Ia masih memasang tampang dingin. Namun, Dandelion terus merayunya. Sampai Aryk meminta syarat pada istrinya untuk menciumnya.
"Cium aku! Maka aku akan memaafkanmu," ucap Aryk. Dalam hati, ia tersenyum geli karena bisa mengerjai istrinya. Ia yakin, jika Dandelion tidak akan bisa melakukannya. Namun, ia terbelalak karena ternyata wanita itu benar-benar menciumnya. Bukan hanya mengecup tipis, tetapi kecupan lembut yang begitu dalam.
Dandelion seolah menumpahkan segala perasaannya dalam ciuman itu. Ia ingin suaminya merasakan perasaan cintanya. Seorang staf tiba-tiba datang mengetuk pintu kantor.
"Ada orang." Aryk mendorong istrinya, tetapi Dandelion malah tersenyum jahil dan mengecup kembali bibir suaminya.
Ia bersikap seolah tidak peduli pada orang yang terus mengetuk pintu kantor. Karena sang Presdir tidak menyuruhnya masuk, staf itupun pergi dan ia melepaskan ciumannya. Aryk menarik Dandelion dan memerangkap tubuh wanita itu di sofa.
