Chereads / Aku dan 1000 kota / Chapter 53 - Gibraltar-British Territory in Spain ( 2 )

Chapter 53 - Gibraltar-British Territory in Spain ( 2 )

" Tinggg..."

Bunyi bel panjang dari arah pintu kamar berbunyi nyaring, aku berusaha membuka mataku yang berat, " itu siapa ? " sahutku pelan hampir tak terdengar.

Terdengar Valter bangkit dari atas ranjang, dan bergeser menuju pintu dengan membawa serta selimut bersamanya menutupi tubuh telanjangnya.

Sayup sayup Valter membuka pintu, berbicara sebentar dan menutupnya kembali. Bunyi langkah kaki Valter berjalan menuju kamar, dan berjalan menghampiriku, Aku berusaha membuka mataku perlahan, aku tersadar tidak ada sehelai benang pun menutupi tubuhku, Valter memanjat tubuhku dari arah ujung kakiku, dan berhenti tepat diatas tubuhku.

Aku merasakan kehangatan yang mengalir dari tubuh Valter, skin-on-skin, Valter menutupi punggungnya dengan selimut yang di pegangnya. Tatapan hangat Valter menghujaniku dari atas,

" good morning, Mrs. Valter. " ucapnya sambil memandangku.

Belum sempat aku menjawab Valter sudah menghujaniku dengan kecupan, seketika rasa malas berubah dengan rasa lain yang membuaiku ke alam sentuhan, semua ide dan percakapan tenggelam dalam deru napas kami yang terengah engah, aku terlena dibuatnya, aku merengangkan kakiku memudahkan Valter melakukan sentuhan sensual di tubuhku. semua terasa lebih indah dan tidak berbeban ketika kami melakukannya dalam ikatan suci sebuah pernikahan.

-

Kami bertemu Liana dan Joseph di lobi hotel, melanjutkan petualangan kami di kota Gibraltar. Nampak wajah keduanya berseri seri menyambut kami yang baru aja turun dari kamar,

" selamat pagi pengantin kesiangan. " canda Joseph cukup keras, membuat beberapa pasang mata yang berada di lobi memandang kami.

Aku melotot memandang Joseph, dengan cepat ia mengatupkan kembali bibirnya yang sebelumnya tertawa meledek kami.

" Jade, cara jalanmu sedikit pincang. Apakah kau melakukannya secara berlebihan Valter ? " sahut Liana memandang kami berdua bergantian sambil meledek.

" ehm..hhh...mmm... aa " aku menjawab gugup, Valter tertawa diikuti Joseph. Wajahku bersemu merah menahan malu.

😥😥😥

Kami berjalan pelan, melangkah dengan penuh hati hati , menuju salah satu gua di puncak Gibraltar, nampak banyak sekali gua disana yang tersembunyi di balik tebing, hasil karya alami dari erosi bebatuan kapur yang terbentuk selama berabad abad.

Satu yang sangat terkenal dan mudah di akses pengunjung adalah Gua St. Michael yang luar biasa, dan berada di dekat puncak tebing batu Gibraltar.

Kami masuk dari pintu yang terdapat papan nama bertuliskan St. Michael, dengan takjub kami melangkah pelan, diikuti oleh Joseph dan Liana, gua yang kami masuki begitu luar biasa, penuh dengan stalagtit, stalagmit, dan formasi batu kapur, ada dengan cahaya warna yang selalu berubah berubah ke arah stalagmit dan stalagtit membuat suasana gua sangat dramatis, sungguh indah membuat mataku terpesona.

Ruangan besar di dalam gua, nampak rapi, dengan panggung dari beton, dan kursi yang berjejer rapi, ini mengesankan seperti memasuki sebuah gereja, atau lebih tepatnya sebuah bioskop pertunjukan, dan benar saja, pemandu tur menjelaskan jika ruangan ini biasa digunakan untuk pertunjukan drama, kontes kecantikan Gibraltar, opera, orkestra, balet dan konser musik segala genre.

Musik lembut mengiringi kami berjalan melalui ruang kosong yang luas dan menuruni tangga curam ke ruang di bawah.

"Menurut seorang ahli geografis, Pomponious Mela, ia menggambarkan Gibraltar adalah sebuah gunung dengan cekungan yang indah, yang sisi baratnya hampir dibuka oleh sebuah gua besar yang dapat ditembus jauh ke pedalaman." sahut Joseph memberikan keterangan ketika kami tiba di ruang gua bagian dalam.

