Chereads / Aku dan 1000 kota / Chapter 12 - St. Petersburg, Russia ( 3 )

Chapter 12 - St. Petersburg, Russia ( 3 )

"Theres a difference between knowing the path and walking the path... Thats why im here. " ucapku lantang ke arah Yura , saat lagi sabar sabarnya menunggu antrian masuk Hermitage Museum.

Yura tersenyum dan kembali melihat ke arah ponsel nya, sepertinya dia sedang berkirim pesan dengan seseorang.

" Jadi , kapan kamu kembali ke Korea, bukankah kamu harus kembali sekolah ?" Tanya ku sengaja ingin menghentikan aktivitasnya.

" Setelah mengunjungi Murmansk, aku akan ke Germany, setelah itu aku pulang. " jawab Yura singkat, matanya kembali fokus ke ponsel.

" Apakah kau akan pergi bersama Mia ? " tidak bosan bosannya aku mengangu aktivitasnya bermain ponsel.

" Ya, tentu saja. Itu gunanya teman." sambil tersenyum riang dan kembali fokus memandang ponsel nya. huh...dasar remaja, batinku.

" Kau bisa ikut serta jika kau mau." tambahnya sambil mengangkat wajah sebentar dan kembali menunduk melihat ponsel.

" akan aku pikirkan." jawabku mengamati kesibukannya, sambil terus mengangunya dengan pertanyaan pertanyaan isengku.

" apa kau punya pacar." tanyaku kepo.

" Ya , aku punya, namanya Salah, asal Bahrain. Kami bertemu di Malaysia liburan musim dingin tahun kemarin, kami mengambil kelas IELTS di sebuah lembaga bahasa asing di Malaysia " jawabnya malu malu dengan mata ber binar binar.

" apa ? " aku ternganga sambil tidak kuat menahan tawa.

hhh... giliran ditanya soal pacar langsung begitu antusias menjawab. kasmaran. rutukku dalam hati.

Yura memang masih sangat lugu, gadis mungil itu masih berusia 20 tahun, pembawaannya khas anak kuliahan yang riang dan blak blakan. Ada rasa lucu sekaligus kagum, jalinan hubungan mereka bisa bertahan lama walau dipisahkan benua.

-

Aku dan Yura melangkahkan kaki ke dalam Hermitage Museum, salah satu museum seni budaya terbesar di St. Petersburg dan sekaligus tertua di dunia.

Bangunan utama Museum adalah Winter Palace, yang dulunya adalah rumah kediaman Tsar Russia, bangunan megah ini bergaya arsitektur Barque, dengan tiga lantai, dibalut dinding putih kombinasi hijau toska dan emas.

" Aku akan ke arah sebelah sana, kita akan bertemu kembali di tempat ini dalam dua jam di Palace Square. Sepakat ? " sahut Yura.

Aku menganguk tanda setuju, aku begitu terpaku dengan interior Hermitage Museum, sibuk mulai mengamati satu persatu yang menarik dalam pandanganku hingga tak sempat memerhatikan Yura berlalu pergi.

Aku membaca keterangan keterangan tentang museum secara rinci, di tempat inilah sejarah Russia dibentuk, termasuk pembantaian Bloody Sunday tahun 1905 dimana demo besar besaran terhadap Tsar Nicholas II yang menewaskan kurang lebih empat ribu orang.

Lebih dari tiga juta bahan karya seniman terkenal seperti Rembrant, Davinci, Michael Angelo, Raphael, Rubens, Van Gogh, Rodi dan banyak lagi, bahkan koleksi dari Mesir, perhiasan dan harta benda Raja Raja Mesir yang ditemukan di kuburan dan pyramid ada disini.

Bagian interior Hermitage Museum sangat mewah dan elegan, pilar pilar besar dan langit langit sangat tinggi, dihiasi emas dimana mana, mulai dari pintu, dinding dinding, pilar, singasana, perabotan hingga ke langit langit ruangan.

Aku terkagum kagum memandang saksi sejarah dunia di depan mata, membawa khayalanku jauh berabad abad di belakang.

Menurut keterangan ada 1786 pintu, 1945 jendela, 1500 ruangan yang elegan, 117 tangga di Hermitage Museum, tempat berkumpul dan menyimpan rapi berbagai benda karya Maestro dunia.

Sekaya apa coba Tsar Russia kala itu.

-

Aku menanti Yura- di Palace Square tepat di depan Hermitage Museum, sambil tetap memandang kagum Hermitage Museum yang terbentang memanjang di dekat sungai Neva.

Dua jam terasa sangat singkat, aku bahkan belum sempat menjelajah ke seluruh bagian, aku mungkin harus kembali ke tempat ini suatu saat nanti. Aku sempat mencuri dengar dari Tour Guide yang berada tidak jauh dariku, jika kamu menghabiskan waktu satu menit untuk setiap karya di dalam Hermitage Museum, niscaya kamu akan membutuhkan sebelas tahun untuk dapat melihat isi keseluruhan karya yang disimpan di dalamnya.

