Tamara memakai pakaian serba hitam. Ia bangun lebih pagi dari biasanya karena hendak pergi ke makam mendiang neneknya. Sebuah catatan kecil ditaruh di bawah piring berisi nasi goreng di meja makan.
Ia pergi setelah menyiapkan sarapan. Sebuah mobil taksi sudah menunggunya di depan gedung kantor. Tamara memesan taksi lewat telepon tiga puluh menit yang lalu.
"TPU Karet, Pak."
"Baik, Bu."
Taksi melaju pergi meninggalkan halaman gedung kantor. Sudah lima tahun lamanya, ia tidak mengunjungi makam sang nenek karena takut ditemukan oleh Sammy. Namun, tali takdir masih tersambung.
Sejauh mungkin, ia menghindar. Akhirnya, tetap mereka bertemu kembali. Tamara akan menjalani semuanya dengan santai.
Jika kehidupan ini harus dilalui bersama Sammy, maka ia akan menjalaninya. ingin tahu sampai mana batas takdirnya bersama laki-laki itu. Kalaupun, mereka tidak bisa bersama selamanya, ia juga akan tetap menjalaninya.
***
