Icha berkeliling di dalam kamar Aryk. Hatinya terasa panas, saat melihat foto Aryk dan Gheisha, terpasang di setiap sudut kamar. Tidak ada celah dinding yang polos tanpa foto.
"Membuatku marah saja. Jika tidak takut Aryk marah padaku, aku pasti sudah mengambil, menyobek, dan membakar fotomu!" Pandangannya tertuju pada foto besar yang tergantung di dinding atas tempat tidur.
Icha berjalan menuju samping tempat tidur, ia sudah menunduk untuk mengecup bibir Aryk yang sedang tertidur. Namun, Rosida datang tepat di saat bibirnya tinggal sedikit lagi saja menyentuh bibir Aryk. Icha segera berdiri stabil.
"Saya … membenarkan selimut," ucap Icha.
"Hem. Terima kasih, sudah mengantar Aryk pulang. Sebaiknya, kamu, pulang."
"Baik, Bu. Saya permisi," pamit Icha dengan hati menahan kesal. Namun, ia tetap memamerkan senyum palsunya. Ia segera pergi dari kamar Aryk. Icha berhenti sebentar di dekat tangga karena ada telepon dari para preman sewaannya.
"Bagaimana?"