Irgi pulang keesokan harinya dengan keadaan selamat. Tentu saja ia selamat, ia hanya memantau dari kejauhan. Yang bertugas memata-matai kepala preman itu adalah orang sewaan Irgi.
"Ah, lelahnya." Irgi tiba di rumah jam lima pagi.
Orang-orang belum bangun, tapi gadis itu sudah menunggunya semalaman. Saat melihat Irgi datang, ia segera keluar dari kamar. Namun, ia tidak melihat laki-laki itu di ruang tamu. Sisi menatap ke lantai atas.
"Mungkin, dia sudah masuk ke kamar," gumamnya.
Sisi menaiki anak tangga satu persatu dengan langkah ragu. Di anak tangga kelima, ia berbalik. Melangkah turun dengan wajah berkeringat. Ia benar-benar gugup.
Ia menarik napas panjang, lalu kembali naik dengan langkah cepat. Ia harap, dengan langkah cepat, ia bisa mengatasi rasa gugupnya. Sisi berhasil menaiki anak tangga paling atas. Namun, debaran di dadanya tidak terkendali. Ia berbalik hendak turun lagi.
Ceklek!
"Mau sampai kapan bolak-balik di tangga?" tanya Irgi.