"Aku tidak mengerti dengan apa yang kau bicarakan," sahutku,

"Menurut mereka, gua di Gibraltar ini memiliki akses bawah lautan menuju daratan Afrika,"

" Jadi, ada jalan rahasia ?" tanyaku lagi memandang wajah Joseph yang berkilauan tertimpa cahaya lampu warna warni gua.

"Dari penyataan ini banyak orang berpendapat bahwa tempat ini tidak memiliki dasar dan terhubung dengan Afrika melalui jalur bawah tanah terowongan di bawah selat Gibraltar, keberadaan koloni kera Barbary dari Maroko yang berhasil hidup dan berkembang biak di daerah The Rock yang di duga melalui jalur bawah tanah. Kera kera usil yang menganggu kita diluar tadi, mereka berasal dari Afrika,," tambahnya lagi.

Aku tergelak mendengar penjelasan Joseph, teringat akan sekelompok kera di luar sana yang selalu membuatku ketakutan, dan mengangu fokusku menapaki jalan kecil di pinggir tebing, namun semua nampak masuk akal, bagaimana cara kera itu berpindah dari afrika selain melalui terowongan.

Ada banyak gua lain yang bisa kita akses disini, namun tentu saja kami tidak punya cukup banyak waktu untuk dapat mengunjungi semuanya, beberapa gua lain terlihat seperti basis militer atau pertahanan.

Menurut kepercayaan penduduk setempat, Gua Gibraltar mampu melindungi radiasi atau efek bom nuklir. Ada lebih dari tiga orang yang berpendapat demikian ketika kami berdiskusi dengan penduduk lokal di sebuah kafe di Gibraltar.

Hari mulai beranjak sore, kami segera kembali untuk kembali turun, di puncak bagian lain, sebelum benar benar meninggalkan wilayah The Rock, sempat kami terpana dengan sebuah bangunan kubah, yang kutebak sebuah mesjid, dan berdiri kokoh di atas puncak the Rock,

"Ini adalah adalah salah satu masjid terbesar di negara non-Muslim dengan nama Masjid Ibrahim al Ibrahim, pembangunanya menghabiskan biaya sekitar lima juta pound yang didanai oleh Raja Fahd dari Arab Saudi." ucap Joseph menerangkan.

Sekilas masjid cukup sederhana dan tidak menonjol, dengan warna cat putih menyeluruh, namun kesan akan berubah ketika berada dekat dengan masjid, desainnya sangat rumit dan sempurna. Terletak menyendiri di atas bukit di tepi jalan raya, dengan fasilitas lengkap berupa ruang pertemuan, perpustakaan, dapur, kamar mandi, perumahan untuk penjaga mesjid, kamar jenazah, kantor administrasi, dan ruang untuk imam.

Dindingnya terbuat dari bebatuan marmer indah yang membentang diseluruh masjid, dengan tower masjid yang tinggi menjulang, dan pencahayaan yang terang dan terbuka dengan backgroud gunung dan tebing di belakangnya menjadikannya nampak indah. Masjid ini difungsikan setiap hari dan terbuka untuk umat Islam beribadah.

Kami menikmati sunset yang indah di dek paling atas sebuah sky restaurant kapal pesiar setelah seharian menjelajahi Gibraltar, dengan background musik mengalun indah.

Joseph datang dengan sebotol champagne di tangan dan membukanya di hadapan kami dan menyemprotkan ke tubuh kami.

" congratulation, wish you many years of happiness. " ucapnya sambil tertawa bahagia dan menyemprotkan ke arahku dan Valter.

Dari arah lain Liana melakukan hal yang sama kepada kami, Aku dan Valter basah kuyup dengan sukses, dari arah lain nampak pelayan membawakan kami wedding cake, suasana begitu riuh dan ramai, nampak para pelayan ikut memeriahkannya.

" Apakah ini bagian dari rencanamu ?" sahutku yang basah kuyup berbisik ke arah Valter.

"Aku sama sekali tidak pernah menyangka, ini semua idenya Joseph. Aku juga tidak ingin basah. " sahutnya mengelak.

" Kamu nampak selalu cantik dimataku dengan baju basahmu istriku. i Love you." Valter mengecup keningku dan meraihku ke pelukannya.

Hangatnya Gibraltar dengan hembusan angin laut yang membelai perlahan, pasir yang berwarna keemasan ditimpa mentari, batu Gibraltar yang eksotis, deburan ombak yang menderu disela musik yang mengalun indah, teluk dan sunset yang indah adalah sesuatu yang romantis dan tidak mudah terlupakan menyongsong kehidupan baruku sebagai Mrs. Valter.

🌹🌹🌹