau inginkan dariku Valter untuk kehidupan barumu ? pesta meriah, properti untuk kalian tinggal, atau ada request khusus ? " ucapnya lagi. Mama Maloree nampak sangat elegan diusianya yang sudah enam puluh lima tahun, ia selalu berbusana rapi kemanapun ia pergi, dengan warna make up sederhana namun membuatnya semakin cantik.
" Kami tidak menginginkan apa apa ma, Jade dan aku akan sangat senang jika mama bahagia dengan kehidupan baru kami."
" Kalian akan pergi bersama kami bukan ke Croatia ? Semua anggota keluarga akan ikut serta. Kita bisa merayakan hari bahagiamu dengan keluarga inti di sana." sambung papa Odolf.
" Baik Pa. Terima Kasih. "
Semua kekhawatiranku terlepas hari ini, Mama Maloree memelukku dan menciumku memberiku selamat, hari ini mereka memutuskan untuk kembali sebelum malam tiba, dan tidak menginap di Munich.
" Aku akan mengirimkan orang untuk membuatkan kamu dress pengantin, juga seseorang akan membawakanmu perhiasan serta crown. Kamu tidak perlu menyiapkannya." bisik Mama Maloree sebelum pergi.
" Terima kasih Ma, " ucapku dengan mata berkaca kaca dan kembali memeluknya. Aku sangat bersyukur mendapatkan mama mertua yang sungguh perhatian, di balik perilaku dingin dan terkesan angkuh, ia memiliki hati yang lembut.
Sesuai kesepakatan di meja makan kita akan bertemu lagi di hari minggu di Croatia.
" Jadi Mama dan Papa akan berangkat dari Frankfurt ? Kenapa tidak berangkat bersama ? "
" Kami tidak pernah berangkat bersama dalam satu pesawat, sayang." Valter melingkarkan tangannya di bahu ku yang rendah.
" Apa alasannya ? "
Valter tertawa kecil, " Untuk mencegah clan kita musnah jika sesuatu buruk terjadi."
Hmmm... Aku manggut manggut mengerti, masuk akal, jika terjadi kecelakaan atau hal yang tidak diinginkan, setidaknya ada diantara mereka yang masih bisa mewarisi dan terus hidup. Sesekali Valter mengecup keningku, memperhatikanku yang manggut manggut dengan polos seperti anak kecil.
" Sayang, bagaimana dengan microchip nya ?" sahutku lagi,
" Well, aku sudah minta ijin Papa, aku akan mendapatkan pesan konfirmasi secepatnya, dan kita bisa menemui dokter untuk di injeksi ke bagian bawah kulitmu."
Valter terus mengecupku, sesekali mengelitik leherku.
" Valter tolong hentikan... nanti Carla melihat kita." bisikku sambil berkelit dari Valter.
" Ada masalah apa dengannya, Kamu istriku. Aku bebas menciumnya dimana saja." sahut Valter terus melancarkan serangannya.
Aku tergelak dan berusaha berkelit dari rengkuhan Valter. Secepat nya tangannya meraih kedua pahaku dan menggendongku berjalan ke arah tangga yang membawa kami ke lantai dua, dimana kamar kami berada.
Dari atas lantai dua, aku sempat melihat sekilas nampak Carla tersenyum sambil memberi kode ok dengan tangannya.
oh Valter. Aku malu.
🥺🥺🥺