Sammy melempar berkas ke wajah Arum, asisten Bambang. Wanita berusia dua puluh delapan tahun itu berjingkat kaget. Ia hanya diperintahkan untuk memberikan laporan dari bagian penjualan.
Jika sang bos ingin marah, seharusnya ke departemen penjualan. Departemen itu yang bertanggung jawab, bukan Arum. Namun, suasana hati sang bos yang sedang buruk, membuat ia menjadi sasaran kemarahannya.
"Bawa itu dan suruh mereka memperbaiki laporan penjualan bulan ini!"
"Ba-baik, Pak." Arum memungut berkas yang berserakan di lantai. Rasa takut, membuat tangan gadis itu gemetaran.
"Lambat sekali!" Sammy membentaknya kembali.
Arum mengambil kertas terakhir dan melangkah keluar dengan cepat. Mimpi apa gadis itu semalam? Kenapa ia harus menanggung amarah dari bosnya.
"Sial!"
Sammy benar-benar kesal hari ini. Setelah lama mereka berpisah, Tamara menjadi takut padanya. Pemuda itu tidak menyadari sikapnya sendiri yang membuat gadis itu takut.
"Kak! Boleh Kai masuk?"
"Masuk saja!"