Palace Square adalah ruang kosong sangat luas di depan Heritage Museum, terbentuk pada zaman Alexander I , dibangun sebagai monumen kemenangan Russia atas Napoleon kala itu.

Di seberang bagian sudut nampak panggung yang sementara di bangun, tempat luas ini akan digunakan sebagai konser penyanyi populer bertaraf International yang datang dari Amerika, sangat strategis memang, karena areal nya yangbegitu luas yang dapat menanpung banyak orang.

Di tengah-tengah Palace Square terpacak Alexander Column yang tingginya 47.5m dan berat 500 ton.

Aku melihat Yura berlari kecil menghampiriku, nampak sekali pancaran kepuasan dimatanya, ini kali ke tiga dia mengunjungi Hermitage Museum, dan sudah sebulan berada di St. Petersburg.

Aku menyeretnya ke rumah makan terdekat untuk sekedar menyantap " Ruski Vinaigratte " karena perutku sudah sangat keroncongan. Ruski Vinaigranatte adalah sejenis salad khas Russia, yang terdiri dari buah bit, kol parut, kentang, wortel dan acar.

" Kamu nampak sangat puas. " ucapku "apakah ada sesuatu yang kamu temukan ? "

" Yah, sangat menyenangkan berada disana. " ucap Yura sambil menyodorkan foto Salah , pacar Yura untuk dipamerkan kepadaku. " ini Salah pacarku, ganteng bukan ? tanya nya lagi.

Okay, jadi ini masih dalam topik memanerkan sang pacar. Fine!

" lumayan ." ucapku tersenyum mengiyakan. Sambil mengedarkan pandanganku keluar jendela memperhatikan muda mudi Russia lalu lalang.

Muda mudi Russia sangat stylish, dan sebagian besar berwajah cantik, aku masih bertanya tanya bagaimana bisa mereka bisa berpakaian rok mini dan atasan crop top memamerkan udel di tengah musim dingin dengan suhu 0 derajat celcius bahkan minus.

Aku juga memandang takjub ketika mereka berjalan di areal 'cobblestone roads'-jalanan berbatu kasar dan bulat dengan menggunakan hak 10 - 15 cm. Sungguh skill yang luar biasa sekaligus menyiksa menurutku.

Aku dan Yura saling memandang dan tersenyum melihatnya, sepertinya kita memiliki pendapat yang sama untuk itu.

" Apa kau punya pacar ? " tanya Yura sambil menyeruput kopi panas.

" Tidak, aku hidup sendiri. " jawabku sendu dan tidak terlalu tertarik membahasnya.

" Kamu sangat cantik, aku tidak percaya jika status mu single. " ucapnya menggoda, matanya cipitnya berbinar binar indah mencari cari tau.

Aku tersenyum misterius ke arah Yura sambil melambaikan tangan ke arah pelayan untuk meminta bill.

Kami berjalan kaki sepanjang satu km menyusuri kanal menuju 'Church Of The Savior On Spilled Blood', sebuah katedral abad pertengahan, salah satu landmark yang mengesankan di St. Petersburg.

Bangunan ini cukup populer dan sangat iconic, akan mudah ditemukan di brosur manapun mengenai St. Petersburg, nampak bergaya klasik Authentic khas Russia, setidaknya bukan terinspirasi atau dirancang dari ciri khas Eropa.

Dari jauh nampak sembilan kubah berbentuk bawang yang bersinar keemasan dengan ornamen warna terang khas Russia. Persis seperti Istana Candy lollipop.

Gereja ini dibangun di tempat di mana Tsar Alexander II dibunuh pada bulan Maret 1881 silam. Kepergian sang Raja membuat Pangeran Alexander III berduka. Untuk mengabadikan peristiwa memilukan itu, ia memerintahkan untuk membangun gereja persis ditempat ayahnya meregang nyawa, oleh karena itu gereja ini dinamakan 'Church Of The Savior On Spilled Blood' -Gereja yang Diselamatkan dari Darah.

Bagian dalam gereja penuh dengan mosaik indah, berwarna warni, seakan akan aku memasuki istana komik penuh warna yang bercerita tentang cerita alkitabiah dan orang orang kudus, tersusun rapi dan besar seperti lukisan bercahaya sepanjang dinding hingga ke langit langit.

-

" hai, kenalkan ini sahabatku, seorang jurnalis. Dia akan ikut bersama kita ke Murmansk. " ucap Mia. Disampingnya berdiri seorang pria blonde dengan tinggi menjulang khas Germany.

" hai, aku Valter." sapanya memperkenalkan diri.

Kami menyambut ramah Valter dan memperkenalkan diri masing masing, Valter akan bergabung bersama kami besok hari sekaligus memandu kami yang baru pertama kali berkunjung ke Murmansk.

Bunyi ketukan gelas kami bertujuh seakan tak terdengar, tertutup dengan suara music yang hinggar binggar di Poltavskaya 7, sebuah nightclub bar di St. Petersburg. Suasananya cukup nyaman, bernuansa glamour, elektik dan modern, kami duduk di area lounge sofa menghabiskan waktu bertukar pengalaman, dan bermain board game.

🥂🥂🥂